04. Overdosis Micin

2.5K 301 2
                                    

Sekali lagi jangan terlalu ber-ekspektasi takutnya sakit hati.


Sekarang jam pelajaran seni budaya, Tata sudah mati-matian menahan matanya biar nggak jatuh mengelinding, eh salah maksudnya biar nggak terpejam.

Saking nggak bisa nahan kantuknya dia mencari minyak kayu putih di tasnya terus dioleskan di matanya.

Memang sih berhasil untuk beberapa menit. Tapi, selanjutnya dia udah jatuh telungkup di meja, untung nggak ngorok, bisa jadi musik gratis bagi penghuni kelas.

Brak!!

“AIRI ARSYA ANANDITA!” Bu Titin menggebrak meja Tata dengan keras, yang membuat  sang empunya terkaget-kaget sampai mangap-mangap.

“HADIROH, saya masih utuh dan masih jomblo, eh?” Tata menyeletuk ngawur saking kagetnya, ya bayangin aja masa lagi asik ngimpi ngedate sama Justin Bieber malah dibangunin 'kan jadi patah hati.

Sedangkan hampir seluruh penghuni kelas menahan kentut, eh salah nahan ketawa, sampai Pampam mukanya udah merah saking nggak tahanya, Sasa apalagi udah nutup mulutnya sambil ngeluarin suara kaya ayam mau bertelur.

Beda lagi sama Aldi yang menghela nafas frustasi karena pasti nanti Aldi akan kena imbasnya.

“Kamu itu nggak kapok ya? Kerja'anya molor terus,” omel Bu Titin dengan frustasi karena udah bosan marahin Tata, mau maki-maki dia tapi, nilainya nggak jeblok amat, jadi 'kan bingung.

“Ehe, maap Bu, soalnya Aldi kemarin ngajakin begadang nonton topeng monyet sih, jadi sebagai kakak yang baik, saya nemenin dia Bu, ehe,” elaknya sambil cengengesan, yang sepenuhnya ngibul, emang cuma dia yang berani ngibulin guru garang sekaligus mantan psikolog.

Sedangkan Aldi mengingatkan dirinya agar tidak membenturkan kepalanya ke meja, saking pingin nabok kepalanya Tata sekarang juga, agar otaknya Tata bener sedikit.

“Kamu mau bohongin saya?” tanya Bu Titin garang.

Tata cengengesan sambil garuk kepalanya yang memang gatal, lagian ngapain digaruk kalau nggak gatal, kurang kerjaan banget, mending ngupil aja, eh nggak nyambung.

“Pulang sekolah nanti bersihkan lapangan belakang!” perintah Bu Titin tak mau dibantah, sedangkan Tata hanya mengangguk pasrah, daripada ngelawan nanti dia dijadiin onde-onde.

***

Jam istirahat ini digunakan Tata untuk rebahan di bawah kipas angin tanpa menggunakan karpet, karena terasa lebih sejuk jika langsung rebahan di ubin lantai.

Udara siang ini memang sepanas gorengan baru matang, nggak ada apa-apanya dibanding panasnya lihat mantan udah bahagia, eh.

“Geser dong Ta, gue nggak kebagian kipas!” Sasa menggulingkan badan Tata dengan paksa karena rebutan kipas angin, padahal 'kan kipasnya cuma satu, terus nempel di plafon.

“Apaan sih? Gue duluan tadi yang di sini!” balas Tata tak mau kalah, jadi sekarang mereka malah bergulat saling dorong nggak mau kalah.

“Oy, brisik! Kalau mau gelut sono di kandang.” Pampam menendang Tata yang sedang bergulat dengan Sasa.

Padahal yang berisik 'kan dua orang, tapi yang ditendang cuma Tata, emang dasar kayanya Pampam punya dendam kesumat sama Tata.

“Woy ... santai dong, main tendang, mata lo katarak apa gimana? Nggak bisa bedain mana bola, mana kembaranya Lisa Blackpink,” omel Tata sekaligus narsis sambil berdiri rapihin seragamnya yang kusut kaya mukanya sekarang.

"Tau tuh, nyuruh di kandang, lo pikir kita kambing apa." Sasa ikutan menyahuti kesal tak terima.

“Lisa Blackpink? Lo nggak ada apa-apanya barang seujung kutil pun,” sanggah Pampam sekaligus nistain Tata.

Tata mecebikan bibirnya, setelah itu menoleh ke arah pintu kelas, di sana ada Lion sama Dani yang baru balik dari kantin, dia langsung menghampiri mereka sambil memasang muka teraniaya.

“Singa, Pampam tuh jahad nistain acu, tendang aja dia ke rawa-rawa ya.” Tata merengek sambil memegangi tangan Lion manja, yang malah membuat teman-teman yang lain melongo.

“Woaaah, awas Yon jangan terbang, atapnya nanti jebol.” Sasa teriak heboh sambil tepuk tangan lebay, berasa jadi penonton alay, sedangkan Tata jadi kebingungan.

Beda lagi sama Dika yang tadinya miringin HP alias mabar, jadi lari menghampiri Lion yang cengo di depan pintu dengan panik.

“Yon, lo masih hidup, 'kan? Lo masih inget gue, 'kan? Jangan insomnia dulu dong, utang lo masih banyak ke gue.” Dika panik berlebihan sambil memegangi kepala lion seolah kepalanya ditempeli jin tomang.

“Amnesia bego!” Tata membenarkan ucapan Dika dengan geregetan sampai dia menabok kepala Dika dengan keras. Sedangkan sang empunya cengengesan tanpa dosa.

Lion menepis tangan Dika, setelah itu tersenyum bodoh. “Siap neng, Aa’ akan selalu melindungimu.”

“Gas teros, sampai ambyar,” Sasa menyoraki dengan lebay, sepertinya memang dia terlatih untuk jadi penonton alay, lalala yeyeye.

“Nggak jadi ah, lo buaya soalnya,” ucap Tata santai tanpa dosa, setelah itu ngluyur ke bangkunya siap-siap molor sampai puas.

“Omaigat, perih uy.” Sasa bersorak lagi dengan heboh sambil pegangin dadanya.

Sedangakan Dika sudah tertawa terbahak-bahak, kayanya mereka cocok buat bikin duo lebay sejagad raya.

“Tata tega, gue butuh oksigen, akh ... gue tersakiti.” Lion bersorak lebay dengan gila, memang taman-teman Tata kebanyakan makan micin semua.

Tata celingukan nyari Dani sama Pampam tapi, kok nggak kelihatan batang hidungnya.

Perasaan, tadi mereka ada di kelas cepet banget hilangnya, padahal mereka mau dimonopoli buat bantuin Tata bersihin lapangan nanti, apa mereka punya kekuatan teleportasi, wah hebat banget mereka.

“Tata ... gentung jos.” Sasa menghampiri Tata dengan riang sambil joget- joget, bau-baunya mau ngajakin Tata nggosip, memang Sasa itu lambe turah di kelas Mipa2.

"Hm ape?” tanya Tata nggak berminat sedikitpun karena matanya sudah ngantuk apalagi gerah banget cucanya.

“Adek lo mana dah Ta?” tanya Sasa penasaran, karena pas jam istirahat pasti Aldi sudah lenyap daripandangan.

“Tau dah, paling udah ngumpul sama geng coganya,”jawab Tata acuh.

“Emang seganteng apa sih temenya Aldi? Gantengan mana Aldi sama temenya?” tanya Sasa atusias.

Tata langsung berbinar membayangkan para cogan. “Ya gantengan temenya Aldi lah.”

Sasa mengernyit jadi penasaran sama temenya Aldi tapi dia sudah kepincut sama Aldi.

“Eh Ta, lo harus hormat sama gue, karena lo itu calon adek ipar gue,” katanya dengan senyum jumawa tapi, kemudian dia memegangi kepalanya karena langsung di tabok keras sama Tata.

“Dasar lo overdosis micin, jangan coba-coba menelin Adek gue lu!” peringat Tata galak setelah itu ke belakang kelas yang ada karpetnya terus rebahan di situ memang jiwa-jiwa pelor mendarah daging.


                                           Tbc

Catatan:

DAH HABIS, JAN LUPA JEJAKNYA GES AWAS KALAU NGGAK, DAMPRAT ONLINE WAKAKA PAPAY LOPYU OL

Nggak bosan mengingatkan bintangnya ditekan ya, Komen juga boleh Jan takut nggak aku kirim santet online kok

Cewek BarbarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang