11

586 69 26
                                    

"Mungkin ia baru ditikam beberapa jam yang lalu, tubuhnya masih hangat." Jelas pemuda selaku kepala forensik. Hyuga Neji. Naruto, dan Shikamaru berada diruang otopsi, mereka akan melakukan otopsi pada mayat Yuta.

"Gaara, tolong bantu aku." Ucap Neji lagi. Gaara yang mengerti langsung membantu Neji membalik tubuh Yuta. "Sepertinya sang pelaku melakukan hubungan tubuh dengan Yuta, semacam sodomi. Hal itu aku ketahui karena melihat darah yang keluar dari a**s Yuta." Jelas Neji.

Naruto dan Shikamaru hanya terdiam, karena mereka memang tak terlalu mengerti tentang anatomi manusia. "Dan sepetinya ia mengalami kekerasan fisik, ditubuh Yuta terdapat banyak bekas cambukan yang masih memerah." Jelas Neji lagi memperlihatkan garis melintang pada tubuh bagian belakang Yuta.

"Jadi?" Tanya Naruto meminta kesimpulan.

"Seperti yang Shikamaru jelaskan sebelumnya, jika sang pelaku mengkoleksi jenis kelamin dari korbannya, mungkin sang pelaku mengidap syndrome Hoard atau Hoarder. Tapi, biasanya Hoarder hanya menimbun sampah atau barang-barang bekas saja, berbeda kasus dengan menimbun alat kelamin laki-laki. Dan mungkin sang pelaku memiliki gangguan kejiwaan hiperseks. Dimana ia tidak cukup melakukan sex hanya dengan satu-dua orang saja." Jelas Gaara.

"Lalu jika memang ia hiperseks, mengapa tidak melepaskan korbannya setelah melakukan hubungan badan?" Tanya Naruto. Tentu ia merasa janggal akan hal itu.

"Menurut beberapa kasus yang sama terjadi di Amerika, sang pelaku memiliki ketakutan jika sang korban akan melaporkan dirinya kepihak kepolisian, sehingga ia memutuskan untuk membunuh sang korban demi membungkam mulut korbannya." Jelas Gaara lagi. Naruto mengangguk paham.

...

Naruto menatap beberapa data yang tertempel di papan itu, mayat Yuta, beberapa potongan tubuh manusia dan foto toples kaca yang terdapat jenis kelamin laki-laki. Bukankah ini aneh? Jika memang sang pelaku hanya ingin membungkam mulut korbannya, bukankah ia terlalu kejam untuk menyimpan potongan tubuh sang korban didalam lemari pendingin?

Tunggu! Bukankah Shikamaru mengatakan jika ada bekas sisa makanan yang terdapat disana? Mungkinkah sang pelaku juga memakan tubuh sang korban? Mungkinkah dia semacam kanibal? Tunggu! Bagaimana jika nanti malam pelaku datang dan membunuh Naruto? Karena sang pelaku mungkin saja sudah melihat Naruto. AGH!! Sungguh, memikirkannya membuat Naruto bergetar ketakutan. Haruskah ia meminta Sasuke untuk menginap? Sepertinya bukan ide yang buruk.

Segera Naruto melesat pergi ke pintu apartemennya, ia membuka pintu itu dan langsung berhadapan dengan Sasuke. Ia mengenakan jaket dan juga topi hitam, masker hitamnya tidak menutupi wajah Sasuke dengan sempurna.

"Teme? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Naruto kelewat heran. Sasuke sempat terdiam beberapa saat.

"Ah! Aku tadi keluar untuk membeli obat, tapi ini sudah terlalu larut sampai apotik nya sudah tutup, jadi aku kembali. Tapi saat aku ingin masuk, aku melihat ada surat di lantai depan apartemen mu." Jelas Sasuke menunjukan surat yang ada ditangannya.

Ah~ benar juga, kemarin Sasuke membeli obat sakit kepala, apa mungkin Sasuke masih sakit? Betapa bodohnya Naruto sampai tidak menyadari jika Sasuke masih sakit, seharusnya ia dapat menjaga Sasuke agar tidak sakit.

"Kau masih sakit?" Tanya Naruto mengabaikan surat yang ada ditangan Sasuke. "Hanya sedikit meriang, mungkin jika meminum minuman hangat aku akan lebih baik." Jawab Sasuke.

"Kalau begitu, aku akan merawat mu sampai sembuh." Tanpa persetujuan Sasuke, Naruto menarik Sasuke masuk kedalam rumahnya, menghiraukan penolakan yang Sasuke lontarkan.

"Aku baik-baik saja, dobe!" Ucap Sasuke berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tangan Naruto. Dan betapa sialnya Sasuke, ia meruntuki Naruto yang lebih kuat dari dirinya. Dengan pasrah Sasuke masuk kedalam apartemen Naruto, ia duduk di sofa panjang yang ada disana. Sedangkan Naruto sendiri sibuk membuat coklat panas untuk Sasuke. Naruto masih ingat jika Sasuke begitu menyukai coklat panas, bahkan dulu Sasuke hampir setiap pagi akan meminum coklat panas, tak peduli meski sekalipun cuaca sedang terik.

Naruto meletakan coklat panas itu diatas meja kecil dihadapan Sasuke. Setelahnya, Naruto duduk tepat samping Sasuke. Sejenak suasana terasa begitu damai dan hening, bahkan hembusan nafas Sasuke yang teratur dapat Naruto dengar dengan jelas.

"Kau masih merasa dingin?" Tanya Naruto memecah keheningan. Sasuke tak menjawab, ia meraih cangkir itu dan memegangnya erat, aroma coklat panas merangsang penciuman Sasuke. Sudah lama ia tak menyicip minuman kesukaannya. "Haruskah aku memelukmu?" Naruto tersenyum jahil. "Tidak!" Sahut Sasuke membuang pandangan. Mendengar kalimat itu terlontar dari mulut Naruto bahkan mampu membuat hati Sasuke bergetar, sungguh Sasuke semakin tidak mengerti akan dirinya sendiri, apa yang salah dari dirinya?

"Ah! Bukankah kau tadi mengatakan aku mendapatkan surat?" Sasuke segera meletakan cangkir coklat panas itu diatas meja, tangannya kini merogoh saku jaket dan memberikan surat itu pada Naruto.

Naruto langsung membuka surat itu, Naruto sempat mengernyit tak mengerti. Isi surat itu adalah biodata dari Nomu dan pria yang kemarin dikirim ke kantor polisi. Kanade Takumi. Naruto membalik kertas itu dan menemukan daftar kejahatan kedua orang itu.

Narasaki Nomu : membunuh keluarga Kawazaki, membunuh Tarumi Sasaki...

Kanade Takumi : pengedar Narkoba di desa Konoha, Iwa, Karasuma...

"Ah~ jadi intinya Nomu-san adalah pembunuh bayaran dan Takumi-san adalah pengedar Narkoba." Ucap Naruto ringan.

"Tidak seperti biasanya." Gumam Sasuke. Naruto menoleh dan tersenyum cerah, ia tak mengerti akan ucapan Sasuke. "Kau tidak setakut kemarin." Lanjut Sasuke memberi penjelasan.

Naruto tertawa mendengar penjelasan Sasuke, sungguh itu membuat Sasuke jengkel akan sikap Naruto. "Kau lupa siapa aku, teme?" Sombong Naruto. Yah.. Sasuke tak pernah meragukan ingatan Naruto, karena memang pada dasarnya Naruto akan ingat dalam sekali baca, bukankah itu luar biasa? Tapi, Sasuke tak mengerti mengapa Naruto tidak setakut kemarin, karena setau Sasuke Naruto itu sangatlah berlebihan. Hal kecil akan menjadi besar jika berhadapan dengan Naruto.

"Aku sudah mengira jika Nomu dan Takumi adalah sampah masyarakat, jadi aku tak perlu terkejut akan hal itu." Sahut Naruto sombong. Naruto terkadang memiliki daya pikir yang cepat, tapi lebih sering tidak cepat tanggap.

Naruto bangkit, melempar kertas itu sembarangan. Ia meregangkan otot sebelum menarik Sasuke paksa. "Cha~ sekarang sudah larut, sebaiknya kita tidur, teme."

"Tunggu! Aku bahkan belum menghabiskan coklat panas ku!" Rengek Sasuke berusaha melepas tarikan Naruto. "Aku akan membuatkan mu lagi besok pagi." Sahut Naruto ringan.

...

Next Door|TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang