Irene merenggangkan tubuhnya, saat merasakan bahwa selimut bersentuhan langsung dengan kulitnya yang mulus. Irene melihat badannya yang hanya ditutupi selimut. Sedikit terkejut Irene membuka selimut disampingnya dengan pelan, ia sedikit lega karena yang berbaring disebelahnya adalah Wendy. Irene kembali merenggangkan tubuhnya sampai ia menyadari satu hal. Matanya terbuka lebar, dan ia berhenti menggaruk lehernya yang memerah. Ia menyadari hal terburuk dari One Night Stand. THEY ARE MEREKA NAKED.
****
“Sial!” Irene mengumpat tanpa suara. Ia berusaha untuk keluar dari kamar sialan itu tanpa suara. Tidak, kamarnya tidak buruk, pemilik kamar itu juga sama sekali tidak buruk, justru hal yang bagus ia terbangun disamping Wendy dan bukannya orang asing yang akan membuat skandal dan menghacurkan grupnya sendiri. Namun itu juga bukan hal yang baik saat mereka terbangun tanpa busana, bahkan AC sangat dingin.
Berfikir dengan cepat, Irene menyambar pakaiannya. Ia berusaha agar tidak menimbulkan suara apapun, karena Wendy adalah wanita yang sensitif sehingga suara kecil saja bisa membangunkannya. Terbukti Irene tidak pernah mengeluarkan tenaga ekstra untuk membangun anak itu. Namun kali ini ia membutuhkan usaha lebih agar gadis ini tetap terbaring dalam selimutnya. Irene menyambar ponselnya dan keluar kamar mengendap seperti maling.
“Unnie kenapa?”
“Aaakh!!” Teriak Irene langsung menutup mulutnya. Yeri ikut mengintip kebalik daun pintu yang belum tertutup sempurna. Irene berdiri tepat didepan pintu dengan sedikit membantingnya karena takut Yeri melihat apa yang ia tidak ingin seorang pun ketahui sebelum ia mendapatkan konfirmasinya. “Astaga, kau mengejutkanku.” Irene mengelus dadanya.
“Aku hanya bertanya.” Yeri mengerucutkan bibirnya. “Apa Wendy unnie sudah bangun, aku ingin.....” Yeri baru akan menyentuh ganggang pintu ketika Irene menahan tangannya dan membawanya kedapur.
“Wendy hari ini tidak ada jadwal, biarkan dia beristriahat lebih lama. Kau mau unnie buatkan nasi goreng kimchi?” Mendengar makanan Yeri langusng menghentikan kerutan aneh di dahi yang muncul sebelumnya. Ia mengikuti Irene untuk makanan yang lezat sebentar lagi dalam mulutnya.
“Aku mendengar nasi goreng kimchi, aku juga mau...” Seulgi muncul dari sisi lain ruangan. “Oh apa Seungwan sudah bangun?” Seulgi ingin berbalik mengecek kamar Wendy.
“Yak! Kenapa kalian pagi-pagi sudah mengurusi Wendy! Biarkan dia beristirahat!”
“Unnie aku hanya bertanya, kenapa kau sangat marah seperti aku mengganggu moment pentingmu saja.” Seulgi mengerucutkan bibirnya.
“Dia juga seperti itu saat aku bertanya tadi. Sudahlah diam saja, atau jatah nasi gorengmu aku yang makan.” Seulgi segera menutup mulutnya ketka Irene mulai menuju dapur dan memasak untuk dua orang yang hampir membuat jantungnya turun ke lambung pagi ini.
*****
Wendy terbangun saat matahari sudah tinggi dan ia merasa cahaya mulai mengusik matanya. Ia mengumpulkan seluruh selimut dan tersenyum saat disampingya benar-benar tercium seperti Irene. Ini gila, bagaimana ia memikirkan Irene sambil tersenyum dan ia mengulang kembali memori seperti virus yang tidak dapat membuatnya berhenti tersenyum. Wendy terkekeh sambil menyambar ponselnya.
“Apa yang harus ku katakan?” Wendy mengetik diponselnya. ‘Hai bagaiamana perasaanmu?’ Wendy menghapusnya lagi. “Kau gila, kau berharap dia membalas apa?” Wendy memukul kepalanya sendiri. ‘Apa malam ini kau makan dirumah? Aku akan memasak.’ Ia menulis kemudian menghapusnya lagi sampai terguling dikasur. “Biasanya kau hanya memasak Wendy, jangan lakukan hal bodoh.” Akhirnya Wendy memutuskan mengirim kalimat sederhana. “Kau sudah di agency?” Tidak lama ia menyesali kalimat itu karena tentu saja jika Irene tidak di agency ia akan berada di dorm. Kecuali jika ia bersama... ah sudahlah. Mereka baru saja menikmati hari yang indah, tidak baik membahas hal yang menyedihkan.
“Oooo... Apakah putri cantik kita bersedia untuk makan siang bersamaku?” Suara itu mengejutkan Irene yang baru saja mengikat rambutnya usai pemasan. Ia berencana untuk latihan koreo lebih awal karena beberapa saat lalu ia ketinggalan latihan karena harus menjadi pembawa acara sebuah acara musik.
“Aku sedang dalam diet.” Jawab Irene ketus.
“Oh, ayolah Irene, ini hanya diperusahaan, tidak akan ada yang curiga tentang kita.”
“Aku bahkan tidak peduli Suho-a, hanya saja aku sedang diet, dan aku sedang tidak ingin makan bersamamu.” Irene menghindari pandangan Suho dan berjalan menuju pemutar musik.
“Okay, kali ini beritahu apa salahku. Kau sedang bersikap ketus dan wajah itu sangat tidak menyukai kehadiranku. Jadi beritahu aku apa yang salah.” Suho memelas sambil duduk di lantai.
“Kau ingin tahu apa salahmu?” Irene menunduk menyejajarkan tingginya dengan Suho. Pria itu sedikit berbinar karena jarak mereka sangat dekat. Irene menantap senyum mengembang dibibirnya Suho. Bibir merah muda itu mengarahkannya pada ingatan lainnya. Bibir mereha muda Wendy yang selalu tersenyum apapun yang ia lakukan. “Kesalahanmu adalah kalimat terakhir dari ucapanmu sebelumnya.” Jawab Irene langsung berdiri dihadapan kaca.
“Hei! Berhentilah bermain tebak-tebakkan denganku.” Suho segera berdiri merapikan pakaiannya. “Apa kalimatku sebelumnya.” Ia mengoceh sendiri. “Kau sedang bersikap ketus dan wajah itu sangat tidak menyukai kehadiranku.” Ia mengulangi sekali lagi. “Kau sedang bersikap ketus dan wajah itu sangat tidak menyukai kehadiranku.” Kemudian ia menyadari satu hal. “Kau tidak menyukai kehadiranku?” Ujar Suho sambil menunjuk dirinya sendiri.
Irene hanya menatap cermin sambil menaikan alisnya. “Jika kau sudah paham, pintu keluarnya ada disebelah kanan.”
“Tapi makan siangnya?” Irene melepaskan sepatunya dan melemparkan ke arah Suho. “Astaga, galaknya.” Suho mengusap dadanya. “Tapi aku suka...” Suho tersenyum sambil memegang dadanya.
“Lihat bocah itu, dia menjadi budak cinta lagi.” Keluh kai dan baekhyun yang baru saja kembali dari membeli makanan.
“Aku tahu. Kau juga sama sebelumya.” Cuek Baekhyun sambil menelan bubble tea yang baru dibelinya.
“Tunggu, hampir saja aku terlambat.” Suho menahan pintu latihan dengan kakinya. “Aku membeli salad, seharusnya tidak masalah untuk dietmu.” Ia menyengir dan menunjukkan bungkusan yang dibawanya. Irene tidak ada pilihan lain selain ternyum dan ikut duduk dilantai yang berhadapan dengan Suho. “Taeyeon sunbaenim sebentar lagi akan melakukan konser apa kau mau datang bersama?” Tanya Suho sambil menyupal mulutnya dengan burger.
“Terakhir kali kita bersama itu tidak berakhir baik.” Irene tersenyum.
“Biar saja, lagian tidak masalah buatku. Grup juga tidak masalah jika aku mulai berkencan.”
“Benar tapi itu tidak baik untuk grupku. Kami memiliki lebih banyak penggemar perempuan.”
“Itu lah kenapa aku juga heran. Mereka tergila-gila dengan Seulgi dan Wendy. Oh bagaimana dengan Wendy?”
Irene terbatuk mendengar nama yang selama seharian ini berada dalam pikirannya. Usai melempar sepatu kearah Suho tadi ia duduk dilantai untuk menggenakannya kembali. Itu justru berakhir Irene duduk dilantai seharian. Ia memikirkan apa yang terjadi karena ia sama sekali tidak mengingat hal apapun setelah ia mabuk. Itu adalah lainnya kenapa Irene tidak menyukai minuman. Selain ia bisa saja terlibat one night stand yang merugikan, ia tidak mengingat apapun selama ia mabuk, berbeda dengan kebanyak orang yang masih akan mengingat 30% saat mereka mabuk.
“Wendy? Kenapa dengannya? Dia menghubungimu?” Irene meneguk minumannya.
“Tidak, hanya saja banyak yang membicarakan mereka setelah duet di SM Town. Aku juga merasa mereka cocok. Wendy tidak terlihat bersama siapapun, dan juga banyak fans yang memasangkan mereka. Menurutku ini waktu yang tepat untuk menghapus rumor forever alonenya Wendy.” Suho tertawa namun pikiran tidak fokus pada apapun yang Suho bicarakan.
Ada hal yang menarik perhatiannya selama pembicaraan itu. Wendy tidak pernah bersama siapapun. Tidak pernah bersama pria manapun, ia juga tidak pernah menyebutkan kriteria pria idamannya, ia lebih menyukai pakaian casual dari pada skirt dan sejenisnya. Meskipun tidak terlalu kentara namun Wendy lebih terlihat boy sis dan gentle pada semua member. Apa mungkin ini seperti yang ia pikirkan. Ia berfikir bahwa selama ini Wendy hanya bersikap Clumsy dan Gressy, tapi apakah mungkin ini sama dengan pikirannya. Tidak mungkin Wendy seperti itu, Irene semakin penasaran dengan apa yang terjadi antara mereka sebelumnya.“Aaaahh tulangku, datang ke palatihn anjing saat libur benar-benar tidak baik.” Gerutu Joy saat memasuki van. Seulgi dan Yeri sudah duduk didalamnya. Irene datang sambil membawa belanjaan kantong belanjaan. Malam ini mereka memutuskan untuk memasak, sehingga Irene mampir ke supermarket sebelah agency untuk membeli bahan-bahannya.
Usai meletakkannya dibagasi irene duduk dikusri belakang disamping Joy. “Kenapa wajah Unnie begitu lelah?” Joy merapikan anak rambut Irene. Tidak biasanya fake maknae itu bersikap lembut, namun Irene merasakan ketulusannya.
“Jangan bekerja terlalu keras Unnie, kita akan baik-baik saja.” Yeri juga tersenyum.
“Ada apa dengan kalian hari ini, kenapa besikap sangat manis.” Balas Irene menatap semuanya datar. Mereka hanya tertawa melihat respon Irene yang sudah seperti biasanya.
“Apa Wendy baik-baik saja, dia di dorm seharian.” Celoteh Seulgi sambil melihat chat grup mereka. Tiba-tiba Seulgi tertawa sambil menunjukkan sebuah foto. “Unnie bukankah ini milikmu? Kenapa meninggalkannya dikamar Wendy?” Tawa Seulgi sambil menunjukkan foto yang dikirimkan oleh Wendy.
‘Apakah aku salah sangkat jemuran, atau seseorang memang meninggalkan ini dikamarku?’ Wendy menggunakan emotikon tertawa pada foto breast holder yang ia temukan dibawah samping terpat tidurnya. Itu terlihat jelas karena Wendy memperlihatkan benda itu tepat disamping tempat tidurnya. Irene mengambil ponsel Seulgi dan merutuk Wendy dalam hatinya. Untuk apa ia melakukan tindakan kekanakan seperti itu, walaupun mereka sering bercanda. Namun kali ini Irene tidak menginginkan siapapun mengetahuinya sampai ia mengonfirmasi kejadian sebenarnya.
“Tidak itu bukan milikku. Dia mungkin sangat kurang kerjaan, sebaiknya kita lebih cepat sampai dorm.” Lanjut Irene menghindar karena wajahnya sangat merah.
Di Dorm Wendy berbaring telungkup di sofa. “Ouuuhhh... Bahkan dia tidak membalas pesanku.” Keluh Wendy. Ia membuka room chatnya dengan irene hanya dibaca, sementara grup mereka Irene sama sekali tidak melihatnya. “Apa dia marah? Karena aku mengirim ini?” Wendy menenggelemkan kepalanya di sofa ketika bel berbunyi. “Oh itu mereka.”
Wendy segera berlari ke pintu. “Wooaaahhh aku merindukan kalian...” Rengek Wendy sambil memeluk Seulgi dan Yeri yang terdekat dengannya.
“Kami hanya pergi satu hari, apa yang kau lakuan selama natal dan cheunseok jika begini.” Jawab Joy meninggalkan mereka saling berpelukan hingga ke sofa.
“Aku akan pergi ke tempat Irene Unnie jika begitu.” Jawab Wendy spontan, karena memang itu yang ia lakukan dan semua memeber tahu itu. Disetiap hari libur Wendy akan selalu ke tempat Irene, karena keluarganya jauh di Amerika. “Sini Unnie biar aku bantu.” Wendy tersenyum cerah menghampiri Irene dengan belanjaannya.
Refleks saat tangan Wendy menyentuh tas belajaan, ia menyentuh jari Irene. Karena terkejut oleh sentuhan kecil itu, Irene melepaskan kantong belajaannya sehingga semua bahan makanan berserakan di lantai. “Astaga apa yang kau lakukan!” Teriak Irene kesal. Wendy sampai terperanjat. Ia otomatis membungkuk memungut semua barang-barang itu.
Member memperhatikan saja dari sofa. Saat memilih barang yang berserakan, tangan Wendy tidak sengaja mengambil tomat yang sedang dipegang Irene. “YAK! Pilih yang benar!” Teriak Irene sekali lagi.
“Tadi pagi dia membungkam mulut kita karena takut membangunkan Wendy, sekarang dia berteriak seperti habis menelan pengeras suara.” Bisik Yeri pada dan di angguki oleh Seulgi. Sementara Joy dan Wendy yang kebingungan hanya memungut bahan makanan itu dan memasukkannya ke dalam kulkas tanpa suara.
“Aku ingin bicara denganmu.” Ujar Irene sambil melangkah menuju tempat pencucian piring.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Rule
FanfictionAda tiga zona waktu, Masa lalu, hari ini, dan masa depan. Masa lalu adalah tempat untuk belajar, hari ini adalah masa untuk berjuang sedangkan masa depan adalah hasil dari apa yang di pelajari di masa lalu dan apa yang di perjuangkan hari ini. Setia...