• 이십구; 𝔴𝔥𝔶 𝔦𝔰 𝔦𝔱 𝔰𝔬 𝔥𝔞𝔯𝔡?

5K 829 35
                                    


•#•#•#•

Renjun tersenyum manis.

"Bisa kok! Pasti Bisa! Tapi Jaemin aku punya permintaan" Renjun.

"Apa?"

"Janji ya? Mau apapun dan bagaimanapun kondisinya, kau jangan pernah menghabisi nyawa seseorang lagi? Setiap orang pasti pernah membuat kesalahan, yang membedakan adalah kesalahan yang besar dan kecil. Kita sebagai manusia biasa harus bisa saling memaafkan. Sekalipun.....


dia pembunuh orangtuamu.


Ketika kejahatan kau balas dengan kejahatan, kau tak akan pernah berhenti berputar di siklus kejahatan. Jika kejahatan dibalas dengan kebaikan, percayalah dari situ kau akan tetap terus berhadapan dengan hal-hal baik, tak lagi dengan yang jahat. Aku tak mau masa depan yang sudah kau impikan terhancur begitu saja karena emosimu yang tak terkontrol. Mengerti Jaeminie???"

Jaemin tersenyum, Ia sudah tak bisa lagi berkata-kata selain menuruti kemauan Renjun. Pemuda di hadapannya yang mungkin terlihat mungil, menggemaskan dan polos tapi ia memilki sisi yang tak semua orang punyai. Kedewasaan.

"Janji... Injunie" Jaemin.

Malam itu, langit pun ikut senang melihat kedua insan yang tengah tertawa senyum berbagi cerita dan canda. Bintang-bintang di langit memancarkan sinarnya terang di atas sana seakan ikut tertawa bahagia.

•#•#•#•

2 minggu telah berlalu, mereka semua masih belum mendapatkan petunjuk tentang sang pemilik gelang itu. Untuk pertama kalinya mencari barang yang jelas-jelas hanya ada satu di dunia itu serumit ini. Mereka rasa, lawan mereka itu ada di tingkat yang jauh lebih tinggi dari mereka sehingga mereka sangat kesulitan.

Selama 2 minggu terakhir, mereka hanya menghabiskan waktu dengan berdiam diri di rumah, berusaha keras mencari petunjuk. Dari Haechan yang hampir 12 jam terus mencari informasi di laptopnya sampai semuanya yang juga ikut mencari informasi dari berbagai macam cara.

Kondisi saat ini,
Renjun yang melihat seluruh teman-temannya terlihat seperti mayat hidup berinisiatif untuk pergi ke kafe membeli beberapa minuman untuk diberikan pada semua keempat teman 'Lee' nya. Namun karena Renjun tak mau pergi seorang diri, ia mengajak Haechan untuk menemaninya karena saat ini hanya Haechan lah yang sedang tidak beraktifitas karena ia tengah beristirahat.

"Haechan-ah, temani aku ke kafe dekat sini ya?" Renjun.

Haechan langsung mengiyakan ajakan Renjun tanpa adanya penolakan. Karena dirinya juga ingin menghirup udara segar diluar setelah 2 hari mengurung diri didalam rumah.

Mereka pergi menuju kafe terdekat, mereka sendiri bahkan tak tahu kafe-kafe di daerah sini ada apa saja. Mereka hanya mampir pada kafe yang pertama kali mereka lihat di tengah perjalanan.

"127 Coffee"

Mereka langsung memakirkan kendaraannya dan memasuki kafe itu.

"Brown sugar boba milk tea nya satu, Haechan kau mau minum apa?" Renjun.

"Aku iced americano saja" Haechan.

Mereka berdua memutuskan untuk menikmati minuman yang mereka pesan ditempat dan akan membawakan beberapa untuk yang lain sepulangnya.

"Yak jangan sampai pakai kartu kredit ayahmu lagi" Haechan.

"Gak akan. Sudah ku buang kartunya, ini aku pakai kartu atm sendiri tenang saja" Renjun.

Mereka berdua pun menduduki salah satu meja di samping jendela. Sambil sedikit mengobrol menikmati minuman yang telah mereka pesan tadi.

"Haechan ah, mengapa sulit sekali untuk menangkap pelaku pembunuh orang tua Jaemin?" Renjun sedikit mengeluh.

"Dari awal Jaemin menceritakan segalanya aku sudah bisa menebak sih kalau orang ini tidak akan semudah itu untuk ditangkap. Bahkan kepolisian negara juga gagal dalam mencarinya sehingga kasus ini dibiarkan menggantung begitu saja hingga saat ini." Haechan.

"Kau tak salah sih... Hahh! Rasanya ingin aku cabut dan ku cincang jantung dan otaknya." Renjun.

"Astaga, kau lebih kejam dari pada orang itu kau tahu"

"Lagi pula aku muak! Dia diberi kehidupan bukannya dipakai dengan baik tapi malah dibuat untuk hal yang tidak baik. Lebih baik aku cincang saja atau ku sumbangkan ke rumah sakit untuk orang yang benar-benar membutuhkannya" Renjun.

"Silahkan saja dilaksanakan Renjun, nanti aku akan menjadi supporter bersorak-sorak menyemangati" Haechan.

"Ck kau sama saja kejamnya" Renjun.

"Aku ke toilet dulu ya" Haechan.

Haechan kemudian pergi ke toilet untuk melakukan panggilan alamnya. Seusai menyelesaikan urusannya, Haechan berniat untuk kembali ke meja. Namun, pintu gudang yang terbuka di depan toiletnya menarik perhatiannya karena sebelumnya tidaklah terbuka.

Tidak ada yang bisa menghentikan jiwa kekepo an seorang Lee Haechan sehingga ia memutuskan untuk sedikit mengintip apa yang ada di dalam sana sambil berpura-pura berjalan melewati.

Haechan mendadak terhenti saat melihat sebuah tumpukan kertas berwarna kuning ke coklatan yang ada di salah satu rak di dalam gudang itu.

Haechan memajukan tubuhnya sedikit dan menyipitkan matanya untuk memastikan.

"Bentar.. Itu kan gelang yang selama ini kita cari pemiliknya" batin Haechan.

Haechan mengendap memasuki gudang itu untuk melihat kertas itu lebih dekat. Benar saja, di kertas itu terdapat gambar gelang naga itu dengan sebuah tulisan :


DICARI GELANG DIBAWAH INI!

Bagi yang berhasil menemukannya akan diberi imbalan uang tunai sebesar 1 miliar! Harap menghubungi nomor dibawah ini :

+82 0347188429


Haechan langsung mengambil selembar kertas itu dan berlari cepat menuju Renjun.

"RENJUN AH AKU MENEMUKAN NOMOR TELEPON PEMILIK GELANG ITU!"


Mereka berdua tak tahu.. Bahwa ada seseorang yang tengah memantau mereka dari balik pintu dapur.

"Halo pak, ada dua anak remaja laki-laki yang sangat mencurigakan di kafe. Sepertinya mereka tahu sesuatu tentang gelang itu."





> See You in the next chapter <

Kill Me - JAEMREN ft. NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang