P R O L O G
DO YOU LOVE ME, MAMA?HARUTO's STORY
-Do You Love Me, Mama-
.
.
.
.
"Mama bakal baca suratnya, kan?" ujar seorang bocah laki-laki yang terlihat putus asa.Meski sekarang dia sudah telanjang kaki, dia tak bohong bahwa dia takut. Bahkan keringat dingin mulai keluar semenjak dia memanjat pembatas jembatan yang sudah tidak beroperasi lagi, hanya dia seorang disana. Matanya menatap laut dalam-dalam, membayangkan berapa meter ketinggian yang akan diterjang olehnya.
Sementara tangan kanannya masih menumpu pada besi disampingnya, jujur Haruto belum ingin pergi secepat ini. Tapi mau bagaimana lagi?
Ini demi kebahagian Mama, begitu pikirnya.
"Maaf, Haru belum bisa jadi anak yang baik buat mama. Haru selalu bikin mama repot. Pas liat mama menangis aja, bukannya haru yang menenangkan mama, tapi ujung-ujungnya malah Haru ikut nangis juga." Haruto menghela napasnya pelan, dia memejamkan matanya setelah berkata demikian.
"Terakhir, mama harus bahagia. Karena kebahagiaan mama adalah tanpa Haruto," ujarnya pelan.
"Makasih ma, intinya mama cukup tau satu hal aja. Haruto selalu sayang mama, meski Haru gak bisa ada di sisi mama lagi...."
"Sebenernya masih ada banyak hal yang mau Haru sampaikan ke Mama. Tapi Haru takut, Mama justru semakin benci Haru atau Haru yang justru mengganggu ketenangan yang selama ini Mama butuhkan."
"Kalau boleh jujur, Haruto sakit, Ma. Bener-bener sakit sampai rasanya gak bisa Haru tahan lagi."
Anak malang itu mulai melepas pegangannya, kedua tangannya direntangkan ke samping kanan-kiri, menikmati angina sepoi-sepoi yang melewati dirinya. Pun dia kembali bergumam, "Sayangnya Haru masih belum bisa membalaskan dendam itu, kalau ada kesempatan lain, Haruto pasti bikin dia menjadi orang yang paling menyesal di dunia ini."
"Orang yang berani bikin Mama nangis, Harus disingkirkan!"
"Ah, bukannya Haruto juga pernah bikin Mama... nangis?"
.
.
.
BYURRR!
HARUTO's STORY
-Do You Love Me, Mama-Haru sayang mama, sekali lagi, selamat ulang tahun mama. Jaga diri mama baik-baik, ya.
Ini bukan salah mama.
Sosok yang sedari tadi sudah membaca keseluruhan isi surat berwarna kuning tersebut hanya bisa meremas kuat, tetapi tidak sampai merobek surat itu. Kesal, muak, marah, dan juga sedih bercampur menjadi satu-kesatuan yang mampu menyayat hati wanita tersebut. Biasanya dia tak seperti ini, namun hari ini dadanya terasa sangat sakit. Napasnya terengah-engah, rasanya pasokan oksigen yang berada di dalam paru-parunya telah habis.
Lisa, untuk pertama kalinya menangis deras disertai sakit yang mengiringi tubuhnya.
Padahal selama ini dia selalu menyembunyikan tangisnya dari siapapun, termasuk puteranya. Tapi apa ini? Apa maksud surat yang Haruto—putera sematang wayang Lisa—tinggalkan diatas meja riasnya?
Dan mengapa?
Semuanya sangat berantakan, kacau balau. Entah itu hidup Lisa yang sedari awal sudah miris, hingga saat ini dirinya yang tiba-tiba dihantam kenyataan. Sampai akhirnya Lisa mengingat beberapa kalimat yang selalu diabaikan olehnya, namun justru kalimat-kalimat itu bagaikan sebuah belati yang menusuk tepat didepan dada Lisa.
"Suatu hari nanti, kau akan menyesali semua perbuatanmu."
Lisa tidak peduli, sebab dari awal 'penyesalan' sudah hilang dalam hidupnya. Yang tersisa hanyalah 'kesialan'.
"Lisa, kau bahkan sudah tidak pantas mendapat cintanya!"
Wanita itu sudah tidak percaya pada 'cinta', nyatanya karena hal itulah dirinya kehilangan semua yang sudah susah payah ia dapatkan. Bahkan kehidupannya pun ikut hancur karena 'cinta'.
"Apa kau sadar dimana letak kesalahan mu, Lisa?"
Tentu saja Lisa tidak sadar, karena tidak pernah ada yang yang mau menuntunnya ketika dia mengambil jalan yang salah. Ah, Lisa tidak mau pusing, apapun yang dia lakukan pasti selalu 'salah'.
"Sampai kapan kau akan terus seperti ini?"
Jujur, Lisa sendiri tidak tahu. Selama ini dia sudah cukup hidup sebagai seorang sampah, setidaknya itu lebih baik daripada sebutan 'benalu' yang telah ditetapkan oleh keluarganya sendiri, bukannya orang asing.
"DIA PUTRA MU!"
Benar, Haruto putranya Lisa dan wanita itu tidak bisa mengubah kenyataan yang ada. Kalau dipikir-pikir, bukannya semua ini salah putranya? Maksudnya, semua ini kesalahan Haruto. Andai sejak awal dia tidak lahir, pasti Lisa baik-baik saja, kan?
Iya, kan?
"Selamat pagi, Mama."
"Haruto sayang Mama."
"Mama sakit? Kita ke dokter sekarang ya?"
"Mama... jangan nangis, ada Haru disini...."
"Hari ini Haruto bikin nasi omlet kesukaan Mama."
"Mama, Haru sakit..."
"Haru harus apa, Ma?"
Sepertinya otak Lisa akan pecah hanya karena kalimat-kalimat tidak berguna itu mendadak terngiang di kepalanya. Memecah kehendak Lisa yang mana dirinya tak mau ingat apapun, tapi lagi-lagi ada sebuah memori yang begitu menyayat hatinya sekarang.
"Mama... gak sayang Haru?"
"Gak papa kok, yang jelas Haru selalu sayang Mama, itu cukup hehe."
Keadaan makin memburuk setelah Lisa mengingat semua itu. Hanya terdengar suara isak Lisa yang begitu menyayat hati pada sebuah apartemen kecil itu, dirinya mulai berteriak bagaikan orang kesetanan sambil terus menyebutkan kata "Maaf" berkali-kali.
Sebuah kata "Maaf" yang selalu ingin ia sampaikan, tapi dirinya tak pernah menyangka kalau "Maaf" yang diperuntukkan kepada putranya tak akan didengar sampai kapanpun.
Sebab nyatanya, Lisa terlambat.
HARUTO's STORY
-Do You Love Me, Mama-
19/12/21
KAMU SEDANG MEMBACA
[Haruto] Do You Love Me, Mama?
Teen FictionMa, Haru bener-bener sayang banget sama mama. Walau mama gak sayang Haru, yang penting Haru sayang mama. Mama gak salah, kok. Haru emang gak seharusnya ada di dunia ini. Makanya, Haru izin pergi. Mama harus bahagia, ya! Pokoknya mama harus bahagia...