08. Badut Kelas

1.7K 147 5
                                    

Tata sedang kelimpungan mencari buku paket fisika, yang nggak tau di mana, padahal tadimalam, sebelum dia berangkat ke rumah Sasa, dia sempat lihat bukunya nangkring di atas meja belajar, tapi sekarang udah nggak ada bentukanya.

“Mana sih, perasaan di sini deh semalem,” gumam Tata sambil mengobrak-abrik kamarnya dengan
kesal. “Apa jangan-jangan, tuh buku punya kaki, terus jalan sendiri.”

Tata berfikir ngacoh, yang malah membuat dia bergidik sendiri, ini akibatnya jika semalam tidak
belajar, malah nongkrong di rumah Sasa, karena asik ngetawain satu sama lain.

Bahkan mereka nggak jadi belajar kelompok, karena Reni datang-datang langsung ngajak ber-exsperimen buat sushi pakai bahan-bahan yang alakadarnya.

Alhasil mereka pulang sampai lebih dari jam sembilan, Tata dijemput Ansel yang terus mengomel tanpa jeda, tapi ternyata yang diomeli malah ngorok, dasar nggak tau diri.

“Ta, cepetan turun, nanti makananya dihabisin Aldi loh!” teriak Ansel samar-samar dari ruang makan.

Sedangkan Tata tidak menanggapi teriakan Ansel, dia terus mengobrak-abrik kamarnya, dari selimut,
sampai lemari pakaian, sudah tak berbentuk lagi, bahkan dia juga mengecek di kamar mandi, siapa
tau tuh buku lagi kebelet pipis.

“Ngapain, sih lama banget?!” tanya Aldi ketus, dia tiba-tiba datang tak diundang kaya jailangkung, membuat Tata kaget.

Dia ini datang tanpa diundang, kaya kenangan mantan, eh.

“Apaan,sih lo! Ngagetin tau gak?” ketus Tata sambil melempar selimut ke arah Aldi. Tapi, nggak nyampai di tempat Aldi, malah selimutnya nyusruk nggak jauh di depan Tata.

Tata jadi makin emosi, mana bukunya belum ketemu juga. “Aaa, pergi sono lu, atau gue makan luhidup-hidup.”

Aldi hanya mengedikan bahunya nggak peduli, habis itu berlalu ke lantai bawah, sedangkan Tata langsung lanjut ngobrak-abrik kamarnya yang sudah nggak beraturan lagi.

Tata membuka laci mejanya, tapi kemudian dia mengernyit ketika menemukan sebuah kalung, berbandul huruf ‘F’

Hanya kalung murahan, bahkan harganya cuma limabelas ribu, tapi ketika mengingat dari siapa kalung ini, Tata mendadak jadi rindu sekaligus sakit hati dan merasa bodoh pada dirinya sendiri.

“TATA, kenapa berantakan begini, ada gempa lokal apa gimana!” teriak sang mama tanpa aling- aling, sambil berkacak pinggang di ambang pintu.

Dia frustasi karena kamar anaknya udah kaya ada gempa lokal, dengan selimut terkapar di lantai,
lengkap dengan bantalnya, buku berserakan di mana-mana, dan baju yang sudah tidak pada
tempatnya, pemandangan ini membuat kepala mama pusing.

“Ehe, anu Ma, Tata lagi nyari anu, buku paket fisika, ngehehe,” jawab Tata gelapan, sambil mencoba
mengembalikan kalungnya ke laci.

“Makanya, buku itu dibaca bukan buat alas tidur! Kaya Aldi itu loh, habis belajar masukin tas, bukan
malah lempar sana, lempar sini!” omel Mama, sambil mecoba nyari buku Tata yang nggak ketemu- ketemu.

Tata hanya mampu diam dan melanjutkan mencari bukunya, untung hari ini dia bangun lebih awal.
Jadi, ada waktu buat nyari buku dan tidak takut terlambat.

“Kamu turun dulu sana, makan! Biar mama yang nyari!” perintah mama dengan garang, sedangkan Tatahanya mampu mengikuti kemauan mamanya.

Tata segera mengambil tasnya lalu turun, di sana masih ada Ansel dan Aldi, sepertinyapapanya sudah berangkat ke kampus, untuk mengajar.

Kedua orang tua Tata memang jenius, dengan papa yang sekarang jadi dosen di salah satuUniversitas terkenal, sedangkan mamanya jadi guru SMP, makanya anak-anaknya jenius-jenius.

Cewek BarbarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang