🌹11🌹

30 5 0
                                        

Bau obat-obatan menyapa indra penciuman gue. Gue merasakan hawa dingin menerpa kulit gue.

Kayaknya ini di rumah sakit, deh.

Gue kontan membuka mata, perlahan namun pasti cahaya lampu mulai memasuki kelopak mata gue. 

Gue lagi tiduran. Setelah nyawa gue--dan mata gue--sudah terbuka penuh, gue menoleh ke samping.

Nggak ada siapa-siapa.

Mata gue memandang menyeluruh ke sekeliling ruangan. Nggak ada siapa-siapa. Cuma ada gue dan kasur yang empuk ini.

Masih bingung dengan keadaan ini, tiba-tiba pintu kamar kebuka. Gue langsung nutup mata gue lagi, mencoba untuk bernapas seperti biasa seperti saat gue tidur. Napas yang tenang dan panjang.

Gue dapat mendengar tapak-tapak kaki yang berjalan. Seiring dengan mereka berjalan, mereka berhenti di kasur gue.

Gue bisa mencium aroma yang nggak asing. Aroma parfum yang ada di tubuhnya, di mobilnya, di walk-in-closet punyanya.

Ini Lucas.

Gue dapat mendengar pembicaraan mereka. Suara berat namun persuasif dan menenangkan--kayaknya sih ini dokternya--memberitahu bahwa gue kecapekan dan kurang istirahat. Iya juga sih, kalau dipikir-pikir gue udah jarang tidur dalam waktu cukup.

Kan gara-gara Lucas yang sering bikin repot. Antara nungguin dia sehabis mabok-mabokan, atau... ngertilah maksud gue. Pokoknya gue sadar kalau akhir-akhir ini gue lagi capek banget dan butuh banyak istirahat.

Gue mendengar suara Lucas yang berat, dan seksi--aargghhhh otak gueee, woi sadar waktu woi! Pas elo lagi sakit begini malah mikirnya yang aneh-aneh. Suara Lucas yang serak-serak basah--kan, gue mikirnya yang aneh-aneh lagi--menjelaskan beberapa hal, termasuk gue yang kurang istirahat dan tidur lebih larut dari biasanya.

Setelah bincang-bincang beberapa saat, akhirnya si dokter undur diri dan pergi dari ruangan.

Dan gue masih nutup mata.

Perlahan, gue merasakan sentuhan di tangan gue. Tangan gue digenggam lembut dan penuh hati-hati.

"...kamu harus sehat. Jangan sakit-sakitan."

Aww, gue jadi gemes sendiri.

Tiba-tiba suara deringan hape bikin genggaman di tangan gue terlepas.

"Hey, babe."

Jantung gue rasanya berhenti berdetak.

"Is there something going on--hey, don't cry!"

"...okay, okay, i'm going to your place. Now." 

"...okay, don't cry, i'll be right there in 10. See you. I love you."

Harusnya gue sadar, kalau dia emang udah punya seseorang yang dia prioritaskan.

Harusnya gue udah tau dari awal.

Gue ngedenger lagi Lucas yang nelpon Darren. Dia minta Darren untuk nemenin gue.

Nggak usah sok peduli, Lucas. Nggak usah peduliin gue.

Setelah dia selesai ngomong, gue nggak denger apa-apa lagi. Posisi gue masih kayak tadi, normal dan pura-pura tidur. Gue merasakan kepala gue yang diusap lembut, dan berakhir dengan suara langkah kaki yang mulai menjauh.

Dan suara pintu pun terbuka. Gue mendengar suara Darren yang lagi ngomong sama Lucas. Itu terjadi beberapa detik sebelum akhirnya Lucas pergi meninggalkan ruangan, dan menyisakan Darren.

Shouldn't Couldn't Wouldn't | ft. Lucas NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang