Alya menyisir rambutnya sambil bersenandung. Pagi ini, ia kembali bersekolah setelah satu hari membolos bersama Reza kemarin. Ia tidak ingin mengotori rapotnya dengan catatan hari membolos.
Setelah merapikan pakaiannya, ia pun menuruni tangga dengan santai lalu menuju dapur. Ia mengambil sate kemarin yang telah ia panaskan tadi sebelum mandi.
Alya pun membawa piring berisi nasi dan sate itu ke meja makan. Beberapa kali ia menguap karena merasa mengantuk. Tadi malam, ia baru sadar kalau banyak chat whatsapp yang menumpuk di ponselnya. Alhasil, ia membalas chat dari teman-temannya sampe jam setengah dua belas malam.
Selesai makan, ia buru-buru mencuci piringnya, mengambil segelas air dan tak lupa meminum obat. Soalnya, tadi ia sudah memesan ojek online untuk mengantarnya ke sekolah.
Ia dan Reza memang tak selalu berangkat bersama. Alya tak ingin terlalu bergantung pada sepupunya itu.
Tin tin
Suara klakson terdengar dari depan rumah. Alya pun berlari kecil keluar lalu mengunci pintunya.
"Dengan mbak Alya?" tanya tukang ojek itu.
"Iya."
Tukang ojek itu memberikan helm khusus penumpang pada Alya.
"Udah mbak?"
"Udah," jawab Alya mantap saat ia sudah benar-benar menaiki motor.
Ojek pun mulai berjalan dengan kecepatan normal menuju sekolah Alya.
Sampai di depan sekolah, Alya langsung turun dan memberikan helm yang tadi dipakainya pada tukang ojek.
"Udah dibayar lewat aplikasi ya, mas," ucapnya.
"Oke. Makasih, mbak."
Alya hanya tersenyum tipis dan mengangguk menanggapinya. Ia segera berbalik akan memasuki sekolah, hingga langkahnya terhentu saat melihat seseorang yang amat dikenalnya sedang berjalan menunduk di depan sana.
Alya berlari mengejar orang itu hingga langkahnya sejajar dengannya.
"Hoy, Fa," sapa Alya.
Fama sedikit terkejut saat Alya menyapanya, begitu juga Alya yang kaget saat melihat wajah Fama saat mendongak. Gadis itu memasang senyum yang sangat terlihat dipaksakan.
"Muka lo kenapa, ha?" tangan Alya menangkup wajah sahabatnya itu.
Banyak lebam disana. Ujung bibir gadis itu juga terluka. Matanya berubah jadi sipit, mungkin habis menangis.
"Siapa?" tanya Alya menatap serius wajah Fama.
•Flashback on
"Kenalin, nama gue Alya," ucap Alya mengulurkan tangan pada seorang gadis di belakang bangkunya.
Karena ini adalah hari pertamanya di Smp, yang sekelas dengannya pada saat di Sd hanya sedikit. Makanya, ia harus mencari teman baru di kelas itu.
Gadis itu menatap lama tangan Alya sambil sesekali melirik wajah Alya yang masih tersenyum. Perlahan, tangan gadis itu terulur membalas uluran Alya. "Fama."
Itulah pertemuan pertama Alya dan Fama. Semenjak hari itu, mereka berdua semakin akrab dan terbuka satu sama lain. Fama sering menceritakan masalahnya pada Alya walau hanya sedikit.
Suatu hari, setelah pulang sekolah, Alya meminta mamanya mengantarkannya ke rumah Fama, karena gadis itu tidak masuk sekolah tadi siang.
Tok tok tok
KAMU SEDANG MEMBACA
Nine P.M
Teen Fiction[tamat] "Gue emang bodoh. Bodoh karena mau aja pacaran sama dia, yang jelas-jelas posisi gue disini cuma dijadiin taruhan dalam kesepakatan konyol itu. Tapi, gue bisa apa? Pas lihat dia senyum, pas gue ngehabisin waktu sama dia, itu udah cukup buat...