24. Proposal Jatuh Cintrong

1.2K 101 4
                                    

Tata turun dari kamar Dani dengan mengernyit keheranan, pasalnya Ansel sudah duduk di kursi dengan angkuh, sedangkan Dani lesehan di lantai seperti babu.

Tata memalingkan muka dengan cuek, saat Ansel menatapnya dari tempat duduk, dia masih kesal pada Ansel karena diomeli habis-habisan.

"Ta, ngapain lo turun dari kamar Dani?" tanya Ansel dengan curiga yang berlebihan.

Tata cemberut dan duduk di sofa dengan cuek. "Gali kubur."

Dani yang masih lesehan jadi kaget, sejak kapan kamarnya berubah jadi kuburan masal. Jadi, ngeri, nanti dia tidur di mana, masa tidur di rumah tetangga.

"Hoy, Manusia Karbon! Sejak kapan, kamar gue jadi kuburan?" tanya Dani dengan ngeri, sedangkan Tata langsung memutar mata malas, tidak menanggapi pertanyaan Dani yang berpotensi meledakkan hati.

Ansel mengehela napas, ternyata adeknya masih marah, memang karena ulahnya, tapi Tata patut disalahkan juga.

"Mana kripiknya, lambung gue udah kisut," ucap Tata dengan acuh sambil kipas wajah pakai majalah yang ada di meja, kakinya di angkat ke sofa dengan seenak jidat.

Dani berdiri sambil merengut, setelah itu ikutan duduk di sofa singgle, seperti status Dani sekarang yang singgle bahagia, bahasa kasarnya jomblo ngenes.

"Ambil sendiri di dapur, enak aja lu belagak jadi Bos," gerutu Dani setelah itu cemberut dengan 'tak enak dipandang.

Tata merengut dan berlalu ke dapur dengan kekesalan yang menimpuk kepalanya dengan berat.

Sementara itu Ansel menatap Dika dengan memicing.

"Lo, suka sama Adek gue yang kaya monyet lepas itu?" tanya Ansel yang membuat Dani panik dan keringat dingin.

Dani garuk kuping sambil bergerak gelisah di tempat duduknya. "Eng, siapa yang suka sih, ngehalu nih, Bang."

"Ngaku aja lu kutil, kalau suka itu ditembak, bukan dipendam kaya tai kucing," ucap Ansel dengan sinis sambil makan kacang rebus yang ada di meja.

Dani langsung noleh ke Ansel dengan kaget, dia tidak menyangka kalau Ansel menyuruhnya nembak Tata, di dalam bayangannya Ansel akan mengulitinya terus dibuang ke empang yang penuh dengan buaya. Dasar otak sinetron.

"Demi apa? Gila, gue dapet lampu hijau, muehehe!" sorak Dani sambil jingkrak-jingkrak seperti monyet yang dikasih makanan segerobak.

Tadi aja bilangnya tak suka sama Tata, tapi sekarang malah jingkrak-jingkrak kesenangan setelah diberi lampu hijau sama Ansel.

"Nggak usah besar kutil dah lu, si Cungkring, juga gue kasih lampu hijau," ucap Ansel dengan sinis, sebenarnya dia tak ikhlas jika menyerahkan adeknya ke Pampam dan Dani, tapi dia tak mau dimusuhi sama Tata.

Dani langsung berhenti jingkrak-jingkrak dan menghempaskan badannya ke sofa dengan dramatis, kemudian cemberut dengan tak enak dipandang.

"Kenapa si Pampam dikasih restu juga sih," gerutu Dani dengan muka yang ditekuk.

Ansel hanya mengangkat bahu, dia jadi penasaran siapa yang akan dipilih Tata, tiba-tiba dia menjadi tak rela melepaskan pengawasan ke duo curut yang berpotensi membuat lambung kisut.

Sedangkan Tata yang dari tadi menguping jadi terkejut sambil mangap-mangap, dia tak percaya jika teman-temannya menyimpan rasa ke dia yang kloningan gorila, apa mata Pampam dan Dani kelilipan grobak batagor ya.

***

Pampam melepaskan tas ke bangkunya dengan dramatis, setelah itu celingukan dan berjalan ke pintu sambil mencari Dani yang belum datang ke sekolah.

"Ck, tuh orang niat sekolah apa kagak sih," gerutu Pampam sambil berdiri di pintu kelas dengan tidak sabar.

Padahal dia sendiri yang datang kepagian, orang sekarang baru jam setengah enam, tadi dia manjat pagar belakang kaya maling jemuran.

Dani dan Pampam rencananya mau nembak Tata barengan, biar siapa yang tidak terpilih bisa legowo dan menerima kenyataan.

"Ngapa dah, berdiri di situ, mau jadi pawang pintu lo?" tanya salah satu murid yang baru saja lewat di depan Pampam.

Pampam berdecak. "Diem aja lu Pong, sono ke kandang lo sendiri."

Dia Jompong, murid dari kelas sebelah yang relasinya banyak, muncul di mana-mana tanpa diundang kaya jailangkung.

Jompong hanya mencibir dan masuk ke kelasnya, tak lama kemudian suara koaran Jompong sudah memenuhi kelas sebelah.

Pampam berdecak saat melihat Dani yang baru datang sambil membawa kresek besar dengan rempong.

"Lu mau sekolah apa mau jualan di lampu merah anjir," gerutu Pampam dengan kaget, pasalnya yang dibawa Dani berisi makanan yang bejibun.

Dani hanya menatap sinis Pampam, setelah itu masuk ke kelas dengan rempong karena tidak muat di pintu yang masih dihuni Pampam juga.

"Pergi lo anjir, gue nggak bisa napas," ucap Pampam sambil menoyor jidat Dani dengan keras.

Dani tidak terima, dia juga menoyor Pampam dan menyalahkannya juga, mereka sekarang sudah gulat dengan heboh, padahal masih pagi, tapi sudah bikin telinga orang penuh.

Akhirnya mereka berhenti gulat dengan hebos, tapi masih saling menatap sinis.

"Langsung aja, kapan kita mau nembak-"

"Nembak siapa, gue? Wani piro Ndan," celetuk Tata yang baru saja datang. Gadis itu berdiri di depan papan tulis sambil bersidekap dada dengan songong.

Dani dan Pampam jadi kelimpungan dengan gemetaran, sebenarnya Tata juga degdegan dan tak tau mau berbuat apa. Jadi, dia pura-pura sok tenang.

Pampam garuk kepala dengan gemetaran. "Jadi, kita mau ngajuin proposal buat jadi pacar lo, tapi proposalnya nyusul ya, ngehehe."

"Kenapa kaya nyari donatur anjir, nggak becus banget!" gerutu Dani dengan geregetan sambil memukul kepala Pampam dengan gemas.

Pampam jadi menatap sinis Dani, sedangkan Tata memutar bola mata dengan malas. Da i dan Pampam ini tidak pernah bisa serius.

"Eng, gini Ta, gue sama Pampam mau ngelamar jadi pacar yang baik hati dan rajin menabung di warung, nanti gue bikin surat lamaran pekerjaan, sekarang interview dulu." Mereka ini sama saja tidak ada yang becus nembak kaum hawa.

Tata langsung memasang tampang gorila betina dan siap-siap akan menggaruk muka dua manusia yang sekarang sedang mengkerut.

Entah apa yang merasukimu ....

Tata langsung mengernyit saat ada notifikasi dari ponselnya, dia langsung membuka pesan yang ternyata dari whatsApp, sedetik kemudian dia langsung membanting ponselnya ke meja dengan dramatis dengan mata yang berkaca-kaca.

Faul: Ta, gue mau ketemu, lo masih ingat gue kan?

Sedangkan Pampam dan Dani yang melihat isi pesan dari Faul jadi menurunkan bahu dengan kecewa.

Cewek BarbarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang