Disappear

964 107 29
                                    

"Kau sudah sampai?" Tanya Irene sambil berlari dengan ponselnya. Ia terpaksa menggunakan topi lengkap dengan masker. Ia berusaha untuk tidak menarik perhatian dengan menyembunyikan rambutnya, tanpa make up dan berpakaian wajar hanya celana jeans dan t-shirt.

"Sudah ku bilang tidak perlu menjemputku, aku belum lupa jalan ke dorm." Jawab Wendy sambil melambaikan tangannya. Ia melihat Irene celingukan di pintu masuk. "Aigoo kau sangat lucu." Goda Wendy membuat Irene terus melihat ke kiri dan kanan.

"Kau melihatku? Dimana?" Irene memutar badannya 360 derajat.

"Buatkan lambang hati untukku." Goda Wendy.

"Apa? Tidak mau! Cepatlah kau dimana?" Kesal Irene.

"Aku tidak akan menghampirimu jika tidak ada lambang hati untukku." Goda Wendy lagi.

"Baiklah baiklah." Irene melompat dengan tangan setengah hati di kepalanya karena tangan lainnya sedang memegang ponsel. "Kau dimana?"

"Disini." Irene terperanjat saat suara tenang itu tiba-tiba terdengar di belakangnya. Jika saja tidak ingat bahwa ia tengah menjemput Wendy di bandara, mungkin ia telah memukul orang itu. Wendy juga menutupi wajahnya dengan maker dan topi lalu berpakaian santai. Memakai masker bukan hal tabu saat ini, dan sebagian besar orang melakukannya sehingga gaya busana yang santai membuat mereka sedikit berbaur.

"Ayo pergi, aku takut seseorang mengenali kita." Irene menarik Wendy ke tempat mobilnya terparkir. Ia memang sengaja menyetir sendiri tanpa di temani manager dan membawa mobil pribadinya bukan mobil agency karena akan sangat mudah dikenali fans.

"Bukankah kau sedang sibuk dengan pembuat MV, kenapa repot-repot menjemputku." Keluh Wendy duduk di sisi penumpang.

"Aku sama sekali tidak repot." Riang Irene terus tersenyum. Wendy juga tersenyum melihat Irene yang begitu bersemangat. "Kenapa?" Tanya Irene dengan mata berbinar saat Wendy mengusap kepalanya lembut. Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya. "Kenapa?" Kali ini sambil merengek dan mengedipkan mata.

"Kau sangat lucu." Lalu Wendy tertawa sangat keras.

Mereka sampai di dorm mereka. Mata Wendy sedikit berkaca melihat tempat itu setelah enam bulan lamanya. Ia memasuki kamarnya sama sekali tidak ada yang berubah. Semuanya masih tetap sama, bahkan bantal masih mengenakan baju bantal bewarna biru , serta tempat tidurnya masih di dominasi warna biru pekat. Jangan lupakan deretan boneka dan kado dari fans, tertata rapi dan wangi. Tidak seperti ruangan yang telah di tinggal lama.

"Aku tidur disini saat malam, jika aku bosan, aku akan membersihkannya." Jelas Irene menjawab pertanyaan yang tidak Wendy sampaikan.

"Terima kasih." Jawab Wendy dengan mata di penuhi air mata. Hanya satu kedipan untuk kristal bening itu jatuh, tapi Wendy tidak ingin menunjukkannya. Ia memeluk Irene sebagai gantinya.

"Tidak perlu berterima kasih." Jawab Irene. Ia melepaskan pelukan Wendy dan berjalan menuju dapur. "Kau ingin makan? Aku membuat sup rumput laut, apa ingin mencobanya?" Tanya Irene yang langsung di angguki oleh Wendy.

Wendy duduk dengan manis dan makan sangat perlahan. Ia mencium aroma soup itu, dan mengambil sendok usai meniupnya sejenak lalu mengecapnya dengan penuh perasaan. Ia benar-benar ingin mengingat rasa dari makanan yang sempurna itu. Terasa benda lembut dan cair itu masuk ke tenggorokannya membuat Wendy tersenyum lebar.

"Woah, aku merindukan ini." Ujar Wendy.

"Hanya ini?" Tanya Irene sambil mengangkat alisnya. Wendy juga mengangkat alisnya. "Kau tidak merindukanku?" Tantang Irene kini berpindah ke pangkuan Wendy. "Sekarang pasti sudah tidak sakit lagi, kau tidak mengeluh seperti sebelumnya." Goda Irene sambil menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Wendy.

New RuleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang