• 십팔; 𝔞𝔪 𝔦 𝔴𝔯𝔬𝔫𝔤?

6.2K 1K 33
                                    


•#•#•#•

Renjun meletakkan ketiga lembar kertas itu pada meja di hadapan mereka semua. Seluruh remaja itu kemudian sedikit memajukan tubuhnya ke arah meja untuk melihat apa yang ada isi kertas tersebut.

"Pembunuhan? Lagi?" Jeno.

"Tapi ini orang yang berbeda-beda" Mark.

Seluruh pasang mata kemudian menatap Jaemin meminta penjelasan.

"Itu..



ulahku"

Joystick yang di genggam Haechan mendadak jatuh mencium dinginnya ubin rumah itu. Jeno di sampingnya dengan otomatis terdiam membeku.

"Jaemin bisa bercanda juga ternyata ahahahaha lucu Jaem!" Mark. 

"Aku serius"

Diam dan sunyi. Waktu seperti membeku di tengah ruangan itu. Tak ada yang bergerak sedikit pun selain deruan nafas dan kedipan mata.

"Kenapa...." Renjun.

"Jaem, aku beneran tak menyangka kau segila ini. Kau benar-benar sudah keterlaluan." Jeno berdiri dari tempatnya dan mengambil jaket yang ia gantungkan di senderan sofa.

"Jeno ya, kau mau kemana??" Haechan.

Jeno tak menggubris pertanyaan dari Haechan, ia terus melangkahkan kakinya menjauh dari keempat temannya menuju pintu utama yang sekaligus pintu keluar dari rumah itu. Mark dengan sigap mengejar Jeno dan menahannya agar tidak pergi.

"Lihat, LIHAT! Kelakuan dirinya bahkan tak jauh berbeda dari pembunuh kedua orang tuanya sendiri! Bagaimana bisa aku bertahan dengannya yang jelas-jelas seorang pembunuh!" Jeno.

"Jeno tenangkan dirimu dulu, semua bisa dibicarakan baik-baik" Mark.

Jeno tampak mencoba melepaskan lengan Mark yang setia menempel pada miliknya guna untuk melepaskan tahanan dari Mark.

"Memangnya siapa yang memintamu bertahan denganku?" Jaemin.

"Jaemin-ah..." Renjun.

Kedua sorot mata Jaemin nampak
mulai berapi-api. Tatapannya sungguh tajam dan mematikan. Renjun kemudian mengenggam tangan Jaemin agar emosinya bisa sedikit terkontrol.

"Semua yang terjadi pasti ada alasan tertentu, Jeno yaa kumohon dengarkan dulu penjelasan Jaemin. Jaemin ah ayo jelaskan kenapa?" Renjun.

"Aku tak sudi menjelaskan hal ini pada orang yang dari awal bahkan tak mau mendengarkanku dan langsung menyimpulkan hal semaunya." Jaemin.

Jeno tampak masih sedikit emosi dan kecewa atas pengakuan dari Jaemin. Namun, Mark yang tengah menahan Jeno memberi beberapa nasihat untuknya.

"Jeno, Jaemin tak sepenuhnya salah. Bukannya ingin membela, tapi tindakanmu sebelumnya memang melebihi batas. Kau seharusnya mendengar penjelasan Jaemin terlebih dahulu sebelum menentukan apa yang sebenarnya terjadi dan mengatai orang itu." Mark.

Mendengar kalimat Mark yang memang pasa dasarnya orang yang paling dewasa diantara kelimanya, membuat emosi Jeno sedikit mulai mendingin. Jeno baru sadar, rasa kecewanya terlalu menggerogoti hatinya hingga ia tak bisa berfikir sebelum bertindak terlebih dahulu.

Kill Me - JAEMREN ft. NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang