Naruto merasa bodoh, biasanya ia yang akan menerima kasus, kini ia yang melaporkan kasus. Ia melangkah memasuki kantornya, namun baru beberapa langkah ia masuk, satpam yang bertugas meneriaki Naruto. Memaksa Naruto untuk kesana.
Ia mendapat kiriman dari seseorang, sebuah plastik sampah besar yang terikat rapi. Ia juga mendapat surat, ketika ia membuka surat itu, tidak seperti biasanya. Karena tak ada satu katapun yang menggores kertas putih itu. Kini Naruto beralih pada plastik sampah dihadapannya, ia membuka plastik itu dan seketika itu juga teriakan menggema dari satpam dihadapannya, begitu memekakkan telinga.
Naruto mendapat paket yang sama seperti beberapa hari lalu. Ada seseorang didalam plastik itu, terikat dan tubuhnya mengeluarkan darah. Naruto melihat sekitar, ia yakin pasti ada yang tengah mengawasi dirinya sekarang.
Mata sapphire Naruto berhenti. Diseberang sana, seseorang dengan pakaian serba hitam berdiri diujung sana, Naruto tak dapat melihat wajahnya. Ia menggunakan masker dan juga topi hitam. Naruto semakin membesarkan matanya saat pemuda itu mengeluarkan secarik kertas dan melambaikannya pada Naruto, jadi pemuda itu memang yang mengawasinya.
Segera Naruto berlari keseberang sana, mengejar pemuda yang kini ikut berlari menjauh. Berlari digang-gang sempit kota Konoha. Tak peduli, Naruto harus menangkapnya sekarang! Naruto harus mendapat penjelasan mengapa pemuda itu melakukan hal semacam ini padanya?
Naruto menarik tangan pemuda itu dan saat yang bersamaan juga ia mendapat pukulan yang cukup keras diwajahnya. Naruto hendak membalas, namun dengan gesit pemuda itu menghindari serangan Naruto. Kaki pemuda itu melayang hampir mengenai wajah tampannya lagi, sial! Pemuda itu memiliki bakat di bidang bela diri. Naruto meruntuki dirinya yang tidak terlalu berbakat dalam bidang itu.
"Aku tak ingin membuatmu terluka." Ucap pemuda bermasker itu. Entah mengapa suara pemuda itu begitu familiar ditelinga Naruto, mungkinkah ini hanya perasaannya saja?
Kini pemuda itu mengeluarkan pisau kecil dari saku jaketnya, menodongkannya pada Naruto yang ada disana. Dan lagi, mereka bertarung digang sempit itu, beberapa kali lengan Naruto hampir terkena pisau itu. Mungkin akan sangat menyakitkan jika tergores kulitnya.
Pemuda itu masih saja berusaha menusuk Naruto menggunakan pisau lipat itu, tapi kini Naruto tak menghindar. Ia menarik tangan pemuda itu dan memelintir nya, mendorong tubuh pemuda itu pada dinding, menghimpit dengan tubuhnya.
"Apa tujuanmu? Siapa kau?" Bisik Naruto, namun pemuda itu masih saja diam. Tangan Naruto yang bebas berusaha menarik masker yang menutupi wajah pemuda itu tapi, sialnya pemuda itu membenturkan kepalanya pada kepala Naruto. Membuat kepala Naruto sedikit pusing dan mengeluarkan darah.
"Kau sangat mengenal ku, Naruto." Setelahnya pemuda itu berlari menjauh, Naruto tentu saja mengejarnya. Dan betapa sialnya Naruto sampai kehilangan jejak pemuda itu.
Naruto menyentuh dahinya, ia berdarah. Naruto berjalan menuju apotek yang tak jauh dari tempatnya berada. Ia membuka pintu kaca itu dan membeli beberapa plester untuk lukanya.
"Dobe?" Naruto menoleh dan mengerjap beberapa kali.
"Teme?" Sasuke mendekat, menatap luka didahi Naruto. Darah masih mengalir, menodai wajah tampan Naruto.
"Kau terluka?" Tanya Sasuke. Sungguh! Perhatian Sasuke membuat Naruto salah tingkah, Sasuke tak pernah seperti ini sebelumnya, ini membuat Naruto berdebar dan tentu Naruto begitu menyukai situasi ini.
"Ini hanya luka kecil." Sahut Naruto tersenyum lebar. Sasuke melirik plester ditangan Naruto, ia merampasnya begitu saja sempai membuat Naruto bingung akan sikap Sasuke.
Sasuke menarik kasar kerah Naruto, membuatnya sedikit merunduk karena memang tinggi badan mereka yang terpaut jauh. Dengan lembut Sasuke menutup luka Naruto dengan plester, mata mereka sempat bertemu membuat jantung Sasuke berdebar tidak karuan, entah mengapa udara terasa begitu panas menurut Sasuke. Ia sungguh meruntuki dirinya sendiri.
"Teme, wajah mu memerah." Ucap Naruto kelewat polos. Sasuke memutar tubuhnya, berjalan menuju apoteker yang menonton tindakannya dengan Naruto.
"Beri aku obat sakit kepala." Ucap Sasuke. Dengan cepat apoteker itu memberikan obat yang diminta oleh Sasuke, Sasuke membayar dan menerima obat itu setelahnya ia meninggal kan apotik itu. Meninggalkan Naruto yang terus saja memanggil namanya. Menanyai keadaannya berulangkali, seperti orang bodoh.
...
"Hm.. jadi maksudmu ada yang tengah mengincar mu? Naru?" Tanya Shikamaru masih melihat isi surat yang diberikan Naruto.
Naruto baru saja melaporkan bahwa ada seseorang yang menerornya selama beberapa Minggu ini, ia sempat berpikir jika mungkin Shiro yang melakukannya, tapi saat Naruto mendapat kiriman pria dikantung sampah beberapa hari lalu membuat Naruto yakin jika pelaku nya bukan Shiro, ada pelaku lain yang melakukan hal yang sama. Dan terlebih saat Naruto benar-benar bertemu dengan pelakunya tadi, membuat Naruto semakin yakin jika sang pelaku ingin sedikit bermain-main dengan pihak detective.
"Aku tidak yakin, karena kau bisa baca dalam surat itu jika ia hanya ingin kita memecahkan kasus ini. Ia ingin kita menghentikannya." Jelas Naruto. Shikamaru meletakan kertas-kertas itu, ia beralih menatap Naruto. Ia harus mendengar penjelasan dari korban yang diteror.
"Tadi kau melihatnya, bukan? Bagaimana ciri-ciri fisiknya?" Tanya Shikamaru mulai serius.
Ah~ jadi seperti ini rasanya di interogasi? Sungguh tidak nyaman.
"Aku tidak yakin, ia memiliki postur tubuh yang.. ramping, tinggi badannya hanya sebatas dada ku. Suaranya..." Naruto menggantung kalimatnya, suara pemuda itu menggema dalam otaknya, Naruto yakin jika ia mengenal suara itu. Suaranya begitu familiar ditelinga nya.
"...aku tidak yakin, tapi ia mengatakan jika aku sangat mengenalnya." Jelas Naruto. Ia menunduk menatap jari-jemari yang saling bertautan. Otaknya kembali membatalkan kejadian pagi tadi, saat ia berkelahi dengan pemuda itu. Bahkan Naruto sangat mengenal bau pemuda itu, mungkinkah memang Naruto sangat mengenalnya?
"Dan bagaimana dengan pria itu?" Naruto sempat mengernyit seakan tak mengerti akan apa yang Shikamaru bicarakan.
"Kau mengatakan jika beberapa hari lalu kau juga mendapat kiriman yang sama, kau membawa pria itu kerumah sakit dan sekarang bagaimana keadaannya?" Jelas Shikamaru. Terkadang Shikamaru heran bagaimana mungkin pemuda sebodoh Naruto dapat menjadi detective yang sangat handal memecahkan masalah.
"Ah! Nomu-san maksudmu?" Kini Naruto mengerti arah pembicaraan Shikamaru.
"Dia belum juga sadar, jika menurut Dokter, Nomu-san tidak akan lama lagi tersadar." Jelas Naruto. Shikamaru mengangguk mengerti, mungkin satu-satunya jalan adalah Nomu, pria itu yang mungkin dapat menuntun mereka menuju sang pelaku. Atau mungkin surat-surat yang diberikan Naruto cukup untuk mengungkapkan siapa pelakunya.
...
Hembusan angin menerpa rambut merah darah gadis berkacamata itu, tangan lembut nan halusnya meraih surat yang tersimpan di kotak surat, berlahan ia membuka surat yang ia dapatkan. Setiap kata yang menggores kertas itu ia baca, ia meremas ujung surat itu, matanya memicingkan kemarahan. Ada seringaian diwajah manis nan ayu nya.
"Jangan bermain-main dengan ku, bocah." Gumamnya sebelum ia berlalu masuk kedalam rumah.
![](https://img.wattpad.com/cover/214942432-288-k613288.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Door|Tamat
Mistério / Suspenseada yang minta cerita romence-action, tapi cerita ini ga terlalu action lebih banyak teka-teki nya atau mungkin thriller nya. Sasuke seorang detective swasta sedangkan Naruto sendiri detective dari sipil. mereka bekerja sama untuk mencari pembunuh s...