25. Upil Kiloan

1K 100 8
                                    

Cerita ini sekarang aku kasih tagar 13+ karena banyak kata umpatannya

***

Faul: Ta, gue mau ketemu, lo masih inget gue, kan?

“Eh, buset! Jangan banting-banting hp dong!” ketus Pampam dengan reflek sambil mengelus dada, kemudian melanjutkan, “gue tau sih, hp lo itu udah butut, nggak kaya punya gue yang merk pisang dicokot, tapi jangan dibanting juga, mak lo beli hp itu pakai duit, bukan pakai upil kiloan.”

Pampam mengacungkan jarinya sambil memajukan kursinya agar lebih dekat dengan Tata, sudah seperti emak-emak PMS. Cowok jangkung ini sok bijak sekali, padahal nasehatnya tidak nyambung dan amburadul, sedangkan Dani hanya menatap jijik pada saingannya itu.

Tata yang mendengar ceramah dari Pampam langsung menolehkan kepala. Matanya berkilat
menatap Pampam dengan sinis, tangannya mengepal, siap melayang ke muka Pampam kapan saja. Lagipula, Pampam ini cari mati, suasana hati maung betina itu sedang kacau, mulutnya masih saja nyablak.

Satu-satunya gadis di ruangan itu tersenyum manis, tetapi jatuhnya malah menyeramkan di mata Dani dan Pampam. “Pam, lu mau banget ya sarapan pakai ini?!"

Pampam meneguk ludah, menciut saat Tata mengepalkan tangan di depan mukanya. Sebenarnya Tata ini preman pasar apa gerandong berhati hello kitty, sampai Pampam yang laki-laki saja mengkerut seperti bakwan anyep.

Melihat sang calon korban sudah menciut sebelum diberi tampolan maut, akhirnya Tata hanya menghela napas dan mengambil ponselnya yang tergeletak mengenaskan di meja, dengan layar
yang masih menyala.

“Lagian Ta, lo nggak sayang apa sama hp lo itu.” Ternyata Pampam masih punya nyali mengusik Tata, buktinya masih melanjutkan celetukan un-faedahnya. Dani saja sampai geregetan pengen nyanyi lagu kumenangis membayangkan.

“Eh, lupa, ‘kan lo sayangnya sama gue, ngah ... adaw!” Pampam meringis sambil memegangi
kepalanya yang menjadi sasaran kemarahan Tata.

Sementara Pampam meringis, Dani justru tertawa
terpingkal-pingkal. Matanya sampai terpejam, tangannya menggebrak meja, puas sekali jika Pampam ternistakan.

Tata berdecak, setelah itu menyandarkan tubuhnya di kursi sambil menghela napas, bingung harus
membalas pesan Falu dengan kalimat seperti apa. Ada perasaan marah, kecewa di dalam dirinya, tapi rasa rindu lebih mendominasi.

Menghela napas kembali, sambil menenangkan diri, akhrinya Tata beranjak dari duduknya. Membuat Dani dan Pampam yang sejak tadi memerhatikannya menjadi mengernyit.

“Woi, Ta! Mau ke mana lu?” tanya Pampam spontan, sedangkan Dani hanya menunggu respon dari Tata. Memilih jalan aman, takut terkena amukan mau betina, biar Pampam saja yang jadi korban, dirinya nasih sayang nyawa dan muka, kalau terkena cakaran Tata nanti berkurang kadar kegantengannya, muka is nomber one boor.

Tata yang sudah sampai di ambang pintu jadi
menoleh, memasukkan ponselnya di saku dan
mendelikan matanya membuat Pampam dan Dani lagi-lagi meneguk ludah, menciut dengan aura macan yang melekat pada Tata. “Mau boker, kenapa? Mau ikut nyemangatin?”

“Nggak!” jawab Pampam dan Dani kompak, sambil menggerakkan kedua tangannya tanda menolak keras.

Tersadar karena baru saja melakukan gerakan yang sama, dua cowok bobrok itu saling menoleh dan mendelik, tak lama kemudian melengos lagi-lagi dengan kompak.

Mereka ini memang tidak cocok jika bermusuhan, apa-apa kompak begitu lagipula, kelas akan sepi tanpa celetukan berbumbu micin dari mereka. Tanpa mereka kelas seperti ambulan tanpa iuwiuw, kakak online shop tanpa jargon ‘dibeli kaos kaki cap gajahnya kaksay’

Cewek BarbarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang