21. Kawasan Dilarang Pacaran

993 99 2
                                    

“Uhuy, mohon maaf ini kawasan dilarang pacaran!” sindir Dika pada Pampam dan Tata yang masih sibuk dengan dunianya sendiri di depan kelas.

Seketika yang disindir jadi saling menjauhkan diri dan canggung. Lebih tepatnya Pampam yang canggung, sedangkan Tata malah mulai asik makan bubur ayam tanpa dosa.

Dani langsung memalingkan muka dan jalan ke bangkunya dengan emosi tingkat angkasa, masih pagi juga udah mau garuk muka orang aja rasanya.

“Pampam kesurupan!” teriak Dika dengan heboh, dia langsung loncat dari bangkunya terus lari ke Pampam yang masih gelagapan.

“Wuaaa, kelas ini ada setannya.” Sasa langsung lari memutari bangkunya sambil melambaikan kedua tangannya.

Tata yang sedang asik makan jadi terganggu sama tingkah teman-temannya yang heboh dan alay tingkat angkasa.

“Bisa diem nggak? Atau gue timpuk pakai beban hidup nih?” ancam Tata ngawur yang tidak ditanggapi oleh teman-temannya.

“Pam, utang lo ke gue ada berapa?” tanya Dika dengan panik, tapi malah ngawur nanyain utang.

Pampam memukul kepala Dika dengan keras. “Gue nggak punya hutang, lo yang punya sampai bejibun.”

Dika cengengesan sambil nepuk-nepuk pundak Pampam sok asik. “Utang segitu aja Pam, nggak usah dipikirin.”

Pampam hanya menatap Dika dengan sinis dan pergi ke bangkunya dengan diikuti Dika yang mengoceh biar Pampam melupakan hutangnya.

Tata ternyata sudah di bangkunya, tentu saja tempatnya yang paling belakang, sedangkan di depannya ada bangku Pampam.

Disampingnya ada bangku Dani yang sekarang pemiliknya sedang menelungkupkan kepala di meja.

“Oy, Dani kayanya kurang belaian dah, pagi-pagi udah kusut kaya pantat panci,” ucap Sasa sambil menggoyang-goyangkan badan Dani dengan jahil.

“Ck, bisa diem nggak?!” bentak Aldi dengan muka datar yang tidak biasanya nemplok di muka Dani yang terkenal absurd.

Sasa langsung mengkerut dan berjalan pelan ke Tata yang juga kaget karena Dani tidak biasanya galau seperti itu.

“Ta, kayanya setannya pindah ngerasukin Dani deh,” bisik Sasa pada Tata.

Tata langsung memutar mata jengah, Sasa ini masih pagi udah bikin kepala orang berpotensi terbelah jadi dua aja.

“Kayanya Dani butuh semburan dari Tata deh,” celetuk Dika sambil bertopang dagu sok serius, padahal dia tidak pernah serius.

Kemarin aja pas ulangan matematika dia masih sempat-sempatnya nyeletuk. ‘Saya nggak bisa ngitung Bu, bisanya mencintaimu’ langsung saja Dika dapat damprat maut dari maung sekolahan.

“Ya udah deh, sini biar Mamah Dedeh yang urus,” ucap Tata sambil jalan ke bangku Dani.

“Dani similikiti, yang mukanya kaya pantat panci, entah apa yang merasuki mending lu pergi,” ucap Tata ngawur sambil megang jidat Dani.

Dani yang masih emosi ditambah cacian Tata tadi langsung menepis tangan Tata dengan kasar, sampai dengan dramatisnya tangan Tata terkena meja.

“Adaw, kasar banget sih!” bentak Tata sambil mengibaskan tangannya yang perih.

Pampam yang semula hanya jadi penonton langsung bereaksi. “Lo, kenapa sih Dan? Nggak biasanya galau kaya ubur-ubur gitu.”

“Lo masih tanya kenapa?” tanya Dani dengan sinis yang membuat yang lain jadi kaget.

Pampam mengernyit. “Apa? Gue nggak niat main teka-teki, langsung aja.”

“Lo bawa kabur Tata jingan!” umpat Dani sambil melotot menyeramkan.

Sasa dan Dika jadi menjauhkan diri dari area panas yang sebentar lagi jadi pertempuran sengit, sedangkan Tata hanya cengo seperti orang bego.

“Bawa kabur? Gue cuma mau bikin dia tau dunia luar,” ucap Pampam dengan datar sambil bersidekap dada, yang malah membuat Dani semakin tertantang.

“Dengan nggak izin sama Bang Ansel? Bukannya itu namanya pecundang?” Dani menatap sinis Pampam yang mencoba mengendalikan emosinya.

Pampam berdiri dari bangkunya begitu juga dengan Dani, sekarang mereka bertatapan sinis di antara Tata yang dari tadi hanya menyimak dengan bingung.

“Lo maunya apa sekarang?” tanya Pampam dengan dingin sambil bersidekap dada, baru saja Dani mau menyahuti, tapi langsung diserobot Tata.

“Stop! Jangan ada adegan sinetron adu bacot di antara kita!” teriak Tata yang merusak suasana tegang.

Teman-teman yang lain langsung bersorak kecewa. “Yah, ngrusak suasana aja.”

Sedangkan Tata langsung menyahuti dengan sewot, sekarang perhatian semua orang teralihkan, tidak menyadari Pampam dan Dani lagi panas-panasnya.

Suasana kelas jadi semakin ramai, karena ketua kelasnya juga ikutan ngajak ribut, sedangkan Aldi yang biasanya melerai hari ini tidak masuk kelas karena harus bimbingan olimpiade.

“Sori Dan, kali ini gue nggak akan nyerah,” ucap Pampam sambil melirik Tata yang adu mulut dengan yang lain.

Pampam menepuk-nepuk pundak Dani sekilas, setelah itu pergi dari kelas begitu saja, padahal bel hampir berbunyi, sedangkan Dani semakin emosi.

Sampai jam istirahat Pampam belum juga menampakkan batang kutilnya, sedangkan Tata sudah guling-guling di karpet karena kelaparan.

“Kenapa nasib gue selalu kelaparan sih,” gerutu Tata sambil guling-guling sambil megangin perutnya, berharap supaya cacing peliharaanya bisa diajak kompromi.

“Nih makan!” perintah Dani sambil melempar plastik makanan ke Tata dengan barbar.

Tata langsung berbinar. “Uwuw, makasih Donat, ini dari Pampam apa dari lo?”

“Ck, kenapa selalu Pampam yang ada dipikiran lo sih?” tanya Dani dengan sewot yang membuat Tata mengernyit.

“Lo ada masalah apa sih sama Pampam? Siapa yang ngutang dan belum bayar?” tanya Tata dengan bego.

Dani menghela nafas, urat peka Tata sepertinya kebuang barengan sama kentut, rasanya jadi pengen nyentil otaknya biar peka sedikit.

“Oh, Pampam yang ngutang? Sabar ya, mungkin dia belum punya duit,” ucap Tata sambil menepuk- nepuk kepala Dani dengan prihatin, sang empunya malah memasang muka datar.

Sementara itu, Pampam yang baru mau masuk kelas langsung mengurungkan niatnya. Tiba-tiba sesak napas karena melihat Tata yang menepuk-nepuk kepala Dani.

Dia langsung balik badan dan mencengkeram plastik yang berisi makanan dengan erat.

Niatnya mau kasih makanan itu untuk Tata, tapi sekarang emosinya sedang meluap, miris sekali hidupnya. Baru aja mau maju berjuang, tapi malah keduluan orang lain.

Cewek BarbarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang