Hari itu Irene memutuskan untuk kembali ke dorm. Ia berniat mengambilkan beberapa pakaian dan akan membawanya ke rumah sakit. Ada beberapa jadwal juga yang telah di tanda tangani sebelumnya dan tidak mungkin untuk membatalkannya. Irene membuka pintu dorm mendapati Seulgi duduk di ruang makan.
"Oh, kau di rumah." Ujar Irene hendak naik ke lantai dua.
"Unnie." Panggil Seulgi menghentikan langkah Irene.
"Kenapa?" Tanya Irene mendekat ke arah Seulgi.
"Hari ini aku di panggil ke agency." Lanjut Seulgi. Irene masih diam menunggu hal selanjutnya yang akan Seulgi katakan. "Mereka memintaku untuk mengambil part Wendy. Aku pikir..."
"Jangan berfikir Seulgi-a." Lanjut Irene menatapnya dingin. Irene mengambil air di meja dan meneguk.
"Tapi ini adalah masa promosi grup dan psycho menjadi pusat perhatian, kita tidak mungkin bisa mendapatkan kesempatan ini dimasa mendatang. Jadi aku berfikir untuk..."
"Sudah ku bilang jangan berfikir kang Seulgi!" Irene mengehempaskan gelas kosong di atas meja. "Dengar, mereka hanya mempermainkanmu. Kita telah sepakat tidak akan melakukan promosi sebelum kita mengusut kasus ini sampai tuntas."
"Tapi aku menginginkannya unnie!" Teriak Seulgi. "Aku ingin untuk melakukan itu, aku juga ingin melindungi red velvet. Kita telah bekerja keras selama ini, jika kita berhenti di masa promosi mereka akan selama mengingat red velvet sebagai grup yang membernya mengalami kecelakaan di akhir tahun."
"Apa itu penting sekarang? Wendy sedang di rumah sakit dan membutuhkan dukunganmu apakah karirmu begitu penting disaat seperti ini?!"
"Dia bahkan mungkin tidak bisa kembali unnie!"
Plak! Sebuah tamparan menyedarkan Seulgi dari apa yang diucapkannya. "Karena tidak mungkin kembali kau mengambil tempatnya? Apa kau sungguh temannya? Kau bahkan roomatenya selama bertahun-tahun. Kenapa kau bisa berpikiran sangat sempit?"
"Aku hanya ingin melindungi tempat Wendy kembali unnie." Seulgi bicara sambil memegangi pipinya. Ia sangat terkejut karena ini pertama kalinya pertengkaran hebat terjadi antara mereka berdua. "Tidak ada jaminan apakah Wendy akan kembali atau tidak, tapi red velvet tetap harus memiliki tempat di dunia musik agar saat Wendy kembali, kita tidak harus memulainya lagi dari nol." Seulgi menatap Irene dengan mata berkaca-kaca.
Irene berjalan meninggalkan Seulgi. Ia melangkah usai menampar gelas kosong hingga terpental ke lantai. Ia berjalan hingga anak tangga pertama kemudian berhenti. "Jika kau ingin melakukan sesuatu untuk Wendy, kembali lah ke rumah sakit dan hiburlah dia. Melindungi dan mempertahankan grup adalah tugasku. Jangan melangkahi wewenangku dan jangan pernah berani mengambil keputusan tanpa persetujuanku." Irene melanjutkan langkahnya menuju lantai atas.
****
"Unnie.. kami membawakanmu bubble tea." Teriak yeri sambil berlari menuju tempat tidur Wendy.
"Woaaaaaah terima kasih." Wendy segera merampasnya dari tangan Yeri ketika sedotannya berhasil terpasang. "Huh? Kenapa tidak ada buble nya." Heran Wendy melihat minumannya lagi.
"Uuuh, kau belum bisa mengunyah itu sekarang." Cengir Seulgi.
"Eiii ini bukan buble tea tanpa buble." Sedih Wendy.
"Eeeiii kenapa mereka membuat tanpa bubble, aku akan kembali kesana dan meminta mereka membuatkan bubble yang bisa kau telan. Berani sekali mereka melakukan ini pada Wendy red velvet." Joy menggulung lengan bajunya.
"Yak! Yak! Yak! Apa yang akan kau lakukan?" Seulgi menarik bagian belakang kerah baju Joy. "Kau hanya akan di cap aneh, sudah jangan membuatku malu." Ujar Seulgi menarik Joy untuk duduk saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Rule
FanfictionAda tiga zona waktu, Masa lalu, hari ini, dan masa depan. Masa lalu adalah tempat untuk belajar, hari ini adalah masa untuk berjuang sedangkan masa depan adalah hasil dari apa yang di pelajari di masa lalu dan apa yang di perjuangkan hari ini. Setia...