The Truth Slowly Revealed :
Kebenaran Yang Perlahan TerungkapSehari berlalu pasca pertemuan tak sengaja antara Haruto dan Lisa. Keduanya tidak memiliki komunikasi lain setelah sampai di rumah. Pagi tadi, Haruto melakukan rutinitasnya, seperti biasa membuat sarapan untuk dirinya dan mamanya. Tak ada yang special, hanya salad sayur dengan thousand island salad dressing ala kadarnya.
Walaupun tidak ada percakapan ringan dengan sang mama sejak semalam, Haruto tak berkecil hati. Justru ia tetap mengembangkan senyuman manisnya, dapat dikatakan tak pernah pudar semenjak kedua telinganya mendengar dengan jelas "Dia putraku" dan "Ayo pulang". Haruto sangat yakin kalau Lisa mengatakan hal tersebut dengan lantang. Itulah alasan mengapa Haruto tidak bisa menghentikan senyumannya, sebab otak dia terus memikirkan memori semalam.
"Haru, kayaknya lagi seneng banget," ujar Yoshi yang tiba-tiba mendatangi Haruto.
Haruto segera menatap Yoshi, wajahnya sedikit malu lantaran dia terlalu memperlihatkan rasa bahagianya meski pada dasarnya tidak masalah. "Iya," balas Haruto, bersama senyumannya.
"Aku tebak ya, ini pasti karena tante?"
"Yoshi bener lagi. Iya, Haru seneng karena mama bersikap ramah semalem, efeknya masih terasa sampai sekarang." Haruto menjeda nya, hanya memastikan raut wajah Yoshi saja. "Aneh, ya?" tanya Haruto.
"Engga, kok! Kan Haru bahagia karena ibu sendiri, kenapa harus aneh?"
"Mungkin... karena Haru gak terbiasa, jadinya cukup aneh. Berbeda sama Yoshi dan siswa lain, kalian pasti akrab sama orang tua. Haru bilang kayak gini bukan berarti sedang beradu nasib, tapi melihat mama senyum aja udah cukup buat Haru. Serius."
Yoshi tak segera membalas, ia tau betul apa yang tengah keduanya perbincangkan. Topiknya terlalu sensitive, salah-salah bisa menghancurkan perasaan Haruto. Yoshi tidak mau seperti itu, sehingga ia hanya menanggapi dengan anggukan pelan saja.
Tak lama setelah itu, Jukyu datang. Menyapa keduanya sambil duduk diantara mereka. Tentunya Yoshi sudah memasang wajah 'tak suka' akan kehadiran sosok pengganggu.
"Mukanya biasa aja dong," celetuk Junkyu, bercanda.
"Gak bisa," Yoshi menjawab seadanya.
"Dih, sok dingin. Yaudah gue ngobrol sama Haru aja. Minggir Yos, lo pindah tempat gih."
"Enak aja! Lo duluan yang ngusel, udah gitu ngusir pula. Lo aja yang pergi, diliatin sohib lo, noh," kata Yoshi sambil tangannya mengarah pada Hyunsuk dan Jihoon yang sedari tadi memperhatikan gelagat Junkyu.
"Santai-santai. Gue kesini memang mau ngobrol sama kalian, kok."
"Hyunsuk sama Jihoon, gimana?" Giliran Haruto yang bertanya pada Junkyu.
"Gak gimana-gimana. Gue juga butuh temen baru, kan?"
Mata Yoshi sudah sangat sinis mendengar balasan Junkyu. "Sapa juga yang mau jadi temen pembuli kayak lo." Junkyu menanggapi secara enteng, ia tersenyum penuh kemenangan kemudian berkata, "ada, buktinya Haruto mau. Yakan, Haru?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[Haruto] Do You Love Me, Mama?
Teen FictionMa, Haru bener-bener sayang banget sama mama. Walau mama gak sayang Haru, yang penting Haru sayang mama. Mama gak salah, kok. Haru emang gak seharusnya ada di dunia ini. Makanya, Haru izin pergi. Mama harus bahagia, ya! Pokoknya mama harus bahagia...