Akan aku ceritakan bagaimana pertemuan kedua insan di saat yang tak siapapun menduga pada pukul 9 malam itu
🕘
Alya sedang berjalan pulang setelah mengantar pesanan dari teman mamanya. Ia harus segera pulang, mengingat ini sudah malam juga.
Ia melewati gang yang lumayan sepi karena jalan yang biasa ia lewati ditutup untuk proses perbaikan. Jadi, ia tidak bisa lewat sana dan harus melewati gang ini yang satu-satunya jalan menuju rumahnya.
Tadi, saat ia berangkat gang ini masih ramai orang lewat, tapi sekarang sudah menjadi sepi.
Dan sekarang, entah kenapa Alya merasa sedikit merinding.
"Cewek," panggil seorang laki-laki yang tiba-tiba muncul di belakang Alya dengan beberapa temannya.
Alya mencoba tenang dan memasang wajah tak acuh pada laki-laki itu. Namun percayalah, sekarang Alya merasa sangat takut.
"Kok sendirian aja, sih?"
Alya membalikkan tubuhnya akan beranjak dari sana, tapi tas miliknya ditarik oleh salah satu dari mereka.
"Kembaliin!" ucap Alya.
"Oh, harus ya emang?"
Laki-laki itu memberi kode pada temannya yang entah apa maksudnya. Salah satu laki-laki itu mendekat ke arah Alya.
Saat akan membungkam mulut Alya, laki-laki itu ditendang keras Alya hingga membuatnya terjatuh ke belakang.
Jika kalian menganggap Alya berani, itu salah. Ia takut kalau gerombolan laki-laki itu akan berbuat sesuatu padanya.
"Berengsek," umpat laki-laki tadi.
"Aduh, jangan galak-galak dong!" Laki-laki lain memegang tangan Alya.
Plakk
Satu tamparan mendarat ke wajah laki-laki itu. Cukup keras hingga membuat pipinya memerah.
"Jangan berani-berani nyentuh gue!"
"Oh, dihalusin nggak mau," bentak laki-laki tadi mendorong tubuh Alya hingga kepalanya membentur tembok di sampingnya.
"Awh..." ringis Alya memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit. Rasa pusing mulai menjalar di kepalanya.
"Plis, jangan sekarang!" batin Alya.
"Makanya, jangan sok kuat jadi cewek!"ucap laki-laki yang tadi ditendangnya berdiri membersihkan baju.
"Sakit?" tanya laki-laki itu berjongkok di dekat Alya.
"Jauhin gue!" Lagi-lagi Alya mendorong laki-laki itu.
"Oh, berani lo?" bentak salah satu dari mereka mengangkat tangannya akan memukul Alya.
Alya hanya bisa memejamkan matanya. Ia tidak bisa lari sekarang. Rasa sakit di kepalanya melebihi rasa takut yang ia rasakan.
"Eits. Kayaknya nggak baik deh kalo cowok main kasar sama cewek," ucap seseorang mencekal tangan laki-laki tadi.
Alya membuka matanya perlahan. Memperlihatkan punggung seorang laki-laki yang membelakanginya.
"Lo siapa?" bentak laki-laki tadi.
"Gue? Anak ganteng di sekolah. Anak papa sama mama. Rayen."
"Nggak usah ikut campur!"
"Ya, kalo bisa gue juga nggak mau ikut campur," kekeh laki-laki yang menyebut namanya Rayen tadi. "Tapi, sebagai anak seorang polisi, gue nggak bisa kan biarin gitu aja seorang cewek di pukul?"lanjutnya.
"Lo anak polisi?" gugup laki-laki tadi.
"Iya. Mau gue kenalin ke papa?"
"Cabut, cabut!" bisik laki-laki itu menepuk bahu teman-temannya lalu berlari menjauh.
"Lo baik-baik aja?" tanya Rayen dengan posisi masih membelakangi Alya.
"Tenang. Mereka udah pergi. Dan, satu lagi," Rayen berbalik dan sekarang mereka berhadapan.
"Jangan bilang ke papa gue kalo gue bohong dengan bilang kalo dia polisi, ya! Bisa kena marah gue nanti," senyum Rayen dengan menempelkan telunjuknya ke bibirnya sendiri.
Alya membulatkan matanya melihat wajah dan senyum laki-laki di depannya itu.
Tanpa mengucapkan apapun, Alya menyambar tasnya yang jatuh di tanah lalu berlari dari sana.
"Loh? Kok pergi?" bingung Rayen.
"Tapi, nanti kalo dibilangin papa gimana?"
"Ah, nanti gue ceritain aja kejadian yang sebenernya. Aman."
"Beneran aman, kan?"ocehnya.
"Hah, mending pulang aja deh."
"Tapi, cewek tadi kenapa?"
"Kenapa nggak bilang makasih coba?"
Alya berlari memegangi dadanya. Entah kenapa, kini jantung dan kepalanya bersautan memberi rasa sakit padanya. Bukan,jantungnya tidak memberi rasa sakit padanya. Tapi, sensasi aneh yang membuat jantung itu berdegup sangat kencang saat melihat senyum laki-laki tadi.
Deg Deg Deg
"Berhenti! Kenapa lu berdegup terus?"
Ceklek
Alya tergesa-gesa membuka pintu. Tampak, mamanya sedang duduk di sofa sambil menonton Tv.
"Lama banget, Al? Tuh,udah jam sembilan pas."
"Jam sembilan malem tepat."
• • • • • • • • • • • • •
Prolog
KAMU SEDANG MEMBACA
Nine P.M
Teen Fiction[tamat] "Gue emang bodoh. Bodoh karena mau aja pacaran sama dia, yang jelas-jelas posisi gue disini cuma dijadiin taruhan dalam kesepakatan konyol itu. Tapi, gue bisa apa? Pas lihat dia senyum, pas gue ngehabisin waktu sama dia, itu udah cukup buat...