12 (pengakuan rasya)

13 2 0
                                    

Seorang gadis berkerudung duduk sendirian dihalte dekat lapangan tempat dilaksanakan program osis selama 2 minggu, dan sekarang sudah berjalan 1 minggu tinggal seminggu lagi program osis ini akan selesai.

"Cahya?" Panggil seseorang yang datang entah dari arah mana ia tak memperhatikan kedatangan pria yang berada didepannya kini.
"Kok sendirian disini, nissanya mna?" Tanyanya lagi
"Oh, nissa udah pulang duluan kak" jawab cahya
"Kok ga bareng? Tumben loh" tanya rasya lagi sembari duduk disebelah nissa.
"Iyah soalnya tadi gw diantar sama bunda, jadi ntar dijemput juga sama bunda"
"Ohh yaudah gw temanin ya sampai bunda lo datang"
"Hah. Eh ga usah kak bentar lagi bunda juga sampai kok"
"Cahya ini lagi hujan dan bentar lagi bakal gelap. Gw gak mungkin dong tinggalin lo sendirian disini"

Cahya hanya diam dan memainkan ponselnya berharap orang yang ia tunggu menghubunginya. 'Bun dimana sih? Ay kedinginan' batin cahya meringgis, namun tidak bisa ia tunjukan karena ditempatnya saat ini ada rasya marasya kakak kelasnya sekaligus teman gema wirawan.
Beberapa menit menunggu akhirnya panggilan masuk dari yang ditunggu-tunggu terpampang di layar ponselnya.

"Assalamu'alaikum bunda"

"Kamu masih nungguin bunda ya ay?"

"Iyah bun, bunda dimana?"

"Sayang maaf banget ini hujannya gede trus bunda lagi kejebak macet, kamu mending sekarang cari masjid atau mushola terus berteduh di dalamnya dulu, jangan lama-lama diluar ya ay"

"iyah bunda" jawab cahya lemah.

"Ada apa? Bunda lo jadi datang kan?" Tanya rasya
"Kak didekat sini ada masjid atau mushola ga?"
"Oh ada kok tapi di seberang jalan"

Cahya tahu kondisinya, dalam keadaan seperti ini tidak mungkin ia akan basah basahan ke seberang jalan, lama lama kena angin aja ambruk apalagi hujan. Hmm kasian banget sih hidup gw😔

"Cahya mau ke mushola?" Tanya rasya membuyarkan lamuan cahya
"Hu ujan kak"
"Lo takut hujan?"
"Ga bukan takut, gw ga bisa kena hu   jan" jawab cahya ragu

Rasya melihat cahya dengan penglihatan yang aneh. Seperti seorang detektif yang sedang bertugas menyelidiki kasusnya.

"Kenapa sih kak?" Tanya cahya curiga
"Ga papa sih, gw cuman lagi mikir aja jangan2 lo ga mau kena hujan karena takut ntar rahasia lo kebongkar ya?"
"Hah? Rahasia?"
"Iyah rahasia?"
"Rahasia apaan?"
"Ya kalo lo itu duyung"
"jhahahahhaha😂" pecah sudah tawa cahya dihalte ini. Dan rasya adalah cowo pertama yang bisa membuat cahya tertawa selepas ini walaupun kondisinya sekarang sedang bertarung melawan tetes hujan yang jatuh ke bumi.

"Kenapa liatin gw gitu?"
"Ga papa senang aja akhirnya Rasya Marasya bisa melihat tawa lepas Hidayatul Cahya Purnama" jawab rasya jujur

Cahya yang mendengar jawaban itu langsung terdiam

"Kata kata gw ada yang salah ya?" Tanya rasya hati hati
Cahya hanya menggeleng untuk menjawab pertanyaan rasya
"Gw mau ke mushola kak"
"yaudah ayok"
"Tapi gw ga bisa kena hujan"
"Emm yaudah lo tunggu disini, gw cariin payung ya"
"Iya".

"Nih payungnya" kata seseorang yang tiba tiba muncul.
"Gema" kata rasya kaget, sejak kapan gema disini? Apa yang dia lakukan? Bukannya dia udah pulang? Giliran rasya yang bertanya-tanya.

Namun tanpa diketahui oleh cahya dan Rasya gema sudah ada didekat cahya sebelum rasya datang. Tapi ia hanya memperhatikan dari titik lain karena rasya keburu datang. Dan untuk tawa cahya bukan hanya rasya yang menyaksikan gema juga ikut menyaksikannya walaupun bukan Ia yang membuat cahya tertawa lepas seperti itu Namun ia bahagia melihat cahya bahagia.
Apa gema bahagia melihat cahya bahagia???

Cahya hanya menatap payung yang diberikan oleh gema tanpa menyentuhnya, ia masih bingung kenapa bisa ada kak gema disini.

"Kalo payungnya diliatin doang lo ga bakal sampai ke mushola" kata gema tiba tiba
"Hah?" Ling lung kan cahya
"Nih payungnya"
"Trus kak gema ntar gimana?"
"Lo lebih membutuhkan ini dari gw dan rasya"

Cahya hanya mengangguk lalu menerima payung yang diberikan gema kepadanya.
Gema dan Rasya terus memperhatikan langkah kaki wanita berhiJab itu sampai ia berada ditengah hujan menjelang maghrib ini.

"Cewek yang aneh" ucap rasya
"Hah?"
"Aneh, masa takutnya sama hujan"
"Dia bukan takut hujan, tapi dia ga bisa kena hujan. Kalo dia takut sama hujan dia ga mungkin ada dibawah hujan."
"Bijak kali kawanku ini"

Gema dan rasya berlari dibawah hujan dan menuju ke mushola tempat cahya saat ini berteduh.
Hari sebentar lagi akan maghrib mungkin mereka akan sekalian melaksanakan kewajibannya pada sang Illahi.

Allah hu akbar allah hu akbar
Adzan maghrib berkumandang dengan begitu indah, membuat semua telinga yang menangkap suara tersebut akan langsung melebarkan senyum untuk menjemput datangnya panggilan Allah.
Cahya yang sudah selesai wudhu sangat familiar dengan suara Adzan yang ia dengar ini. Ini adalah suara adzan yang sering ia dengar di mushola sekolahnya tapi suara siapa? Tanyanya pada diri sendiri.
Tanpa disadari ia memberanikan diri untuk mengintip dari balik tirai pembatas antara shaf laki dan shaf perempuan.
'Allah hu Akbar' batinnya setelah ia melihat dengan begitu jelas siapa yang sedang membelakangi semua jamaah dan adzan di atas mimbar. Dia lelaki yang memberikan payung untuk aku agar bisa berlindung dari tetesan air hujan yang jatuh dengan begitu ganas kebumi, Dia yang selalu bertanya tentang keadaanku tapi tidak pernah menatapku, iyah dia orangnya.

Nissa benar, dia lelaki yang baik tidak salah jika nissa jatuh hati padanya, Allah maaf jika aku telalu memuji hambamu. Namun hari ini tanpa kuceritakan pun kau tau isi hatiku. Dia yang dengan suaranya mampu membuatku jatuh hati padanya yang dengan perlakuannya mampu membuat pertahananku goyah untuk tetap memberikan cinta yang utuh kepadamu. Maaf allah Namun aku mencintai Hambamu yang satu ini dan sahabatku ia juga mencintainya😢

Setelah menunaikan sholat maghrib cahya mendapat kabar bahwa bunda akan segera ke mushola tempatnya saat ini,
"Cahya" panggil rasya entah sudah sejak kapan rasya berdiri di samping cahya
"Kak rasya"
"Bundanya jadi datang"
Cahya mengangguk
"Habis nangis ya kok matanya sembab?"
"Habis sholat kak"

Tidak lama kemudian mobil yang ia tunggu akhirnya berhenti didepan mushola betapa legahnya hati cahya saat ini.
"Gw duluan kak, Asslamu'alaikum"
"Wa'alaikumsallam"
Cahya berjalan membelakangi rasya dengan langkah yang sedikit terburu-buru karena hujan belum juga usai
"Cahya tunggu" panggil rasya lagi
"Iyah"
"Ini untuk kamu, bacanya di rumah ya" kata rasya
Cahya mengangguk,
"Ay cepat ini hujan lo!" Teriak bunda dari dalam mobil
"Bentar bunda" jawab cahya sambil matanya terus mencari seseorang
"Kak gema!" Teriak cahya ketika melihat orang yang ia cari keluar dari pintu mushola.
"Payungnya, makasih" lanjutnya lagi
Gema tersenyum tanpa menatap cahya tapi dengan jelas cahya dapat melihat senyuman itu.

*****

"Ay washlap aja trus ganti baju ya, ga usah mandi" kata bunda setelah mereka sampai di rumah.
"Aya naik dulu bunda"

Setelah bersih bersih dan ganti baju cahya teringat surat yang diberikan rasya waktu dimushola.
Dengan sedikit deg degan ia membuka surat tersebut lalu membacanya

Dear hidayatul purnama

Mungkin kamu akan merasa bingung kenapa saya memberikan kertas ini kepada kamu.
Saya sudah terlalu lama memendam dan mungkin ini puncak dari semuanya

Cahya
Pertama kali saya melihat kamu berjalan dikoridor sekolah bersama sahabatmu, pertama kali kamu memperkenalkan diri sebagai anggota baru osis pertama kali saya melihat tawa lepas kamu saya sadar jikalau saya telah jatuh hati kepadamu hidayatul cahya purnama.

From          
Rasya marasya


*****

Thank's to Allah
Dahulukan al-qur'an guys😉

Antariksa yang kelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang