.
.
.
...
Sepanjang kakinya melangkah, yang terlihat di matanya hanya padang putih luas. Tidak berujung. Tidak bertepi.
Badai salju bergemuruh. Hembusan angin bertiup kencang.
Kepergian dua orang itu dihantar seujung kuku rasa cemas, entahlah.
Meski hati memutuskan percaya, logikanya terus melawan.
Taehyung mengekori gerak kaki RM, jalan berhati-hati di bekas jejak kaki yang ditinggalkan oleh RM.
Makhluk setengah kuda itu memimpin perjalanan, dan sesekali irisnya memindai waspada.
Memastikan Taehyung masih ada dan tak kabur.
Dijamin, jika lelaki polos ini mencoba lari maka RM sendiri yang akan menghabisi Taehyung hidup-hidup.
Centaur benci sekali dikhianati. Sangat.
"Akh!" Tersandung kakinya sendiri, Taehyung jatuh tengkurap dan mencium tumpukan pasir basah yang dingin.
Dua pandangnya naik, menemui RM. Cukup tak masuk akal sebetulnya, bukanlah dua kaki tapi empat. Ini adalah kaki hewan yang berbulu.
Mengalungkan tangan kekar di sekeliling bahu, RM membantu Taehyung berdiri.
"Hati-hati, Tae. Kurangi cerobohmu, tadi kukira kamu sudah jadi orang lain yang berani."
Ingatkan beat jantung Taehyung yang berdentum kacau, bisa gila jika begini bentuk RM menabur perhatian.
Sejuta kali pun Taehyung rela terjatuh dalam jurang pesona RM yang mematikan.
Taehyung memegang pundak begah RM, berpegang erat pada punuk tegap centaur itu. Kasar dan sedikit dingin.
"Masih jauhkah?" lirih Taehyung, "Apa tempat yang akan kita datangi masih jauh?"
RM mengkerutkan dahi sejenak, "Sedikit lagi setelah melewati hutan Licids ini kita akan sampai. Kenapa? Kamu lelah?"
Taehyung menggeleng erat-erat, tak mau dicap lemah lagi di depan orang yang dia sukai.
"Mau menaiki tubuhku?" tawar RM, merunduk diri. Sukarela memberi tumpangan gratis di undakan punuk setengah centaurnya.
Andai di dunia nyata semua kuda berwujud tampan dan peka begini.
"Jangan. Berjalan saja kaya tadi, aku jadi tak nyaman."
RM mendesah, "Lihat kakimu. Kau gemetaran. Lagian pakaianmu tipis sekali. Kau akan terbunuh di tengah cuaca buruk begini."
"Ini bajuku satu-satunya, kau tau itu kan." cicit Taehyung lemah. Kejang, berjalan di hawa minus 2 derajat tanpa sweater dan jaket bulu betul tindakan yang sangat ekstrem.
"Maka itu, naiklah. Aku tak memberi penawaran dua kali."
Agaknya Taehyung bimbang menuai keputusan. Haruskah dia menurut gengsi atau kenyataan?
Disentak kencang tubuh mungil Taehyung merapat pada dada bidang RM.
Tak bersekat, dibalik permukaan kokoh dada telanjang RM tak kedapatan denyut-denyut apapun. Seperti menandakan tak ada kehidupan dan emosi.
Berbisik tepat di telinga si manis, RM berujar parau, "Tadi katanya kau merindukanku dan ingin memelukku. Jadi, jangan tolak tawaranku."
Satu ciuman basah mendarat di pipi gembil Taehyung yang kotor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breath in Poison | KookV
Random{segala hal, tokoh, karakter, alur hanyalah fiksi. Tidak boleh dikaitkan dengan kehidupan member asli.} Saat lemari kayu itu dibuka, kehidupan berbeda Kim Taehyung akan dimulai. Kelaminnya berubah, alurnya, jodohnya, termasuk tanggal kematiannya. Ke...