Chapter 06 : Some old fri(end)s
Keesokan paginya, tepatnya pukul 3 pagi Haruto melangkah keluar kamar menuju dapur, sekedar mengambil air putih. Ia tidak bisa tidur barang 1 jam saja, pikirannya terus berlabuh mengingat kata-kata kasar yang mamanya lontarkan kepada Haruto. Memang Haruto terbiasa akan semua itu, tapi tetap saja. Dia juga manusia biasa yang masih bisa merasakan sakit tatkala seseorang berkata buruk tentangnya, terlebih orang tersebut adalah ibu kandungnya sendiri.
Otaknya tak bisa berhenti memikirkan sejak kapan dan kenapa sang mama mulai menyakiti dirinya. Haruto diam melamun, tak sadar jika air yang ia tuang dalam gelas sudah melebihi batas hingga tumpah membasahi lantai. Lantas Haruto mundur selangkah karena merasa basah di area kaki. "Ah, gak fokus lagi," gumamnya pelan.
Pun Haruto meminum segelas air sampai habis dalam sekali teguk kan. Tak lupa ia juga membersihkan lantai, namun Haruto tersadar akan satu hal. Pintu kamar mamanya terbuka, sedikit.
Biasanya Lisa tidak pernah membiarkan pintunya terbuka ketika dia sedang berada didalam kamar. Alhasil Haruto memutuskan tuk mengecek keadaan disana, hanya melihat tanpa mau mengganggu.
Kosong.
Itulah yang didapat Haruto setelah melihat kamar Lisa melalui celah kecil dari pintu cokelat tersebut. "Mama... kemana?" tanya Haruto pada dirinya sendiri.
Lisa tidak pernah memberitahukan Haruto tentang kegiatannya, seperti berangkat atau pulang kerja jam berapa. Tidak menentu, tapi yang jelas sepengetahuan putranya, Lisa selalu berangkat sekitar jam lima atau empat pagi. Mungkin saja kali ini Lisa mendapatkan jam extra. Haruto bahkan tidak tau dimana mamanya bekerja dan profesinya sebagai apa, sungguh kasihan memang.
Berhubung Lisa sudah diluar rumah, Haruto berinisiatif membersihkan kamarnya mengingat dirinya takkan bisa tidur lagi, sudah terlanjur bangun katanya.
Haruto mulai beberes dari ranjang Lisa, merapikan tata letak sprei hingga bantal-bantal yang berantakan. Kemudian beralih menuju sebuah lemari bercat putih dengan 2 pintu. Ia membuka perlahan, benar tebaknya, "Mama pasti gak punya waktu buat beresin lemari. Haru harus lebih semangat bersih-bersih rumah!" monolog Haruto, seketika ia mendapatkan kembali semangatnya walaupun tidak tidur. Intinya jika sudah berhubungan tentang 'mama' dia tak bisa mengabaikan begitu saja.
Setiap pakaian hingga kotak-kotak entah berisikan apapun itu, Haruto keluarkan. Pakaian yang terlihat lusuh ia ambil tuk dicuci ulang, memisahkan box berisikan barang berguna hingga sampah seperti kertas-kertas yang sudah diremas, itu artinya sampah bukan?
Tetapi anehnya, Haruto menemukan cukup banyak sobekan kertas yang berisikan tulisan, sayangnya sudah dicoret menggunakan spidol. Bahkan ada sebuah buku lama dengan cover bertuliskan 'How To Dance', mungkin hanya buku biasa berisik langkah-langkah menari. Awalanya Haruto beranggapan seperti itu, hingga tanpa berpikir dua kali dia membukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Haruto] Do You Love Me, Mama?
Teen FictionMa, Haru bener-bener sayang banget sama mama. Walau mama gak sayang Haru, yang penting Haru sayang mama. Mama gak salah, kok. Haru emang gak seharusnya ada di dunia ini. Makanya, Haru izin pergi. Mama harus bahagia, ya! Pokoknya mama harus bahagia...