Chapter 07 : The first wound is mom
Selama pelajaran tadi, Haruto tidak dapat fokus. Otaknya masih memikirkan kejadian pagi tadi, dimana dia tak sengaja menemukan secarik kertas berisikan tulisan-tulisan milik mamanya. Namun nyatanya ada lebih dari satu kertas setelah Haruto menelaah lebih lanjut, dan ia baru sempat membaca yang satu itu.
Haruto memang merapikan kembali semua benda-benda tersebut ke tempat semula, tapi hanya kertas-kertas lusuh itu saja yang tidak dia kembalikan. Justru Haruto simpan baik-baik dan menggabungkannya dalam buku harian miliknya.
Apakah itu perilaku mencuri? Tidak, Haruto tidak bermaksud begitu. Dia hanya ingin mengingat saja. Supaya dia selalu sadar akan keinginan mamanya.
"Seberapa besar kebencian mama buat Haru, ya?" gumamnya lirih, sedang dirinya terus berjalan sambil kepalanya tertunduk.
"Dimana letak kesalahan Haruto?"
Haruto malang kembali bermonolog. Tak ada seorangpun yang bisa memberikan jawaban pasti, atau mungkin ada?
Tapi siapa? Haruto sungguh tak mengerti.
Ia sangat tau kalau mama sangat membencinya, bahkan berharap kalau Haruto tidak ada. Lantas, apa yang harus Haruto lakukan? Akankah dia melaksanakan keinginan mamanya, agar Lisa bisa bahagia...
meski tanpa Haruto?
Hanya saja, ia masih enggan. Pikirannya kalut, dia bingung harus bagaimana lagi menghadapi sikap mama nya yang semakin kesini makin membuat hatinya lelah. Kendati yang anak itu butuhkan hanya sebuah kalimat penuh kelembutan saja, contohnya "bagaimana sekolah Haru?" tetapi sangat sulit tuk didengar oleh kedua telinganya.
Tiba-tiba hujan salju turun begitu saja, membuat udara semakin terasa dingin menusuk kulit anak itu. Haruto yang tengah berjalan segera berlari menuju tempat teduh, meski bukan hujan berupa rintik air, tetap saja ia tak ingin kedinginan dibawah ribuan salju kecil yang jatuh dari langit. Dimana saja, asalkan buku-buku dia aman. Bisa gawat, soalnya Haruto masih mengandalkan joki tugas. Kalau buku temannya sampai rusak, maka Haruto harus mengganti semuanya tanpa mendapat bayaran apapun.
"Disini lumayan," ucap Haruto pelan, setelah dirinya duduk di sebuah halte bus lama, sudah tidak beroperasi.
"Halo, Haruto!" Sapa salah seorang gadis yang juga tengah meneduh. Haruto tidak memperhatikan tadi, tapi sepertinya dia akan kesulitan kabur dari Xia, teman kelasnya yang cantik sekaligus lumayan jahat.
"Ha-hallo," balas Haruto kikuk.
"Turun salju gini, bikin ramen kayaknya enak kan?"
Padahal Xia sudah berinisiatif berbicara duluan, namun Haruto malah mengabaikannya. Membuat Xia emosi, lantas gadis itu menatap lekat pada wajah Haruto diikuti gerakan kedua telapak tangannya yang mulai menyentuh pipi Haruto. Sedang anak laki-laki itu terkejut bukan main. Mata Haruto sudah melotot, ini refleks juga karna Haruto merasa risih.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Haruto] Do You Love Me, Mama?
Teen FictionMa, Haru bener-bener sayang banget sama mama. Walau mama gak sayang Haru, yang penting Haru sayang mama. Mama gak salah, kok. Haru emang gak seharusnya ada di dunia ini. Makanya, Haru izin pergi. Mama harus bahagia, ya! Pokoknya mama harus bahagia...