5. Tentangku dan Dia (Dira)

843 57 1
                                    

Selamat membaca guys
Yuk ramaikan dengan taburan bintang dan vote
Tolong berikan tanda yang ada typo

Tak terasa hampir setahun aku tinggal di kota Makassar. Kak Rustam sangat membantuku dalam proses belajar.

Hampir setiap malam kak Rustam menjadi mentorku saat dirumah. Dan tentu saja itu tidak gratis, imbalan yang kak Rustam minta setelah menjadi mentorku adalah menuruti semua keinginannya untuk dimasakkan ini dan itu yang dia inginkan. Aku seketika menjadi chef dadakan dengan belajar melalui internet atau you tube.

Permintaan makan kak Rustam aneh-aneh. Kadang minta dimasakin makanan Arab, India atau makanan ala-ala barat dan itu tidak mudah.

Aku harus banyak belajar resep-resep makanan dari berbagai negara. Dan yang satu yang membuat aku heran dari kak Rustam seringkali pulang larut malam dan selalu saja menyempatkan diri untuk menjadi mentorku. Mengajari dan menjelaskan kembali materi kuliah yang ku dapatkan di kampus.

Aku tak tahu apa yang kak Rustam kerjakan di luar sana sehingga selalu pulang larut malam. Apakah kak Rustam bertemu kekasihnya?.
Ah... Sampai saat ini aku belum pernah melihat kak Rustam menggadeng seorang wanita. Apa kak Rustam tidak memikirkan pernikahan di saat usianya sudah matang

"Ngapai aja melamun?" Sambil menepuk bahuku dari belakang di saat aku berada di dapur.

Ya,... Sekarang aku memang berada dirumah. Sepulang kuliah jam 12 aku tidak kemana-mana lagi. Aku langsung pulang karena semalam kak Rustam minta di buatin coto Makassar dan cemilan sanggara balanda yang semuanya merupakan makanan khas Sulawesi Selatan.

Untungnya kak Rustam meminta di masakin makanan dari Sulawesi Selatan kalau minta makanan yang asing bagiku

"Tumben kak pulang cepat" ucapku

"Kangen saja ingin pulang cepat" aku hanya mencebikkan bibirku dan kak Rustam terkekeh

"Masak apa dek" lalu mencium pipiku

"Kakak kangen dek" dan memelukku

"Kak jangan ganggu Dira masak, bagaimana bisa selesai cepat masaknya?" Sedari tadi kak Rustam terus saja menempelkan dirinya padaku.

Sekali lagi kak Rustam mencuri ciuman di pipiku "soalnya kakak kangen" dan menepuk kepalaku

"Kak tadi Tante ayu telpon, soalnya kakak susah di hubungi. Kak telpon Tante lagi siapa tau ada yang penting"
Ujarku

"Jam berapa mama telpon dek?"

"Tadi sepulang Dira dari kampus" aku lalu menyiapkan makan buat kak Rustam.

"Kakak sibuk. Lupa telpon mama."

"Kakak memang sibuk apa?" Setahuku jam kerja dosen tidak begitu padat kecuali dia memiliki usaha di luar

"Kakak sibuk ngumpulin uang buat masa depan. Buat nikah. Soalnya uang Panai sekarang terlalu tinggi yang diminta oleh seorang gadis yang akan menikah. Jadi kakak harus nyiapin" jelasnya.

Aku hanya tersenyum mendengarnya. Saat ini memang di Sulawesi Selatan uang Panai yang diminta oleh seorang gadis begitu tinggi. Menurutku sebagai seorang gadis berdarah Bugis hal itu wajar karena di situlah di lihat bentuk tanggung jawab dan keseriusan seorang lelaki. Tetapi pihak perempuan meminta yang sewajarnya kok, sesuai kemampuan laki-laki tersebut.

Menguntai Serpihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang