• 이십이; 𝔥𝔢 𝔦𝔰 𝔡𝔢𝔞𝔡?

5.7K 972 43
                                    


•#•#•#•

Name : The great Dragon bracelet
Code : 290504
Item type : Custom order, one and only piece
Sold at 10000000won (setara dengan 122juta rupiah)

"Eoh? Ini hanya ada satu di dunia! Karena ini custom order, alias pembeli membuat permintaan secara pribadi mengenai barang yang akan dipesan" Mark.

"Hyung, tak bisa dilihat siapa orang yang membeli ini?" Jeno.

"Tentu bisa, seharusnya.." Mark.

Mark mengscroll layar laptopnya kebawah hingga muncul data-data yang selama ini mereka cari.



Buyer : Mr. Kim Soo Hyun (The founder of Kim Cooperation)


Deg


Saat ini, pikiran Jaemin tak bisa terkontrol. Semua yang ada di isi kepalanya berkata untuk langsung pergi memberi pelajaran kepada sosok itu.

Jaemin berdiri dari duduknya dan mengambil tas ransel hitamnya bersiap untuk pergi. Namun, aksi Jaemin gagal karena Renjun menahan lengannya.

"Jaemin-ah.. Kau mau kemana?" Renjun.

"Membunuhnya"

Jaemin tak menghiraukan lengannya yang tengah di tahan oleh Renjun. Ia tetap menerobos untuk berjalan keluar. Tetapi lagi-lagi, aksinya terhenti saat tiba-tiba tubuh tegap Jeno menghalanginya.

"Apa kau yakin dia orangnya? Apa semuanya sudah kau cari tahu dengan matang? Apa kau tak ingat pada saat itu terjadi, bukan cuma satu namun ada banyak orang yang ada disana. Kau mau berujung menghabisi nyawa yang tak berdosa karena sebuah keegoisan?" Jeno.

"Lalu siapa lagi?! Kau lihat sendiri gelang ini tak bisa didapatkan sembarang orang. Sudah pasti yang membunuhnya adalah ketua dari semua orang-orang yang ada disana dan Kim Soo Hyun inilah pasti orangnya!"

Haechan ikut berdiri dari posisinya mendekat kearah Jaemin.

"Semua masih butuh proses Jaemin-ah.. Tak semua hal bisa kau simpulkan begitu saja.. Kau tak boleh bertingkah gegabah seperti ini.. Ku harap kau dapat mengerti apa yang sedari tadi kita bicarakan, Jaemin" Haechan.

"Lagi pula, mengapa kedua orang tua mu bisa berurusan dengan Kim Cooperation? Apa kau tidak mau mencari tahu terlebih dahulu tentang itu Jaemin?" Renjun.

Jaemin terlihat berfikir. Benar juga, selama ini Jaemin tak pernah mendengar nama perusahaan 'Kim Cooperation' disebut oleh kedua orang tuanya apalagi sampai bisa terlibat dengannya yang sama sekali tak Jaemin kenali.

Sementara perdebatan antara mereka berlangsung, Mark seorang diri masih tengah sibuk berkutat dengan laptopnya. Ia sedang mencari tahu informasi lebih jauh mengenai pembangun perusahaan Kim Cooperation itu, Kim Soohyun.

"Guys..-


-Kim Soo Hyun sudah wafat." Mark.

"hah?"

Keempat nyawa yang sempat berdebat tadi langsung memusatkan perhatiannya pada sang tertua. Renjun yang posisinya ada di seberang Mark langsung memindahkan posisinya pada samping Mark untuk melihat secara langsung apa yang Mark tengah baca.

"1957-2008... Artinya, dia sudah tiada sebelum kejadian yang menimpah keluargamu Jaem.." Renjun.

Jaemin mengusap wajahnya kasar. Ternyata semuanya tak berjalan semudah itu. Masih seperti dulu, sungguh rumit.

"Jika memang ia sudah wafat sebelum kejadian itu terjadi, mengapa gelang ini bisa ada pada saat kejadian itu?" Haechan.

"Banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Antara gelang itu memang sudah dijual oleh Kim Soo Hyun sebelum ia wafat, diwariskan ke kerabatnya atau bisa juga ia kehilangan gelangnya sehingga gelang itu ada di tangan orang yang tak ia kenali" Renjun.

"Terus sekarang apa yang harus kita lakukan?" Jeno.

"Menyelidiki satu persatu kemungkinan yang sudah Renjun sebut tadi" Jaemin.

"Kalau begitu kita bagi tugas saja. Untuk kemungkinan pertama mengenai penjualan gelangnya aku akan coba tanyakan pada Appa. Lalu untuk yang hilangnya atau diwariskannya itu mungkin bisa tanyakan langsung pada kerabatnya, tak mungkin mereka tak tahu bukan?"

"Kalau begitu, aku akan cari informasi mengenai keluarga Kim Soo Hyun" Haechan.

"Ide yang bagus, tapi sepertinya cukup untuk hari ini? Besok kita berkumpul lagi untuk membahas informasi apa saja yang sudah kalian semua dapatkan" Renjun.

"Baiklah kalau begitu" Mark.

Semuanya nampak meregangkan otot-otot tubuh mereka. Tak terasa rupanya langit sudah mulai menggelap. Waktu sudah menunjukan pukul 6 sore. Sebelum ketiga remaja bermarga Lee itu pulang ke rumah masing-masing, mereka memutuskan untuk mengisi perut mereka bersama.

Sudah bisa ditebak, Jaemin lah yang menyediakan hidangan lezat untuk seluruh sahabat-sahabatnya yang tengah kelaparan.

Seusai menyantap makanan masing-masing, satu persatu berpamit untuk pulang.

"Guys aku pamit pulang dulu ya" Mark.

"Iya hyung besok jangan lupa kembali kesini" Renjun.

"Ok, tapi Renjun kau pulang bagaimana? Aku tak melihat mobilmu di depan. Mau aku antar?" Mark.

"Ini rumah dia hyung" Jaemin.

"Apa?" Mark dan Haechan dengan kompak membuka mulut mereka tercengang.

"Kalian roommate?" Jeno.

Renjun mengangguk sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Sejak kapan?" Mark.

"Hari ini" Jaemin.

"Uhmm.. Okey...? Memangnya di perbolehkan ayahmu, Renjunie?" Haechan.

"Dia kabur" Jaemin.

"Ish Jaemin bisa gak sih kau menjawabnya sedikit lebih halus dan lengkap?! Kau berbicara seperti aku adalah bocah terbandel dan terdurhaka tau! Jaemin yang menawarkanku untuk tinggal bersamanya" Renjun.

"Tumben Jaem? Kau mau perduli dengan seseorang" Jeno.

"Jika kau melihat betapa buruknya kondisi Injun semalam, percayalah kalian akan melakukan hal yang sama sepertiku" Jaemin.

"Jika seorang Na Jaemin sudah mengatakan hal seperti ini, itu tandanya memang sudah terlalu serius masalahnya" Mark.

Jeno dan Haechan mengangguk setuju dengan perkataan Mark.

"Baiklah aku pamit pulang ya" Mark.

"Aku dan Jeno juga pamit pulang ya" Haechan.

"Hati-hati!" Renjun.

Haechan, Jeno dan Mark kemudian meninggalkan rumah Jaemin. Sementara Renjun dan Jaemin masih terduduk di ruang tamu. Jaemin sedang asik menonton drama di televisi dan Renjun tengah bermain ponsel milik Jaemin karena dia masih belum membeli ponsel baru.

"Nana ya, memangnya kondisiku seburuk apa semalam?"

"Sangat buruk sampai wajahmu terlihat semakin jelek" (lah apa hubungannya)

Renjun sontak mengambil remot televisi yang ada di depan mejanya dan langsung mematikan televisi yang sedang di tonton Jaemin.

"Kita musuh ya Jaem"

Renjun pergi membawa remot televisinya agar Jaemin tak dapat menontonnya. Jaemin tertawa melihat kelakuan Renjun yang seperti anak-anak saat ia marah.

"AHAHAHA Yakk Injun-ah aku sedang menonton! Kembalikan remotnya!" Jaemin.

"Jangan harap Na Jaemin! Kita musuh!"




> See You Tomorrow in the Next Chapter <

Kill Me - JAEMREN ft. NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang