7 Keputusan Nenek

904 62 9
                                    

Selamat membaca, jangan lupa taburan bintang dan votenya

Kedua orang tua Rustam dan juga nenek mereka masih berada dalam kamar Dira. Memperhatikan gerak gerik Rustam yang menenangkan Dira

Dira masih saja memeluk Rustam sambil terisak

"Kak, mama sudah tidak ada. Bagaimana Dira kak. Dira tidak punya siapa-siapa lagi hiks...hiks... hiks..." Rustam mengelus-elus punggung Dira

Dira masih saja terisak kemudian mendongakkan kepalanya, Rustam menunduk menatap wajah Dira yang dipenuhi air mata "kak bagaimana kuliahku, Dira mau berhenti gak ada lagi mama yang biaya. Dira mau cari duit aja hiks... Hiks..."

Rustam menghapus air mata Dira "jangan ngomong gitu dek. Kakak yang membiayai kuliah adek sampai selesai. Berhenti nangis dek"

Tapi Dira masih saja terisak, Rustam mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya. Menghapus air mata Dira.
"Kamu jorok banget sih dek, ini ingus kamu meler kemana-mana" Rustam pun membersihkan ingus Dira Tan pa merasa jijik sedikitpun dan mencium kelopak mata Dira secara bergantian.

"Hemmm...." Papa Rustam, Ridwan berdehem ketika Rustam memberikan kecupan berulang-ulang di bibir Dira.

Rustam terkejut, Rustam pikir hanya ada dia dan Dira karena tadi Nanda sudah pamit keluar.

Nenek mempelototi Rustam, dan Rustam hanya menunduk.

"Dira sayang ini nenek. Dira jangan khawatir ada kami semua di sini terutama Rustam. Iyakan Rustam?"

Sengaja nenek mengatakan seperti itu, karena nenek telah memiliki rencana untuk hidup mereka berdua

"Iya nek. Ada aku"

Ridwan menepuk bahu anaknya "kamu sudah dewasa nak, Dira sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Sekarang kamu bertanggung jawab dengan hidup Dira. Kamu tidak keberatan kan Rustam?"

Rustam bingung dengan perkataan ambigu papanya, maksudnya apa? "Iya pa, Rustam akan biaya Dira sampai kuliahnya selesai" jadi Rustam menjawab saja seperti itu pada papanya.

"Tenangkan adikmu nak. Dia butuh kamu" Rustam hanya mengangguk ketika Rahayu ibunya mengatakan seperti itu

"Kami keluar dulu" pamit nenek dan mengelus rambut Rustam cucunya. Dira masih tetap berada dalam pelukan Rustam dan masih terus terisak.
____________________________
Diruang keluarga Rumah Dira

"Kalian tau kenapa mama mengajak untuk berbicara" tanya nenek fatimah

"Pabotting sisenni Rustam si bawa Dira. Itaini mapekko cara na Rustam okko Dira" ( nikahkan saja Rustam dan Dira, lihatkan bagaimana Rustam ke Dira). Ucap nenek dengan bahasa Bugis nya

"Setuju ka ma"kata Ridwan

"Iya ma. Adik-adiknya Rustam menikah semua mi. Tinggal dia yang belum. Tidak tau apalagi na tunggu i" sela Rahayu dengan dialeg Makassar nya.

Panjang lebar mereka berdiskusi persoalan bagaimana Dira ke depannya, biar bagaimanapun Dira anak dari adik perempuannya.

"Panggil Rustam ke sini ayu" pintah nenek pada menantunya

"Baik ma". Rahayu berlalu pergi menuju kamar Dira

Ceklek

Ternyata kamarnya tak terkunci

"Astaghfirullah" Rahayu beristighfar dengan apa yang dilihat depan matanya.

Rustam yang memeluk Dira sambil tertidur dengan posisi sebagian tubuh Dira berada di atas tubuh Rustam.

Menguntai Serpihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang