•삼 ; 𝔠𝔞𝔯𝔢 𝔞𝔟𝔬𝔲𝔱 𝔥𝔦𝔪?

8.6K 1.4K 109
                                    


•#•#•#•

Renjun tersenyum saat benda hitam mematikan itu mengarah kembali pada dirinya.

Tapi.. Jaemin menurunkan pistolnya kembali setelah melihat reaksi lelaki di depannya. Renjun langsung mengubah ekspresinya datar kembali.

"Bunuh, bunuh. Enggak, enggak. Dasar manusia labil" Renjun memutarkan bola matanya malas kemudian jalan mendahului Jaemin menuju mobil putihnya.

Jaemin masih setia memasang wajah datar dan dingin seperti biasanya.

Sesampainya di mobil. Renjun menekan tombol start/stop engine mobilnya. Tidak seperti biasanya, mobilnya tidak mau menyala.

Ah.. dia tahu mengapa.

Baterai mobilnya habis, sepertinya supirnya tidak mengisi daya baterai nya semalam. Jaemin di belakang sana masih setia menatap remaja yang kini sedang bermisuh-misuh sebab mobilnya yang tak ingin menyala.

Renjun berjalan menghampiri Jaemin setelah mengunci mobilnya kembali dengan muka bete.

"Kenapa kembali" ucap Jaemin sinis.

"Mobilku habis baterai Jaemin-ssi... Aku tak bisa pulang" Renjun.

"Lalu apa urusanmu denganku" Jaemin.

"Antarkan aku ya~" Renjun berbicara dengan mata yang ia kedip-kedipkan manja kepada Jaemin.

"Kau pikir aku supirmu?"

~•*•*•*•~

Renjun memperhatikan jalanan Seoul yang sudah mulai sepi mengingat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Ia melirik ke sebelah kirinya, Jaemin menatap lurus jalan di depannya. Sudah 10 menit semenjak mereka memasukki mobil itu dan keheningan masih memenuhi suasana mobil Jaemin.

"Ehem"

Renjun berdehem mengharapkan balasan dari pemuda yang sedang menyetir di sebelahnya.

"Kau tak bertanya rumah ku di mana? Bagaimana kamu bisa tahu jalan kearah rumahku Jaemin-ssi?" Renjun.

"Star Palace Residence jalan mahkota nomor satu" Jaemin.

"UWAH! Bagaimana bisa kau tahu!" Ucap Renjun kagum.

"Bodoh" batin Jaemin tak sadar sedikit senyum terulas di bibirnya.

"Kau benar-benar malaikat pencabut nyawa yang sedang menyamar sebagai manusia kah?! Jika benar kenapa kamu tak membunuhku langsung tadi. Atau jangan jangan kamu punya kekuatan telepati?!" Renjun menebak-nebak.

"Jangan berpikir yang aneh-aneh Renjun, apakah kau lupa faktanya kau akan kubunuh tadi? Tidak mungkin orang yang akan membunuh tidak menggali informasi tentang korbannya terlebih dahulu, bodoh. Padahal ayahmu sendiri yang memiliki perusahaan teknologi canggih" Jaemin menjelaskan panjang lebar.

Baru kali ini Jaemin mengucapkan begitu banyak kata yang keluar dari mulutnya.

"Hmm masuk akal." Renjun.

Mobil Jaemin berhenti tepat didepan gerbang besar yang berhasil menutupi bangunan di balik pagar tersebut.

"Apakah alamatnya benar Renjun-ssi?"

Kalimat Jaemin berhasil membuat Renjun menoleh setelah sedari tadi ia menunduk asik menatap layar ponselnya.

"Oh ya benar, sebentar." Renjun menatap kamera di atas gerbang lebih tepatnya alat pendeteksi muka. Tak lama kemudian pagar besar tersebut terbuka lebar perlahan dengan otomatis mempersilahkan sang tuan rumah memasuki halaman. Jaemin sedikit menatap tidak percaya dengan pemandangan di depannya.

Sedikit pikiran yang muncul di benaknya mengapa Renjun ingin mengakhiri hidupnya dengan harta yang ia miliki sebanyak ini. Jaemin kemudian memutari mobilnya mengelilingi sebuah bundaran air mancur megah yang membawanya pada lobby rumah Renjun.

"Terima kasih Jaemin ssi! Kutunggu kau membunuhku" Renjun mengucapkan kalimat perpisahan dengan senyum lebar.

"Bagaimana bisa dia mengucapkan kalimat itu dengan senyum bahagia di wajahnya itu, sungguh aneh" Batin Jaemin.

Jaemin kemudian bersiap siap untuk menjalankan mobilnya kembali setelah Renjun turun dari mobilnya beberapa saat yang lalu.

Bughh

Hantaman keras terdengar jelas di pendengaran Jaemin. Jendela mobilnya memang belum sempat ia tutup kembali. Matanya beralih mencari sumber suara tersebut.

"ANAK TIDAK TAHU DIRI! KELAYAPAN JAM SEGINI BARU PULANG! PIKIRANMU SELALU BERMAIN! TIDAK PERNAH BELAJAR JIKA TIDAK DISURUH!"

Dari pintu rumah yang masih terbuka tersebut, Jaemin dapat melihat Renjun yang memegangi bibirnya.

Bugh

Kemudian tak lama ia ambruk ke lantai. Pintu besar rumah tersebut tak lama menutup, dengan pandangan yang semakin minim Jaemin dapat melihat Renjun di angkat tak berdaya oleh beberapa orang yang ia yakini orang yang bekerja di rumahnya.

Jaemin diam di tempat membuat pikirannya bergelut dengan sendirinya. Haruskah dia masuk melihat keadaan Renjun?

Tapi dengan cepat ia mengusir pikirannya barusan. Sejak kapan dia peduli dengan seseorang? Jaemin kemudian menancap gas mobilnya untuk kembali ke rumahnya tanpa memperdulikan Renjun yang entah seperti apa kondisinya.




> See You Next Chapter <

Kill Me - JAEMREN ft. NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang