"Tentu saja tidak untuk apa aku melakukan itu?" Teriak seorang wanita berparas dingin melebihi salju dimusim dingin. Ia menatap delapan member lain yang sedang duduk berhadapan dengannya. Berdiri juga disana pemilik dari agency tempatnya bekerja dengan wajah datar tanpa berkomentar apapun. "Kalian tidak mempercayaiku?" Tanyanya dengan tegas namun suaranya parau seperti akan menangis. Tapi semua orang hanya menatapnya dengan curiga sambil berpangku tangan membiar semua orang itu menyilangkan kakinya usai menghempaskan bokong indahnya di sofa.
"Aku bukannya tidak percaya, hanya saja Irene-ya, kau sudah terlalu sering begini, menghilang entah kemana selama satu minggu lalu tiba-tiba kau muncul kembali seperti kucing hilang, untung saja kau tidak membawa tiga anak berbeda warna." Keluh sang manajer memberikan penuturan. Semua member hampir tertawa dengan keluhan yang terdengar seperti rengekan itu.
"Bukankah sudah ku beri tahu alasannya, aku terjebak di imigrasi." Tegas wanita yang dipanggil Irene itu. Ia merupakan salah satu member dari girlgrup terkenal di Korea Selatan. Kali ini mereka sedang bersiap untuk memperingati sepuluh tahun debut sebagai red velvet. Tidak ada yang membuat grup ini cacat, kecuali karena kesibukan dari masing-masing member membuat mereka sulit sekali menentukan waktu untuk berkumpul bersama. Setelah memperbarui kontrak terakhir mereka, sangat jarang aktifitas grup karena memang sudah waktu untuk masing-masing member menunjukkan pesonanya sendiri-sendiri.
"Imigrasi? Kau pergi ke luar negeri? Kau selalu menghilang sebelum acara dan kembali ketika saat GR apa yang sebenarya terjadi?Aku hanya ingin tahu, kemana saja kau. Kenapa terus melakukan hal ini, bahkan kau tidak mengijinkanku untuk menyimpan pasportmu, dan kau juga...."
"Aaaa oppa!" Irene mengangkat tangannya memberikan instruksi agar pria itu berhenti berceloteh. Sejujurnya bukan hanya manajer mereka yang penasaran, tapi juga semua member bahkan piminan agency mereka sendiri.
Irene selalu menghilang setelah masa promosi baik itu film ataupun album atau apapun itu. Ketika ia memiliki jadwal kosong Irene pasti pergi entah kemana dan akan kembali saat ia akan mulai bekerja lagi. Ini seperti ia hanya datang untuk bekerja dan pulang ke rumah ketika pekerjaannya telah selesai. Namun anehnya, yang membuat semua orang pusing adalah pulangnya Irene tidak pernah terdeteksi, ia tidak tahu pergi kemana dan datang dari mana, dan selama masa libur tidak ada pekerjaan mendadak yang bisa diberikan pada Irene karena ia tidak pernah bisa dihubungi.
"Aku kan sudah bilang, aku ingin menikmati masa liburanku. Tapi aku selalu kembali kan." Tegas Irene memberikan pembelaan. Pimpinan agency mereka hanya mampu melipat tangannya tanpa bicara.
"Tapi kan aku harus melindungimu bagaimana jika...."
"Kenyataannya aku baik-baik saja." Jawaban Irene membungkam mulut semua orang.
"Dia benar." Jawab CEO mereka. Semua orang terkejut mendengarnya. "Tidak masalah bagiku dia mau liburan kemana, yang penting dia kembali dan membawa uang untukku. Masalah selesai." Putus sang CEO sambil meninggalkan ruangan itu.
Bahkan bukan hanya member dan manajer yang terkejut Irene juga terkejut atas kemenangan mendadaknya. CEO itu tahu bahwa salah seorang anak didiknya telah melanggar peraturan, ia juga tahu terlalu banyak resiko yang akan membahayakan perusahaannya. Tapi pelajaran dari masa lampau datang ke pemikirannya saat mendengar keributan yang tidak asing dimatanya itu. Betapapun ia mencoba melupakan kesalahan besar itu, kegagalannya dalam mempertahankan kesatuan SNSD setidaknya memberinya pelajaran. Bahwa kesalahan yang sama hanya akan membubarkan mimpi banyak orang.
Lagi pula saat ini girlgroup baru telah di debutkan. Mereka juga harus mencuri banyak perhatian. Bagaimanapun Redvelvet tetaplah redvelvet dengan sejarahnya dan mereka yang baru harus mencari panggung mereka sendiri. Jika ingin bersinar mereka harus membuat cahayanya sendiri, dan perusahaan harus mencari energi untuk cahaya itu.
"Kau baik-baik saja?" Tanya seseorang di telpon. Irene mengangguk meskipun orang itu tidak dapat melhatnya. "Kenapa tidak menjawab?" Herannya.
"Aku menjawab, aku mengangguk." Jelas Irene membuat keduanya terkekeh. "Aaaaaaahhh jangan tertawa aku merindukanmu Seungwan-a" Rengek Irene.
"Eonnie!" Teriak Seulgi yang secara tidak sengaj juga baru memasuki ruang latihan. "Kau bicara pada siapa?" Tanya Seulgi berusaha mendekat. Irene tidak menjawab melainkan menutup panggilannya.
"Aku akan melakukan persiapan untuk konser, kau menonton kan?" Ia melirik pada Seulgi yang masih saja penasaran. "Ummm baiklah, see ya, love ya." Pungkas Irene membuat Seulgi tidak dapat mengatupkan rahangnya kembali sehingga Irene harus membatunya.
"Woooaaaaahhhh eonnie......"
"Aku tahu kau pintar sekali menjaga rahasia." Bisik Irene mengitimidasi Seulgi.
"Siapa dia?" Tanya Seulgi sekaligus membuat Irene lega bahwa gadis itu tidak mendengar semuanya.
"Entahlah." Jawab Irene mengangkat bahunya dan mulai melakukan peregangan. Sebuah rahasia bukan lagi rahasia jika terlalu banyak yang mengetahuinya dan rahasia ini Irene ingin menjaganya sendiri. Karena hanya dengan begini ia mendapatkan tanpa harus memberi.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
New Rule
FanfictionAda tiga zona waktu, Masa lalu, hari ini, dan masa depan. Masa lalu adalah tempat untuk belajar, hari ini adalah masa untuk berjuang sedangkan masa depan adalah hasil dari apa yang di pelajari di masa lalu dan apa yang di perjuangkan hari ini. Setia...