5

712 79 9
                                    

Shikamaru melangkahkan kakinya kala suara ketukan pintu menyapa pendengaran nya, ia buka pintu itu dan memperlihatkan pengantar surat ada disana. Pengantar surat itu memberikan surat pada Shikamaru, jujur saja Shikamaru tidak tau siapa yang mengiriminya surat dijamin yang sudah canggih dan modern seperti sekarang ini.

"Terima kasih." Ucap Shikamaru menerima surat itu. Ia kembali masuk kedalam rumahnya.

"Kau menerima surat?" Tanya seorang pemuda dengan segitiga merah dikedua pipinya. Kiba. "Hn." Sahut Shikamaru singkat.

Shikamaru membuka surat itu dan membaca setiap kalimat yang menggores kertas putih itu.

Aku baru saja membunuh seseorang, dan itu sangatlah menyenangkan, ternyata manusia itu sangatlah rapuh. Aku hanya memukulnya sekali dengan menggunakan palu, tapi ia sudah tergeletak tak berdaya. Ini pembunuhan pertamaku, dan ku rasa aku meninggalkan banyak jejak untuk kalian menemukan ku. Cepat temukan dan tanggap aku sebelum aku membunuh seseorang tak berdosa lainnya.

"Surat macam apa ini?" Ucap Kiba merasa merinding ketika membaca surat itu. Ini pertama kali bagi Shikamaru menerima surat yang menyatakan jika ia baru saja membunuh.

Ini gila. Teramat gila. Untuk pertama kalinya Shikamaru menerima surat seperti ini, seorang pembunuh yang ingin bermain-main dengan detective secerdas Shikamaru, apa yang ada didalam kepalanya hingga berani menantang Shikamaru?

Shikamaru mengeluarkan hp dan langsung menghubungi Naruto, ia tak ingin kasus seperti berlarut-larut.

Dilain tempat, Sai juga menerima surat yang sama. Ia terkejut buka main kala membaca surat itu, ia bahkan langsung menghubungi Sasuke, mungkin saja Sasuke menerima surat yang sama. Namun, Sasuke sendiri belum menerima surat apapun, bahkan ia saja belum sempat mengecek kotak suratnya.

...

Beberapa anak kecil berlarian di taman, tawa canda mereka terdengar begitu riang. Mereka terlihat begitu bahagia seakan tak ada beban di pundak mereka.

Namun, semua itu hancur kala seseorang dengan jaket, topi dan masker menghampiri mereka. Tangan berbalut sarung tangan hitam itu menggenggam sebuah palu dengan begitu erat, sampai dengan sengaja ia memukul kepala salah satu dari mereka, beberapa anak lainnya takut bukan main. Mereka berlari mencari tempat yang aman, tawa yang tadi terdengar kini berubah menjadi tangis ketakutan.

Seakan tidak puas, ia memukul kembali kepala bocah yang sudah tergelatak sampai benar-benar hancur. Setelahnya ia bersenandung riang dan melompat-lompat kecil meninggalkan tempat itu.

...

Sasuke memutus sambungan telepon nya, ia kini menatap Naruto yang ada dihadapannya. Ia menceritakan akan apa yang Sai katakan padanya dan begitu juga dengan Naruto. Mungkinkah Naruto juga akan menerima surat yang sama?

Tak lama, sebuah bell terdengar. Segera Naruto bangkit dan membuka pintu yang sedari tadi tertutup. Ia melihat penjaga apartemen ada didepan pintunya dengan dua buah surat ada ditangannya. Salah satu dari surat itu diberikan pada Naruto dan Naruto menerimanya.

"Maaf, surat yang ada ditangan Samura-san untuk siapa?" Tanya Naruto sedikit penasaran. "Ah ini, untuk Uchiha-san. Baru saja pengantar surat datang dan memberikan ini pada saya." Jawabnya.

"Biar aku saja yang memberikan pada Sasuke." Ucap Naruto minta surat itu. Samura memberikan surat itu pada Naruto dan setelahnya pergi meninggalkan apartemen Naruto.

Naruto kembali masuk dan memberikan surat itu pada Sasuke. Mereka mendapatkan surat yang sama.

Sasuke membuka surat itu dan membaca kalimat yang tertata disana.

Aku baru saja membunuh, dan itu sangatlah menyenangkan. Ternyata manusia itu sangatlah rapuh dan lemah, aku hanya memukulnya sekali dengan menggunakan palu, namun ia sudah tergeletak tak berdaya. Ini pembunuhan pertamaku, dan aku yakin aku meninggalkan banyak jejak untuk kalian menemukan ku. Cepat tangkap dan temukan aku sebelum aku membunuh orang berdosa lainnya.

Setiap kalimat yang ada disana bahkan dapat membuat Sasuke gemetar. Orang macam apa yang berani menantang detective seperti dirinya?

"Isi surat kita berbeda." Ucap Naruto. Sasuke kini melihat surat Naruto. Dan menyadari jika isi surat mereka memang berbeda.

Aku akan membunuh. Sebenarnya aku tidak ingin melakukannya, aku terlalu takut untuk melakukan hal semacam itu. Aku ingin kau menghentikan ku sebelum aku hilang kendali.

Naruto. Selamatkan aku.

Naruto dan Sasuke saling melempar pandangan. Mengapa isi surat mereka berbeda? Mungkinkah pembunuh itu mengenal Naruto? Atau memang mereka saling mengenal satu sama lain?

"...Naruto. selamatkan aku." Ucap Sasuke membaca kalimat terakhir pada surat itu. Bukankah ini terlalu janggal? Untuk apa seorang pembunuh meminta tolong pada Naruto? Mengapa ia tidak pergi ke dokter psikologi? Itu akan lebih baik untuk jiwa dan pola pikirnya.

...

Shikamaru melihat keadaan sekitar. Taman pagi ini begitu sepi, hanya ada anak kecil yang menjadi saksi mata atas pembunuhan bocah bernama Suzu itu. Jikapun Shikamaru melakukan interogasi pada bocah itu, akankah Shikamaru mendapatkan informasi?

Tak terlalu lama, Naruto datang bersama dengan Sasuke. Sasuke melihat keadaan korban, betapa kejamnya sang pembunuh, ia membunuh Suzu dengan begitu sadisnya. Kepala bocah itu benar-benar hancur, tubuhnya bermandikan darah.

"Bagaimana?" Tanya Naruto.

"Hanya beberapa anak kecil yang menjadi saksi mata, dan hanya palu yang kami temukan di lokasi." Jelas Shikamaru.

"Beberapa polisi sudah membawa barang bukti untuk melihat sidik jari pelaku." Jelas Shikamaru lagi.

...

Seseorang melangkahkan kaki memasuki rumahnya, terukir senyum diwajah itu. Namun, senyum itu memudar saat melihat seorang anak kecil sudah tergeletak berlumuran darah. Suara jerit menggema di ruangan itu.

Cepat-cepat ia menghubungi polisi, mengatakan jika anaknya, Nami telah terbunuh.

Tak terlalu lama, beberapa polisi dan detective sudah ada disana.

Tubuh bocah itu sudah kaku dan pun sudah sedikit membusuk, mungkin sudah lebih dari dua hari bocah itu meninggal.

...

Naruto mengintrogasi orangtua Nami. Cara Nami meninggal sama seperti Suzu. Namun, Nami hanya mengalami satu pukulan dikepalainya, berbeda dengan Suzu yang menerima banyak pukulan di kepalanya.

"Selama 5 hari kemarin aku melakukan perjalanan dinas ku. Aku meninggalkan Nami bersama dengan Shiro, anak ku yang tertua. Beberapa hari sebelumnya aku masih berhubungan dengan Nami dan Shiro, aku masih dapat mendengar suara tawa Nami." Ucapnya menahan tangis.

Naruto melempar pandang pada Sasuke dan Shikamaru yang ada disana. Terdengar helaan nafas dari mereka. Mungkinkah ada kaitannya dengan Shiro?

...

Next Door|TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang