Behind the Scene

1K 104 12
                                    

“Aaaah.... Seulgi..ya.....” Rengek Wendy menghampiri ranjang Seulgi yang berada beberapa langkah dari tempat tidurnya. Ia menghempaskan tubuhnya disamping Seulgi sambil memeluk Seulgi erat-erat.

“YAK! Kenapa? Aku tidak bernafas.” Elak Seulgi sambil mendorong Wendy menjauh.

“Yak? Aku ingin bertanya.” Ujar Wendy sambil meluruskan kakinya hingga menyentuh lantai.

“Teruslah bicara, aku mendengarkanmu.” Seulgi melepaskan sebelah headsetnya dan mulai tidur dengan posisi terlungkup.

“Kau tahu ini tentang temanku, dia bertanya padaku apakah ketika jantungmu berdetak kencang karena seseorang bahkan saat kau tidak melakukan apapun itu terjadi secara normal?”

“Kau sedang jatuh cinta?” Tanya Seulgi menoleh pada Wendy.

“Jatuh cinta? Aku? Mana mungkin. Eiii lagi pula ini tentang temanku.”

“Baiklah, jelaskan padaku apa lagi yang temanmu rasakan.”

“Ummm kau tahu, senang saat bertemu, bahkan mendengar namanya saja sudah senang. Dia bisa memandanignya selama berjam-jam, dan susah tidur bahkan hanya saat sentuhan kecil saja.”

“Temanmu sudah sangat jatuh cinta rupanya. Katakan padanya untuk berhati-hati, atau lebih baik dia melatih tariannya saja. Karena walaupun suaranya sangat bagus, dia akan menjadi bahan bully-an saat tidak pandai menari sedangkan dia seorang idol.” Wendy memanyunkan bibirnya merasa tersindir. Karena Wendy memang sangat lemah dalam dance, ia mungkin terlahir untuk menjadi vocalis utama saja.

“Mengerti? Pastikan kau mengatakannya pada temanmu itu,” Wendy hanya menunduk.

“Aku tahu, aku akan berlatih dengan giat hingga dapat menari sebagus dirimu.” Wendy seketika menjadi lesu.

“Kau bilang itu tentang temanmu.” Ledek Seulgi pura-pura tidak tahu.

“Iya.” Wendy segera tersadar ia telah masuk dalam jebakan Seulgi. “Aku pastikan aku akan memberi tahu temanku.”

”Kau tahu, aku bisa gila bila terus seperti ini. Aku tidak dapat menghentikan saat aku melihatnya, ini seperti melihat lukisan yang begitu indah sampai kau enggan berkedip.” Ucap Wendy sambil menerawang.

“Lagi? Kau benar-benar tergila-gila padanya?” Erang Seulgi. Ini bukan pertama kalinya Wendy bersikap begitu manis karena memang Wendy adalah trainee yang manis semenjak dia datang. Meskipun berasal dari Korea, namun Wendy tidak begitu fasih berbahasa Korea karena lama menetap di Kanada. Ia sampai di agency dan bertemu Seulgi yang menyambutnya hangat, mengajarkannya bahasa Korea.

“Aku tidak dapat menahannya.” Senyum Wendy sambil menyembunyikan wajahnya dibalik bantal.

“Itu bagus untukmu. Aku sudah trainee selama tujuh tahun dan tidak menemukan sesuatu yang menarik untukku melebihi debut, tapi kau baru datang beberapa bulan sudah mendapatkan sunbae untuk disukai. Aku salut pada kemampuanmu beradaptasi.” Senyum Seulgi bangun dari tidurnya.

Behind story 1
Red velvet hari ini akan menghadiri sebuah acara fans meeting. Irene duduk diantara Wendy dan Seulgi. Irene melihat Wendy yang sedang berbicara dengan fans sambil tersenyum. Gilirannya masih belum tiba, fans masih berbicara dengan Seulgi. Irene menatap Wendy yang tersenyum juga ikut menarik sudut bibirnya. Setelah fans itu pergi, Wendy menoleh pada Irene yang terus menatapnya. Ia sepertinya sadar bahwa Irene terus memperhatikannya dari tadi.

Irene mendekat kearah Wendy yang baru saja selesai meneguk air minum dari sedotan. “Apa bibirmu tidak kering dengan tersenyum seperti itu?” Irene menyentuh bibir Wendy yang basah usai minum. Wendy diam mematung memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan ditengah-tengah kerumunan seperti ini. Ia melirik ke kiri dan kanan meminta bantuan dari tangan Irene yang tidak berhenti menyentuh bibirnya, hingga manager mereka mendekati Irene dan mengatakan untuk berhenti menyentuh bibir Wendy. Irene mempout kan bibirnya tidak suka kegiatannya di hentikan.

New RuleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang