Bab 33

65 10 1
                                    

Alya berkali-kali mencuci mukanya di toilet perempuan. Tangisnya tak kunjung berhenti. Kalian tahu, bagaimana rasanya ditinggalkan sahabat yang kita kenal selama lima tahun? Menyakitkan. Itu kata yang tepat.

Alya melihat pantulan dirinya di kaca. Untung saja matanya tidak kelihatan sembab karena habis menangis.

"Bener. Ini yang terbaik buat Fama. Dia harus mulai hidup yang baru tanpa gangguan mama tirinya."

Ia mengeringkan wajahnya menggunakan tisu yang ia bawa dan memoleskan tipis bedak di wajahnya. Gadis itu menghela nafas panjang dan memasang senyum. Ya, yang terpenting tersenyum. Maka, semuanya baik-baik saja. Itu salah satu prinsip Alya.

Ia melangkahkan kaki keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju papan pengumuman yang sudah dikerubungi banyak siswa yang sedang mencari mana kelas mereka selanjutnya.

Saat akan melangkahkan kaki mendekat, tiba-tiba seorang cowok keluar dari gerombolan siswa itu dan berjalan menuju arahnya dengan senyum lebar.

"Alyaa. Lo sama gue sekelas," ucap Hanif girang. "Wahaha. Jadi, ntar bisa ngomongin tentang keju di kelas," girang cowok itu.

Alya mencoba tersenyum untuk merespon ucapan Hanif barusan. "Beneran?"

"Iya. Tapi, di kelas dua belas kan duduknya urut abjad. Jadi, nggak mungkin gue duduk deket lo," jawab Hanif.

"Ada-ada aja lo. Masa iya mau duduk deket cewek?" kekeh Alya.

"Iya juga," cengir Hanif.

"Ayo ke kelas kita, yuk! Cari tau dimana tempat duduk kita. Hehe." Hanif memutar tubuh Alya dan mendorong pundak gadis itu supaya segera berjalan.

"Hanif, jangan dorong-dorong!" ujar Alya.

"Biar cepet," kekeh Hanif tetap mendorong gadis itu.

Mereka berdua memasuki kelas dengan tulisan XII Ips 2. Tampak, sudah beberapa murid memenuhi ruang itu. Ada yang masih berputar mencari tempat duduk, ada yang sudah duduk di kursinya sendiri, bahkan ada yang sudah bergerombol.

Hanif mulai melihat kertas yang bertuliskan nama siswa di meja. Begitu juga dengan Alya. Gadis itu sudah menemukan tempat duduknya dengan mudah. Karena namanya berawalan huruf A. Barisan pertama, meja kedua dari pintu. Ia meletakkan tasnya di kursi dan membaca siapa nama teman sebangkunya.

Aferio Riko Saputra

"Feri?" gumam Alya.

"Wah, Alya?" tanya seorang cowok menghampiri Alya. "Kita sekelas lagi?" senyum cowok itu.

"Panjang umur," batin Alya.

"Iya. Tuh. Malah sebangku, lagi," jawab Alya seraya menunjuk nama di meja.

"Yang bener?" tanya Feri melihat kertas itu. "Ahahaha. Kebetulan yang menyenangkan," tawanya.

"Menyenangkan jidat lo? Ntar kalo ada kerja kelompok sebangku, lo paling-paling kabur. Kayak di kelas sebelas. Ryo aja tekor ngerjain tugas kelompok sendiri," cibir Alya.

Feri melompati meja dan duduk di kursi. Membuat Alya mendengus sebal. "Fer, jalan masih lebar. Nggak usah pake lewat meja segala!"

"Ini gaya, Al. Gaya," ucap Feri songong.

"Alyaa. Gue duduk deket manusia es. Liat tuh!" teriak Hanif menghampiri Alya sambil menunjuk-nunjuk seorang laki-laki yang tengah bermain ponsel santai tanpa menunjukkan ekspresi apapun.

"Hancur sudah tahun terakhir Sma gue. Lah, lo deket cowok?" tanya Hanif menunjuk Feri.

"Ya, gitulah."

Nine P.MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang