🌹10🌹

38 5 0
                                    

Setelah berenang tadi, akhirnya gue dan Lucas udah baikan.

Gue seneng aja sih kalau udah baikan sama Lucas. Ada rasa plong aja di hati gue. Beban pikiran gue jadi hilang setengah, gitu.

Mata gue menatap ke arah hape gue, serta laptop di meja gue. Sedari tadi gue lagi ngerjain tugas. Sebenernya pun gue rencananya mau langsung tidur. Tapi eh tapi, keinginan gue emang nggak terkabulkan. Gue baru inget, kalau ada tugas dari dosen yang harus dikumpulin besok. Cuma esai biasa, kok.

Mata gue melirik ke arah jam dinding. Hampir jam dua belas malam.

Perut gue bunyi tiba-tiba. Gue ngakak aja dalem hati. Tau aja kalo lagi laper.

Lebih baik gue bikin sesuatu buat ngeganjel perut.

Setelah keluar dari kamar, gue beranjak pelan-pelan melalui lorong kamar dan menuruni tangga rumah yang melingkar. Kalau kalian berpikir, 'kenapa nggak pake lift aja?', itu karena pemakaian boks besi itu emang diberhentikan saat tengah malam, tepat jam dua belas malam.

Gue takut aja, kalau lagi di dalem lift dan ternyata pas banget jam dua belas, terus lift mati, dan malah gue yang kejebak di sana sampai jam empat pagi, kan nggak lucu, iya nggak?

Bisa gaswat lah gue hehe. Tapi serem juga, sih. Hiiih, ngeri. Sambil gue menuruni tangga--dan jujur nurunin tangga yang kayaknya nggak abis-abis ini emang capeknya keterlaluan--gue bakal ngejelasin sedikit secara umum mengenai rumahnya Lucas.

Sebenernya rumah dia secara harfiah bukan lima lantai, tapi empat lantai ditambah satu basement. Tapi tetep gue itung aja itu basement termasuk lantai.

Lantai satu itu ada ruang tamu, dapur, ruang makan, tempat meeting outdoor yang kemarin Lucas pakai bareng Luna, dan kolam renang outdoor.

Di lantai dua ada ruang konferensi pers--ini juga multifungsi sebagai ruang rapat yang formal, atau ruang meeting yang lebih tertutup dan rahasia.

Ada juga ruang kerja, lalu perpustakaan yang isi bukunya banyaaaaaakkk banget nggak boong deh, dan ruang baju-baju dia yang lengkap. Kalau orang bilangnya walk-in-closet. Secara baju dia yang ada di kamar itu belum semuanya. Kalau yang di kamar itu cuma kaos kemeja, jas. Kalau yang di lantai dua itu mulai dari topi sampai sepatu ada semua. Kayak lebih menunjang kehidupan fashion dan tetek-bengeknya.

Lalu di lantai dua ada satu ruangan yang isinya foto-foto dia semua, mungkin untuk mengenang masa-masa dia sebagai seorang model ternama. Dan beberapa kamar tamu juga ada di lantai dua.

Di lantai tiga ini barulah kamar dia. Lalu ada kamar gue yang ditaruh nggak jauh dari kamar dia. Dan beberapa kamar tamu lainnya. Ada ruang main--lebih kayak ruang santai dia sih kalau ini. Tempat ini buat main game, biliard, sampai mini bowling juga ada.

Oh iya, di sini juga ada ruangan khusus favoritnya Lucas, orang di rumah nyebutnya ruang seni. Di dalam ruangan itu ada tempat khusus buat dia gambar, main musik, ngerajut, atau buat apapun yang dia mau. Mau bagus kek, nggak kek, semuanya dia simpan di ruangan itu. Katanya sih itu kayak ruangan privasi gitu buat dia.

Dan di lantai empat barulah ada kolam renang indoor, gym pribadi yang luas, sama green house gitu katanya buat ngerawat bunga-bunga soalnya Lucas suka ngeliatin bunga tapi nggak suka ngerawatnya--emang nggak jelas si Lucas, untung Mary nggak komplain.

Di lantai empat ini khusus hampir semua dindingnya diganti kaca untuk memberikan suasana terang dan luas di sana. Tapi tetep ada pilar-pilar sama atap betonnya kok, karena di rooftop-nya itu tempat buat landing helicopter.

Shouldn't Couldn't Wouldn't | ft. Lucas NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang