~•*•*•*•~Setiap kota, pasti mempunyai satu wilayah elit yang begitu mencolok di setiap mata masyarakat. Sebagai contoh, Star Palace Residence. Kompleks perumahan yang dikenal akan kemewahannya yang berdiri tegap ditengah ramainya kota Seoul. Dari sekian banyaknya deretan rumah yang besarnya melebihi lapangan sepakbola, satu dari bangunan itu nampak paling terkenal berkat sang pemiliknya.
Rumah, ah- mungkin lebih tepatnya mansion itu bergaya minimalis modern seperti rumah impian yang diinginkam semua orang. Tak heran jika kepala perusahaan atau kerap di sebut CEO dari salah satu perusahaan teknologi ternama di Seoul merupakan tuan rumah dari mansion itu. Dengan jabatan yang kini ia pegang, tentu seluruh sudut rumahnya dipenuhi teknologi canggih yang hampir tak semua rumah miliki.
Remaja laki-laki yang baru saja memasuki tingkat akhir jenjang SMA nya itu menyenderkan punggungnya pada kursi belajar nya. Terhitung sudah, 5 jam lamanya semenjak awal ia mendudukan dirinya di depan meja belajar lebar pada sudut kamarnya.
Anak itu menghela nafasnya kasar sembari menarik tangan yang ia kaitkan keatas. Cukup untuk menunjukkan betapa lelahnya dirinya usai melakukan peregangan tubuh.
Remaja itu menyentuh sensor pada layar jam tangannya yang selalu ia kenakan. Rupanya waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Ia pikir, itu sudah cukup untuknya belajar sedari tadi sore sampai sekarang. Remaja itu kemudian menutup buku-buku tebal yang berserakkan di meja besarnya. Di setiap sampul dari buku tersebut terdapat tulisan manis tertulis diatasnya.
'Huang Renjun'
Tanpa basa-basi, Renjun segera merebahkan dirinya di kasur empuk miliknya. Hal sederhana seperti itu saja sudah menjadi kebahagiaan kecil yang terselip di hati Renjun. Rasanya begitu menyenangkan layaknya terbang ke surga.
Renjun menepuk tangannya sekali, untuk membangunkan sensor di kamarnya yang memang sudah dirancang sebagai alat untuk mematikan lampu dengan efisien. Jemarinya pun memutar tombol yang berada di nakas sebelah kanannya untuk meredupkan intensitas keterangan cahaya lampu nya. Diambilnya ponselnya yang sejak tadi sore ia abaikan di kasur, demi berkutat dengan tumpukkan lembaran kertas di atas meja belajarnya.
Sreeett
Pintu kamar otomatis nya menggeser terbuka menampilkan siluet pria tinggi di ambang pintu. Ia tersentak mendengar langkah kaki yang tak lagi asing baginya mendekat ke arahnya. Dengan panik dan gelisah, ia pun melepaskan genggamannya pada ponselnya. Tidak. Ia tidak membuka hal yang tak senonoh di ponselnya. Melainkan memang itu reflek tubuh nya setiap melihat wajah pria yang kini sudah berada di hadapannya.
"A-appa.." ujar Renjun, gugup.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
"Aku sud-"
"Kau bermain ponsel Huang Renjun! Kau sebagai penerus perusahaan appa tidak seharusnya bersantai-santai seperti ini! Kau harus menuntut banyak ilmu agar dapat melanjutkan jejak appa sebagai CEO Neo Technology! Cepat buka bukumu dan belajar!!"
"Tapi aku baru se-"
"GAK USAH TAPI- TAPI AN! CEPAT KE MEJA BELAJARMU RENJUN!! Appa tidak mau perusahaan yang sudah appa bangun sejak dulu bangkrut sesaat setelah perusahaan ada di tanganmu!"
"-lesai belajar tadi..." gumamnya kecil tanpa didengar sang ayah, melanjutkan perkataan yang sempat terpotong. Terpaksa tungkainya berjalan lemah menuju meja belajarnya. Ia benci. Benci dirinya yang tak pernah mampu melawan. Menyisakan kepasrahan yang begitu besar.
Melihat sang putra sudah mendudukkan diri di kursi belajarnya, Tuan Huang segera beranjak ke kamarnya untuk bebersih. Ya, dia baru saja pulang bekerja sedari tadi siang.
"Andaikan bunuh diri bukan merupakan perbuatan dosa.." ujar Renjun dengan perasaan yang tercampur aduk. Ia hanya bisa menuruti keinginan ayahnya sampai ia benar-benar di jemput malaikat pencabut nyawa yang memang sudah ia tunggu dari lama.
1 jam telah berlalu
Tanpa disadari, Renjun tertidur di meja belajarnya sampai mentari menampakkan dirinya kembali.
~•*•*•*•~
Di pagi hari yang cerah ini, Renjun menginjakkan kakinya kembali di tempat yang setiap hari tak pernah absen ia kunjungi. Meski sakit pun ia akan tetap dipaksa mengunjungi tempat ini. Tempat yang bagi sebagian orang merupakan mimpi buruk, sekolah Dream Achiever.
Sekolah tersebut merupakan sekolah yang terkenal akan ke-elitannya. Hanya kaum atas yang mampu bersekolah disana. Bukan hanya biaya yang menjadi halangan, kompetisi disana juga sangatlah ketat. Mengingat yang bersekolah disana merupakan anak dari pemilik perusahaan besar maupun konglomerat yang tentu tidak sedikit yang merupakan rival satu sama lain. Putra-putrinya akan ikut terseret untuk membangun image baik kedua orang tuanya di depan publik. Salah satu anak yang dapat dijadikan contoh, Huang Renjun. Tak hanya psikis yang dipermainkan, mentalnya pun semakin dihancurkan dari hari ke hari karena perlakuan orangtuanya.
Di lobi tengah sudah diramaikan para siswa/i yang berkumpul menatap suatu papan besar. Renjun yang baru saja turun dari mobilnya segera berjalan menuju keramaian tersebut dengan penasaran.
"Wah aku memang tahu faktanya Renjun adalah anak yang pintar, tapi tidak menyangka ia akan ada di posisi pertama satu sekolah!"
Mendengar namanya disebut, sontak Renjun menatap kearah kemana para murid itu menatap.
"Urutan siswa dengan nilai terbaik sekolah Dream Achiever"
Renjun terkejut, bukan karena dirinya di posisi pertama. Namun karena baru kali ini sekolahnya mempublikasikan hal seperti ini. Tentu dengan adanya papan ini, ia khawatir semua murid akan semakin ditekan oleh para orang tuanya. Tanpa ingin berlama-lama, Renjun segera memutar balikan badannya menuju kelasnya. Tidak memperdulikan sejumlah siswa lainnya yang meneriaki kagum namanya dan siswa yang berada di satu peringkat di bawahnya.
Brukk
Sialnya, tanpa sengaja ia menabrak seseorang.
"Ahh maaf aku tidak lihat," ujar Renjun setengah terkejut.
Renjun mendongakkan kepalanya untuk melihat siapakah orang tersebut. Hingga nama yang terlihat begitu familiar itu terpampang jelas pada nametag yang melekat pada sisi kanan almameter sekolahnya.
"Na Jaemin"
Pemuda pemilik nama tersebut menyeringai, menatap Renjun di hadapannya penuh intens.
>See You Next Chapter<
KAMU SEDANG MEMBACA
Kill Me - JAEMREN ft. NCT Dream
Hayran Kurgu[END] Berawal dari hal yang tak terencana. Menjadikan benda hitam yang kerap orang sebut pistol itu sebuah saksi bisu pada awal mula kisah cerita persahabatan mereka berdua. Dan juga berlima. (Mark + 00L) Siapa sangka? Takdir mempertemukan 'pembunuh...