Bab 25

80 14 4
                                    

"Ini gue taruh sini, ya?" ucap Reza meletakkan obat Alya di meja.

Gadis itu baru saja pulang malam ini ditemani Reza. Jam pemeriksaannya jadi diundur. Makanya, sampai larut begini. Sebenarnya, Rayen tadi menawarkan untuk pulang bersamanya. Tapi, ditolak dan disuruh untuk istirahat saja oleh Alya.

"Hm," jawab Alya memasuki kamar.

"Oh ya, Za. Lo nggak bilang kan sama mama soal gue masuk rumah sakit?"

"Nggak. Kelupaan," cengir Reza.

"Bagus kalo gitu. Gue nggak mau bikin mama stress pas dia lago hamil."

"HAH? Tante hamil?" tanya Reza terkejut.

"Eh? Gue belum cerita sama lo?"

"Belum, lah. Ini aja baru denger. Wah, berarti bentar lagi ada dua Alya yang harus gue urus," kekeh cowok itu.

"Lo pikir gue bocah?" ketus Alya.

"Besok mau masuk?" tanya Reza.

"Iyalah. Penerimaan rapotnya besok, kan?"

"Kalo gitu, berangkatnya sama gue aja!" sakras Reza cepat. "Mana gue biarin lo berangkat sendiri?"

"Gue dibawah, ya. Kalo butuh sesuatu tinggal panggil. Oke? Tidur! Jangan begadang!" Reza pun menutup pintu kamar Alya dan menuruni tangga. Meninggalkan Alya yang masih menatap pintu.

Senyum terulas di bibir gadis itu. Ia sangat beruntung punya sepupu seperti Reza. Selalu ada dan peduli kapanpun. Kalian tau? Alya sangat bersyukur bisa lahir di dunia ini dan menghabiskan waktu bersama Reza sejak kecil. Ia sangat bersyukur mempunyai sepupu seperti Reza di hidupnya.

***
"Pagi, Alya," teriak Hanif menghampiri Alya dan Reza yang baru saja turun dari motornya.

"Oh? Pagi juga," jawab Alya menghampiri Hanif.

"Tumben ketemu disini," kekeh Alya.

"Gue tadi dimarahin mama. Jadinya, berangkat pagi-pagi, deh."

"Pagi juga, kakak ipar," saut Reza merangkul pundak Hanif.

"Ck. Siapa yang nyapa lo, curut?" ketus Hanif melepaskan rangkulan Reza dari pundaknya.

"Tersakiti sudah hatiku," ucap Reza dengan nada lebay.

"Eh, Al. Moga aja kita kelas dua belas ini sekelas. Jadinya, bisa cerita tentang keju," ujar Hanif senyum-senyum sendiri.

"Iya," jawab Alya ikut senyum-senyum.

"Dasar! Maniak keju," gumam Reza.

"Apa?" ucap Alya dan Hanif bersamaan menatap tajam laki-laki yang tak mengerti rasa keju sesungguhnya itu.

"Nggak. Gue nggak bilang apa-apa," elak Reza.

"Al."

Alya, Reza dan Hanif pun menoleh ke asal suara barusan. Menampakkan seorang laki-laki dan perempuan yang berjalan bersama menuju ke sana.

"Gimana keadaan lo?" tanya Rayen saat sudah sampai di dekat Alya.

"O-oh. Udah baik," jawab Alya.

"Ray, ayo udah. Kelamaan disini," ucap Cia menarik tangan cowok itu.

Reza menatap datar kedua manusia di depannya itu.

"Eh, tap..."

"Ayo!!" Cia langsung menarik menjauh tangan Rayen.

Rayen pun menoleh ke arah Alya dan mengucapkan kata maaf tak bersuara. Alya hanya menganggukkan kepala seraya tersenyum.

"Udah tuh mata ngelihatinnya," sindir Hanif pada Reza.

Nine P.MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang