22. Miris

994 86 2
                                    

Satu dua tiga sayang yang nggak baca.

***

Pampam jalan dengan emosi yang menggunung di kepala, dia berhenti di kantin dan duduk dengan serampangan, sampai penghuni kantin jadi menoleh kaget.

Cowok itu membuka plastik berisi makanan yang banyak dan memakan isinya dengan rakus, sebagai bentuk kekesalan karena kalah cepat dengan Dani.

"Nyet dah, banyak amat nih makanan. Bagi napa," celetuk Dika yang baru datang ke kantin dan langsung melihat makanan yang berserakan di meja yang membuat jiwa rakus Dika merota-ronta.

Pampam tidak bereaksi, dia malah asik makan dengan rakus, sedangkan Dika malah kesenangan sendiri dan duduk dengan serampangan sambil nyomot roti yang paling besar.

"Lu, kenapa dah kaya orang kesurupan kek gitu?" tanya Dika sambil mengunyah dengan serampangan, alhasil makanannya muncrat dengan menjijikkan.

Pampam yang biasanya langsung bereaksi lebay, kini hanya makan dengan terus melamun, dia ini sudah seperti tengkorak yang nyasar ke kantin, tak punya semangat hidup sama sekali.

Sementara itu, para degem yang mengasosiasikan sebagai bucinnya Pampam langsung menatap sang idola dengan tatapan gemas, karena di mata mereka sekarang Pampam jadi kaya bayi yang belajar makan, dasar bucin kronis.

"Lo sama Dani ada masalah lagi?" tanya Dika berbisik, takutnya ada yang dengar.

Pampam langsung berhenti makan, dia menaruh rotinya di meja setelah itu mengusap mulutnya dengan punggung tangan dan meghela nafas.

"Gue nggak bisa nyerah lagi, Ka," ungkap Pampam sambil menyenderkan badannya ke kursi dengan dramatis.

Dika mengernyit. "Lo yakin? Nggak asik ah kalau lu sama Dani musuhan, badutnya jadi kurang."

Pampam langsung menyentil jidat Dika sambil menatap sinis. "Enak aja, lu yang mirip sama badut."

Dika hanya meringis dan melanjutkan makannya, sedangkan Pampam memikirkan ulang keputusannya untuk maju kembali.

"Auah, gue bingung Nyet!" rengek Pampam dengan putus asa dan menjatuhkan kepalanya ke meja dengan dramatis, tapi sayangnya gelas yang ada di meja jadi tumpah dan mengenai kepala Pampam dengan miris.

Tawa Dika langsung menyembur dengan keras, bahkan penghuni kantin yang lainnya langsung ikutan ketawa ngakak tanpa dosa.

"Anjir, kenapa pada ngakak sih! Bantuin lap ini kek," omel Pampam sambil mengelap rambutnya pakai plastik yang malah tidak berhasil.

"Ngakaka, sukurin dah kramas pakai es teh," cibir Dika sambil cengengesan dengan jahil, memang teman laknat.

Pampam mengibaskan rambutnya dengan dramatis yang malah membuat para degem memekik dengan kagum, sayangnya hati sang idola lagi terkatung-katung ke orang yang nggak punya urat peka.

"Kak Pampam, ini aku kasih tisu yang wanginya sewangi cintaku padamu," ucap Dika sambil tersenyum genit dan belagak menyelipkan rambut ke belakang telinga.

Pampam langsung bergidik dan menyerobot tisu yang dipegang Dika, sedangkan Dika langsung tertawa ngakak.

Pampam cemberut sambil terus mengelap rambutnya, dia membeku kala melihat Tata yang jalan ke kantin dengan Aldi, kenapa tiba-tiba dia jadi kikuk begini kalau ada Tata, padahal biasanya asik banget saling menistakan.

"Hoy, kenapa keramas di kantin sih, kaya kagak ada tempat lain aja, mau jadi model shampo?" omel Tata sambil menggeplak kepala Pampam seperti biasa.

Pampam garuk muka salah tingkah, dia ini lemah banget sih, dasar bucin. Tata yang melihat Pampam jadi menatap aneh.

"Lu kenapa dah Pam, kurang asupan micin segerobak apa gimana?" tanya Tata heran.

Pampam mengehela napas dan menenangkan diri kemudian dia duduk di kursinya dengan sok santai padahal, jantungnya sudah goyang dumang.

"Wuih, makanan segini banyak lo caplok sendiri? Tega lu nggak bagi-bagi," omel Tata sambil menyerobot makanan yang ada di meja dengan seenak kutil.

Pampam tersenyum miris, memang makanan itu buat Tata, tapi nasib berkata lain.

Sementara itu Aldi yang melihat gerak-gerik Pampam jadi mengernyit.

"Pulang sekolah nanti, anterin Tata pulang," pesan Aldi setelah itu dia berlalu begitu saja
meninggalkan Pampam yang terkejut, apalagi Tata yang plonga-plongo.

"Gila sih ini, Pampam dapet lampu ijo dari Aldi," celetuk Dika dengan kagum sekaligus iri pasalnya dia pernah disidang sama keluarga garongan gara-gara nganterin Tata pulang sekolah.

Pampam batuk-batuk sok cool, tiba-tiba dia merasa jadi orang terganteng sedunia karena sudah dikasih lampu hijau sama Aldi.

Tidak tahu saja, Aldi sebelumnya sudah menitipkan Tata pada Dani juga, dia ingin tau sebenarnya Tata akan memilih siapa, karena Aldi menangkap jika mereka bertiga terjebak di situasi yang rumit.

"Gimana? Nanti pulang bareng gue?" tanya Pampam sok cool, meskipun sebenarnya cool.

Tata garuk-garuk kepala kebingungan. "Lah gue udah janjian sama Donat, eh Dani."

"Ck, Dani aja terus!" ketus Pampam sambil berdiri dan pergi dari kantin, meninggalkan Tata yang kebingungan dan Dika yang menahan tawa karena melihat Pampam yang cemburu lucu sekali.

"Pampam kenapa dah, kayanya beneran kerasukan jin," bisik Tata ke Dika dengan ngeri, takutnya nemplok di Tata juga.

***

Pampam duduk di warung mbak Tutut sambil makan coki-coki dengan geregetan, karena nggak jadi nganterin doi pulang.

Padahal sudah terbang ke angkasa, tapi diturunkan lagi dengan paksa emang nggak elit banget.

"Mas Pampam kenapa toh, kok cemberut kaya ikan cucut?" tanya mbak Tutut sambil duduk di samping Pampam dengan prihatin.

Pampam mengehela nafas saat melihat Tata yang lewat dengan dibonceng Dani, belum jadian aja sudah patah hati, miris.

"Eh, kolor ngesot!" latah Pampam saat dengan tiba-tiba mbak Tutut menyiramnya dengan air bekas cuci tangan.

"Eh aduh maaf Mas, kirain situ kesurupan jadi, ya saya siram, ehe," ucap Mbak Tutut yang merasa bersalah.

Sedangkan Pampam rasanya mau goyang dumang aja saking frustasinya, kenapa hari ini dia sial banget, selalu aja terkena musibah.

Cewek BarbarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang