Chapter 05 : What if "I envy you."
Sekitar pukul 8 malam, Lisa masih terjaga kendati besok dia harus bekerja sebelum matahari menampakkan sinarnya. Wanita berumur 27 tahun itu diam termenung, matanya menatap lurus ke arah jendela berukuran sedang. Tidak memandang apapun sebab dia tengah melamun, otaknya terus memutarkan memori dimana Rosé memperingati dirinya sore tadi. Iya, di kediamannya sendiri. Rosé sudah bertindak terlalu jauh menurut Lisa.Meskipun keduanya adalah kembar, terkadang Lisa benci setiap larangan yang Rosé berikan hanya karena dia adalah seorang kakak, padahal umur mereka terpaut 15 menit saja. Namun kali ini berbeda, Rosé sepertinya tidak main-main.
Bukannya Rosé tidak pernah peduli bagaimanapun keadaan Lisa?
Tapi mengapa dia memperingati Lisa hanya karena Haruto? Putra yang tak pernah dia harapkan tuk' hadir dalam hidupnya?
Lisa muak. Dirinya tidak bisa tidur padahal perlu. Tanpa aba-aba, Lisa segera meraih sebuah botol kecil berisikan obat tidur, agar dirinya segera terlelap tanpa pusing memikirkan tindakan Rosé sore tadi.
"Haruto...," ujar Lisa pelan setelah menelan 3 butir pil tidur. "Semua ini karena anak sialan itu!" lanjut Lisa tanpa henti-hentinya menyertakan kata 'sial' tiap kali dia merasa marah terlebih semua sumber emosinya adalah Haruto.
Perlahan kesadaran Lisa mulai hilang, agaknya obat tersebut memang bekerja secara cepat. Syukurlah, Lisa bisa tidur tenang kali ini. Namun, baru saja Lisa memejamkan mata, detik berikutnya ada sebuah memori lain yang muncul sebelum dia benar-benar tertidur pulas.
Memori yang bagaikan mimpi buruk tiada akhir bagi Lalisa, Park Lalisa.
Aku mencintaimu, sungguh.
Ku mohon, hentikan semua ini.
Lisa aku muak.
Kita... berhenti saja.
Sontak Lisa membuka matanya lebar-lebar. Tubuhnya yang sudah berbaring langsung terduduk begitu saja. Tangan kanannya memegang erat kepalanya, rasanya dia benar-benar menjadi gila. Napasnya bahkan terengah-engah, dia butuh air putih tuk menetralkan kembali tubuhnya ini.
"Tidak bisakah aku tidur tenang sekali saja?!" kesal Lisa, emosinya mulai mencapai puncak. Dia tak bisa mengontrol pikirannya.
Tanpa Lisa ketahui, Haruto sudah ada di depan kamar Lisa lantaran mendengar suara Lisa yang lumayan keras. Berhubung kamar mereka bersebelahan, jadi dengan sigap Haruto mau menghampirinya. Sekedar memastikan apakah mamanya baik-baik saja meski tidak terdengar begitu.
"Air... aku butuh air...," rintih Lisa dalam kamarnya.
Buru-buru Haruto mengambil segelas air putih dari dapur, lalu tanpa permisi masuk ke kamar Lisa begitu saja. Sungguh anak laki-laki itu khawatir, takut mamanya kenapa-kenapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Haruto] Do You Love Me, Mama?
Teen FictionMa, Haru bener-bener sayang banget sama mama. Walau mama gak sayang Haru, yang penting Haru sayang mama. Mama gak salah, kok. Haru emang gak seharusnya ada di dunia ini. Makanya, Haru izin pergi. Mama harus bahagia, ya! Pokoknya mama harus bahagia...