12. Es Cincau

1.3K 130 2
                                    

Tata sedang mencuci pel bekas yang buat bersihin ruang TV, tadi dia yang ngepel sedangkan Dani yang nyapu dan lap sofanya barengan.

Soalnya Tata masih kasian sama Dani yang udah bersihin kamarnya, takutnya dia jadi panuan, eh salah. Penuaan dini maksudnya. ‘Kan kasian masih jomblo udah tua aja.

“Taruh mana, nih?" tanya Dani sambil nentengin sapu dan pengki, sekarang mereka lagi di belakang rumah.

“Kan itu ada tempatnya, Bambang! Sebelum tanya itu dicari dulu kek,” omel Tata sambil nunjuk cantolan yang ada di sebelah pintu, padahal hanya di samping Dani.

“Biasa aja dong nggak usah ngegas, habis sarapan pertamax apa gimana lo?” ejek Dani sambil mengacungkan sapu ke arah Tata, berasa sapunya jadi samurai apa gimana.

“Sini lo maju, nggak usah banyak bacot!” tantang Tata sambil pasang kuda-kuda dan memegang pel yang basah.

Dani memutar sapunya sambil ketawa sok jahat. “Wahaha, jadi Nyai mau menantang saya.”

“Jangan main-main kau wahai Kisanak, kau akan kutendang dengan jurus cakaran maut monyet luar angkasa,” balas Tata sok jadi pemain film. Dasar otak sinetron.

“Seraang!” Dani teriak sambil maju mau nyerang, begitu pula dengan Tata.

Mereka sekarang udah main perang-perangan sambil sesekali ngakak di halaman belakang sambil nyeker, udah kaya monyet yang rebutin daerah kekuasaannya.

Mending mereka casting film aja, biar nggak ngehalu, kasian tetangga yang dengerin teriakan dan ketawa ngakaknya Dani sama Tata, mereka ini bener-bener MKKB alias masa kecil kurang belaian.

“Gebokan ... maut singa luar angkasa!" teriak Tata sambil mengayunkan pel dengan sekuat tenaga, sedangkan Dani sudah pasang kuda-kuda siap menerima pukulan Tata.

“Aaaa ....”

Klek!

Ganggang pel dan sapu mereka langsung patah dengan dramatisnya, sedangkan Tata dan Dani jadi diam membeku.

Mereka menatap ganggang sapu setelah itu beralih natap satu sama lain dan seperti yang diduga, mereka ngakak dengan keras, bahkan mereka sampai terduduk-duduk.

“Wakaka, udah lama banget kita nggak main pedang-pedangan,” seloroh Tata sambil nepuk-nepuk tanah tidak lupa dengan cengengesan.

“Iya, udah lama juga nggak main di selokan sambil nangkepin cacing,” jawab Dani sambil rebahan di rumput begitu juga dengan Tata.

Sebenernya rumput di situ nggak sebersih rumput di lapangan sepak bola, mereka ini memang duo jorok. Pasti nanti kalau bangun badan mereka banyak rumput yang menempel.

“Gue kangen banget lihat kebegoan lo yang mau jualan sate cacing,” timpal Tata sekaligus nyibir Dani.

Dani langsung terduduk kaget. “Oy, jangan buka kartu gue dong.”

“Halah, emang kenyataan kok,” balas tata santai.

“Lo juga bego, masa mau mata-matain mainan bisa bicara apa nggak, apaan dah dikira kartun apa,” balas Dani nggak mau kalah.

Mereka beberin kebegoan mereka di masalalu, padahal ‘kan yang ada di situ cuma mereka. Jadi apa untungnya beberin rahasia.

Plak!

“Ngarang banget lo, gue nggak pernah gitu ya,” protes Tata tak terima, sambil nepuk kepala Dani pakai ganggang pel yang tinggal setengah. Sedangkan Dani hanya mencibir sambil meringis megangin kepalanya.

“Ngomong-ngomong anak kita si Bintang sekarang di mana Ta, ngahaha,” tanya Dani sambil nostalgia kebegoan mereka pas kecil.

Mereka ini dulu emang sering main anak-anakan padahal Dani ‘kan laki-laki, tapi, dia dipaksa Tata main boneka, kalau nggak mau bakalan dilemparin kucing.

Cewek BarbarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang