05. Tatakan Panci

2.4K 243 3
                                    

Yang masih setia silahkan baca, yang nggak setia ke laut aja, hehe bercanda.

Pampam benar-benar dibuat kesal sama Tata, bagaimana tidak, sekarang dia dijadikan babu sama Tata, disuruh nyabutin rumput yang bejibun karena memang lapangan belakang jarang digunakan.

Sekarang dia tidak ada bedanya sama sapi yang makan rumput, eh.Tapi, 'kan sapi nggak nyabut rumput ya.

Sedangkan yang dapat hukuman malah asik-asikan order es kepal di kantin, memang dia itu seenaknya sendiri, jika tidak ingat nasib tugas kimianya di tangan Tata, udah Pampam maki-maki Tata.

Soalnya dia berencana mau nyontek Tata, itupun kalau nggak ketahuan sama Aldi.

Udara sore ini memang nggak sepanas tadi siang. Tapi, tetap saja masih terasa panas, keadaan sekolah sudah agak sepi karena udah jam pulang, sesepi hati yang merana ditinggalkan dia, eh.

“Sialan si Tatakan Panci itu, gue panas-panasan sampai jadi ikan asin, dia malah ngadem di kantin!” Pampam menggerutu, sambil nyabut rumput dengan membayangkan yang dicabut itu rambut Tata dan bukan rumput.

Soalnya dia cuma berani bayangin, kalau beneran dia nggak berani, bisa-bisa nyawanya ditendang sampai pulau Zimbabwe, soalnya Tata itu sejenis siluman singa betina, sadisnya tanpa ampun.

“Pampam, yang baik hati dan rajin kentut, eh salah, rajin menabung, ini pesenan lo,” ucap Tata sambil menaruh cup es kepal di rumput, setelah itu lesehan di bawah pohon sawo, nggak tau kenapa nggak ditebang, padahal nggak pernah berbuah.

“Tata ... kenapa ini cuma es batu aja!” Pampam geregetan, masa iya dia cuma makan es batu nggak ada rasanya, cuma dingin doang, emang Tata itu isengnya kebangetan.

“Lu minta yang adem, 'kan? Lah ini adem, udah makan aja, orang gratis aja kok,” jawab Tata santai sambil fokus sama Es kepalnya.

Pampam mendengus geregetan. “Lu pikir, gue sejenis pemakan es, kaya Zamigo gitu.”

“Dasar korban kartun lo!” cibir Tata pada Pampam.

Pampam melotot tak terima lalu menoyor jidat Tata sampai sang korban mundur ke belakang. “Lo juga korban kartun bego!"

Tata mendelik, lalu menggeplak tangan Pampam yang tadi digunakan untuk menoyor jidatnya.

Setelah itu mengusap jidatnya dengan dasi Pampam yang masih menggantung di lehernya jadi Pampam sampai tercekik.

“Ih, jangan pegang  gue! Tangan lo ada virus kolornya,” pekik Tata lebay, sepertinya dia ketularan virus micin Sasa.

“Corona bego! Wuih gue pinter amat yak.” Pampam membenarkan ucapan Tata dengan jengkel, jadi begini rasanya kalau ngadepin orang bego, dia sekarang jadi merasa pintar, karena benerin ucapan Tata.

“Dih, nggak usah lebay deh, tadi gue sengaja salahin, biar lo sekali-kali jadi orang pintar,” elak Tata sok pintar, padahal memang tadi dia salah sebut, dasar gengsinya segede jerawat Bu Titin, eh.

Tata mengelap mulutnya yang bulepotan es kepal, lalu ngambil sapu sama pengki untuk mulai bersih-bersih lagi, sedangkan Pampam malah rebahan sambil kipas-kipas pakai tangan.

“Oy, bantuin dong! Udah gue traktir juga,” omel Tata ke Pampam yang sekarang leyeh-leyeh karena kelelahan.

“Lo pikir gue tadi ngapain! Berak? Yang cabutin tu rumput siapa? Dasar Tatakan Panci!” balas Pampam kesal karena usahanya nggak dihargai sama Tata, udah tadi cuma dibeliin es batu, memang teman yang tak tau terimakasih.

“Oy, apa lo kata? Coba ulangi lagi!” Tata tak terima dikatai Tatakan Panci, dia mengacungkan sapu di atas muka Pampam yang sedang rebahan, sang calon korban jadi menciut langsung duduk waspada, takutnya nanti kena pukulan maut Tata, soalnya Tata ini nggak ada belas kasihan kalau udah ngamuk.

Cewek BarbarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang