10. suamiku

957 54 3
                                    

Dira POV

Tidurku terganggu saat mendengar suara para lelaki tertawa terbahak-bahak di luar kamar. Aku baru sadar ternyata aku berada di kamar kak Rustam. Ah, sangat lucu takdir yang ku jalani. Masih tak percaya aku sekarang menjadi istri dari kak Rustam.

Kak Rustam adalah kakak yang selalu menjagaku sewaktu kecil, kakak yang selalu mengajakku bermain di saat mama menitipkanku dirumahnya. Dan sekarang kak Rustam akan menjagaku seumur hidup.

Aku tak bisa menolak permintaan kak Rustam untuk menikahiku. Karena kak Rustam lah nantinya yang akan membiayai hidupku, terutama kuliahku. Tak ada salahnya aku egois pada kekasih kak Rustam yang berada di Jakarta. Tak mungkin kak Rustam akan kembali dengan pacarnya karena kak Rustam tak akan tega membuat adiknya menjadi seorang janda.

Ku langkahkan kakiku menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhku. Setelah acara mandi selesai, aku segera memakai pakaianku dan sedikit berhias. Aku keluar ingin memasak untuk makan malam.

Aku terkejut melihat kehadiran pak Ravi dan pak Gilang. Mereka berdua adalah dosenku.

"Sayang sudah bangun" sapa kak Rustam, apa-apaan ini panggil-panggil sayang. Apalagi depan teman-temannya. Aku jadi malu

Aku hanya mengangguk dan melihat ke arah meja. Sudah ada minuman dan cemilan untuk kedua tamu tersebut.

"Pak Gilang, pak Ravi daritadi ya?" Sapaku sekedar basa-basi kemudian duduk di samping kak Rustam. Kak Rustam merangkul ku. Aku jadi malu

"Hmmm... Manten baru jangan mesra-mesraan di sini. Ada jomblo, nanti baper" sindir pak Ravi pada pak Gilang. Kemudian kak Rustam terbahak.

"Makanya Gilang, nikah cepat. Nikah itu enak loh" kata kak Rustam dan pipiku memanas akibat perkataan kak Rustam.

Masih teringat usai akad nikah, setelah foto-foto keluarga. Aku langsung membersihkan diri dan bergabung bersama sepupu-sepupuku sampai malam tiba.

Dan pada saat malam usai acara tahlilan mama, aku baru berpindah menuju kamar kak Rustam. Aku pikir kak Rustam sudah balik ke Makassar malam ini, ternyata dugaanku salah. Kak Rustam masih berada dalam kamar ini masih lengkap dengan baju kokonya sambil bersandar di sofa.

Aku hanya berdiri depan kamar kak Rustam hingga kak Rustam menyadari kehadiranku.

"Dek kenapa hanya disitu, sini sama kakak." Dan menunjuk sofa di sampingnya.

"Dek pintunya di kunci". Aku berdebar, apa yang akan terjadi selanjutnya. Apakah malam pertama ini seperti pasangan pengantin lainnya akan terjadi?.

Entahlah...

Setelah itu ku dudukkan diriku di samping kak Rustam

"Kenapa?, Kamu deg degan ya?" Goda kak Rustam

"Ih kakak" dan aku memukul lengannya, kak Rustam terkekeh

"Memang kakak mau minta hak kakak malam ini?" tanyaku polos dan membuat kak Rustam tertawa

"Adek mau ya malam ini?" Refleks aku menggeleng

"Kenapa?, Kita sudah halal" tegas kak Rustam

"Nanti Dira hamil kak, Jalan Dira masih panjang untuk menyelesaikan kuliah. Kalau kakak memang mau baiknya kakak pakai pengaman" astaga kenapa aku berbicara seperti itu dan aku langsung menutup wajahku. Kak Rustam membawaku kepelukannya

"Jadi adek bersedia ya memberikan hak kakak" aku hanya mengangguk

"Kakak tidak melakukannya malam ini masih capek" bisiknya di telingaku dan membuat aliran darahku berdesir.

Menguntai Serpihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang