07. Poor Pampam

2K 192 4
                                    

Nggak tau mau ngomong apa, jadi selamat membaca, tapi jangan berekspektasi.

***

"Ta, cepetan siap-siapnya, lo ada rencana mau bikin Abang berbuah di sini ya!" Ansel teriak dari teras rumah dengan keras.

Dia kesal, soalnya Tata siap-siapnya lama banget. Padahal, tadi pintu kamarnya digedor sama Tata dengan heboh, katanya dia terlambat ke rumah Sasa.

Tapi, sekarang dia malah belum keluar dari kamar, Tata ini sebenarnya mandi apa nyelam sambil minum air sih, lama banget.

"ABANG! Jangan teriak malem-malem, nanti dikira ada maling jemuran!" seru sang Nyonya besar, alias Mamanya Tata dan para Saudara.

Mamanya menyuruh Ansel untuk tidak berteriak. Tapi, dia sendiri teriak dari dapur, memang Emak-Emak selalu benar, the power of Emak.

Ansel hanya bisa merapatkan bibirnya, tidak mau melawan sang Mama.

Mamanya memang tipe Emak yang tak mau dibantah dan suka ngamuk, kalau anggota keluarganya melakukan kesalahan.

Apalagi kalau tupperwere kesayanganya hilang. Sepertinya gen singa betina Tata turun dari Mamanya.

Tapi, biar bagaimanapun dia tetap menyayangi dan melindungi Mamanya dan Adik yang super ngeselin itu.

Karena Papanya selalu mengajarkan Ansel dan Aldi untuk selalu menghormati dan melindungi kaum perempuan terutama Mama dan Adiknya.

Ansel menghela nafas, lalu dia menghempaskan tubuhnya ke kursi kayu yang ada di teras dengan dramatis, dia frustasi karena ternyata menunggu berat juga, pantesan Milea nggak kuat

"Lama amat sih, niat mau pergi apa nggak sih dia itu!" gerutunya sambil menutup matanya, tanganya memutar kunci saking gabutnya.

Tata ini memang manusia negara plus Eman dua sejati, kebiasaanya suka ngarep. Eh, ngaret.

Ansel membuka matanya saat merasakan ada yang mendusel manja di kakinya. Ternayata itu Ninis, kucing kesayangan Tata.

"Nis, bilangin majikan lo dong, jangan ngaret kaya ban motor!" Ansel bicara dengan Ninis, sambil menjitak kucing kampung. Tapi, gembul itu.

'meoow'

"Ish, lucuk banget sih lu, nggak kaya majikan lu yang ngeselin itu!" Ansel gibahin Tata sambil mengelus Ninis yang tidak tau apa-apa, kalau begini Ansel jadi manusia tampan yang kyut.

"Ayo Bang, udah telat ini. Nanti Tata dipanggang sama temen-temen," ajaknya seenak udel, lagian mana berani teman-teman Tata panggang dia.

Ansel menatap sinis Adeknya, "Yang ngaret tadi siapa ha? Ngapain dulu sih sebenernya, orang nggak dandan ini!"

Biasanya Cewek kalau mau pergi lama karena sibuk nebalin alis sama ngelabur muka, lah ini si Tata mukanya masih polos nggak dipoles apa-apa, jadi dia ngapain lama di kamar, jangan-jangan dia ketiduran tadi.

"Hehe, lupa naruh handuk di mana Bang, eh ternyata ada di kolong meja," adu Tata sambil cengengesan, memang hanya Tata yang naruh handuk di kolong meja.

"Makanya kalau habis mandi itu dijemur, bukan malah dilemparin di meja! Untung nggak ketahuan Mama" Ansel mengomeli Tata sudah seperti Emaknya.

"Ya monmaap, jangan bilang Mama ya Bang, hehe," rayunya sambil gelendotan kaya bayi di lengan Abangnya.

Ansel berdecak, lalu menyuruh Tata untuk cepat-cepat masuk mobil, karena sebenarnya dia masih ada acara dengan temanya.

Tapi, karena Adeknya sedang membutuhkanya jadi dia mengantarkan Adeknya yang mirip tuyul lepas itu dulu.

Cewek BarbarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang