🌹09🌹

41 6 1
                                    

Mata kita saling bertatapan. Gue dan Lucas, berseberangan. Dan gue enggan melepas tatapannya.

Lucas yang gue yakini cuma pakai celana pendek, bertelanjang dada, dan make army necklace aja udah bikin dada gue agak nyesek.

Ganteng banget, sih.

Gue nggak menyangkal kegantengan dia.

Tapi gue memutuskan untuk menyudahi tatap-tatapan. Gue nggak mau kegiatan gue untuk menyingkirkan orang-orang menyebalkan di otak gue berhenti gara-gara Lucas.

Jadi, gue memutuskan untuk mengambil napas dan berenang kembali. Merasakan air kolam yang dingin dan menusuk kulit, gue menggerakkan kaki gue untuk berenang kesana kemari.

Gue kira nggak akan ada kenapa-kenapa, sampai ketika perut gue terasa dihantam sesuatu.

Gue mengernyit. Lantas terkejut karena perut gue yang terasa kaku.

Ini kenapa anjing?!

Belum selesai keheranan gue, kaki kanan gue kerasa kaku dan menusuk.

Jangan-jangan, gue kram lagi?

Anjir lah.

Gue langsung berenang ke atas, tapi karena kaki dan perut gue nggak mau diajak kompromi, gue nggak bisa ngapa-ngapain.

Gue kehabisan napas. Air kolam mulai memasuki mulut gue.

Gue menatap kosong ke atas. Tubuh gue udah nggak bergerak.

Apakah gue bakalan mati?

Hal terakhir yang gue inget, sosok hitam mendatangi gue.

Dan semuanya gelap.

🌹🌹🌹

Apa gue udah mati?

Warna hitam di penglihatan gue langsung berubah ketika gue membuka mata. Seketika gue batuk, memuntahkan semua air di paru-paru gue ke samping gue.

Gue udah ada di pinggir kolam dengan handuk di sebelah gue.

Napas gue terengah-engah, mata gue mengadah ke sosok di depan gue.

Sosok yang gue yakini, udah nyelametin gue.

"You should say thank you, i guess?"

Gue menelan ludah, masih terengah-engah dengan napas gue. Bor, sumpah capek banget.

Pikiran gue kembali dipenuhi oleh Lucas dan segala macam drama kemarin. Disaat dia masih kesel dan ngediemin gue, tapi dia masih mau menolong gue.

Setidaknya rasa kemanusiaan dia masih ada.

Maka, gue memutuskan untuk melakukan sesuatu.

"Terimakasih," gue memberi jeda sebentar, "dan maaf."

Wajah Lucas belum berubah. Dia menunggu penjelasan gue.

Gue menghela napas, mencoba mengumpulkan keberanian gue.

"Jadi... kemarin memang kacau. Aku sama temenku yang cowok kemarin itu, emang rencananya mau jalan-jalan sebentar. Sebelumnya kita pergi ke rumah sakit buat jenguk pacarnya. Sehabis itu kita jalan-jalan sebentar."

"Ada kamu di bioskop kemaren bikin aku kaget dan... aku nggak bisa ngomong apa-apa. Aku udah takut kalau kamu ngira temen aku itu suka sama aku atau sebaliknya. Dan... itu inti ceritanya."

Shouldn't Couldn't Wouldn't | ft. Lucas NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang