Alya sedang duduk di sofa ruang keluarga sendiri. Papanya sedang menelepon seseorang, mungkin rekan kerjanya. Dan mamanya sedang membuat susu untuk ibu hamil di dapur.
Drrrttt Drrrtt
Alya menoleh ke ponsel yang tergeletak di sampingnya. Ia menghentikan aksi makan cemilannya dan membersihkan tangan dengan tisu di meja supaya tidak mengotori layar ponselnya.
Kak Raya
"Hm? Kenapa kak Raya nelpon jam segini?" gumamnya.
Tut
"Halo, kak. Kenapa telepon?" tanya Alya.
"Al, lo liat Rayen nggak? Udah jam segini, belum pulang juga. Gue tanya Hanif, tadi dia sama Rayen. Tapi sekitar tiga jam yang lalu. Sekarang, dia lagi nyari dimana tuh bocah. Soalnya, ditelepon dia nggak mau ngangkat. Di reject terus."
"Nggak, kak. Rayen nggak kesini," jawab Alya.
"Duh, kemana sih tuh manusia?"
Alya berdiri dari duduknya dan naik ke kamarnya.
"Alya bantu cari aja," jawab Alya mengenakan jaket dan menuruni tangga.
"Eh? Beneran nggak papa? Udah malem, loh."
"Nggak papa. Kalo gini, gue juga ikutan khawatir."
"Kalo gitu, tolong ya! Gue juga bakal cari dia."
"Oke."
Tut
Dengan tergesa, Alya menuju pintu rumah untuk mengambil mobil yang ada di halaman.
"Al? Mau kemana?" tanya mama Alya.
"Alya mau cari temen Alya dulu, ma. Belum pulang," jawab Alya mengenakan sandal sepatu miliknya.
"Tapi, kamu kan abis dirawat. Kata dokter, juga nggak boleh kecapekan," ucap mama Alya menghampiri anak gadisnya itu.
"Alya nggak papa. Cuma bentaran doang."
"Mau kemana?" tanya papa Alya yang ikut menghampiri Alya.
"Cari temen Alya, pa. Pliss izinin!" pinta Alya.
"Tapi, ini udah malem Al."
"Ntar papa kasih tau Reza buat nyusul Alya. Sekarang Alya harus cepet."
"Emang nggak bisa besok, apa?" tanya mama Alya khawatir.
Alya menggeleng sambil tersenyum. "Alya nggak bakal bisa tidur kalo dia belum ketemu. Soalnya, Alya suka cowok itu," jawab Alya dan keluar dari rumah.
"Suka?" gumam mama Alya. "Pa, anak kita udah pacaran ya?" tanyanya pada suaminya yang menatap punggung anaknya itu.
"Biarin, ma! Itu keputusan Alya. Kita nggak perlu ikut campur," jawab papa Alya memasang senyum tipis.
***
Alya melajukan mobilnya mencari dimana kemungkinan Rayen berada tapi, tidak ketemu juga. Ia juga beberapa kali menelepon Rayen, namun tidak diangkat.Drrrtt Drrttt
Dengan cepat, Alya mengangkat telepon grup di whatsapp, jika saja ada kabar tentang Rayen.
*) "Halo, Al?" ucap Hanif di seberang sana.
"Halo, Nif? Gimana? Udah ketemu?"
**)"Alya, lo dimana? Gue nyusul, nih," sambar Reza.
"Bentar, Reza! Gue nanya Hanif. Gimana, Nif?"
*) "Gue udah cari ke rumah temen-temen dia yang mungkin aja disamperin sama Rayen. Tapi, nggak ada juga,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nine P.M
Teen Fiction[tamat] "Gue emang bodoh. Bodoh karena mau aja pacaran sama dia, yang jelas-jelas posisi gue disini cuma dijadiin taruhan dalam kesepakatan konyol itu. Tapi, gue bisa apa? Pas lihat dia senyum, pas gue ngehabisin waktu sama dia, itu udah cukup buat...