🌹16🌹

53 4 6
                                        

Setelah Lucas mengumumkan kepergiannya di mobil, gue jadi sibuk total. Bukan kenapa-kenapa, tapi si kingkong satu ini minta gue untuk bantu dia.

Bantu apaan? Bantuin dia siap-siap lah. Mulai dari apa yang dia bawa, apa yang dia siapkan, semuanya gue yang siapin.

"Kamu mau pakai baju yang mana?" tanya gue dengan nada lelah. Daritadi Lucas nggak milih-milih baju, cuma duduk aja sambil ngetik-ngetik di ponselnya.

"Hmm... apa aja sesuka kamu. Yang penting bagus."

Tuhan, sekarang rasanya kepala gue mau meledak saking stressnya.

"Aku kasih kamu kaos oblong sama celana dalem cukup kali, ya?" sinis gue dan dibalas dengan kekehan dia. "Terserah kamu, serius. Aku seneng-seneng aja, kok."

Iyain. Gue pun ngambil beberapa setelan yang cocok buat dia. Kepala gue rasanya makin pusing pas ngeliat setelan-setelan baju dia. Semuanya gelap. Mata gue nggak bisa bedain mana aja. "Yukhei, baju kamu nggak ada variasinya sama sekali. Gelap semua."

"Ini semua kan beda warnanya. Yang di bangku itu navy, yang di tangan kamu itu reversed gray, yang di tangan satu lagi itu charcoal, yang lagi aku pakai ini kayaknya space grey, terus jangan lupa sama holy trinity koleksi jas aku, yaitu--"

"Itu. Semua. Warna. Gelap, Khei."

Sumpah, rasanya pengen gue tonjok mukanya Lucas. Akhirnya gue ngambil baju-baju dia yang gue rasa nggak pernah dia sentuh.

"Apaan itu?" Lucas nyadar kalau gue mulai masukin setelan yang warnanya aneh. "Aku nggak akan pakai yang itu, liat aja nanti."

"Padahal kalau kamu pakai yang ini, keliatan ganteng loh."

"... beneran?"

"Lah iya? Ngapain aku bohong?"

Gue menyusun beberapa pakaian dan setelan lainnya. Koper Lucas lumayan gede, jadi dia cuma butuh dua koper. Dia juga butuh beberapa tas--kayak tas pinggang, tas kerja dan hampir semuanya udah disiapkan. Tinggal pakaiannya aja.

"Aku harus nyiapin celana dalam kamu juga, nih?"

"Would you mind?" tanya Lucas acuh tak acuh.

Gue cuma menghela napas dan menarik laci satu persatu. "Dimana sih kamu taruh?"

"Ada di sana. Coba lihat lagi."

Ketika gue menarik laci lagi, ternyata bener. Dalemannya dia ada. Tanpa lama gue langsung ngambil beberapa dan masukkin ke koper.

Nggak tahu kenapa, tapi kenapa gue jadi gugup ya?

"Gimana rasanya megang-megang pakaian dalem aku?"

Sial, muka gue jadi panas. "Aku nggak mau, tapi kamu yang maksa."

"Aku nggak maksa, tuh?"

Sekarang muka gue jadi lebih panas lagi. Satu celana dalamnya gue lempar ke muka dia. "Ngeselin."

Gue nggak tahu kalau ternyata muka Lucas berubah setelah gue lempar pakai dalemannya. Jadi lebih tajem gitu tatapannya.

"Lucas--maksudku, Yukhei?"

Muka Lucas jadi dingin. Gue berdiri dan mendekatinya. "Khei?"

"Stay away from me."

Nah kan. Sekarang gue merasa bersalah. Candaan gue nggak lucu, sih.

Kenapa gue selalu telat sadar kalau gue dan Lucas punya batas yang nggak boleh dilewatin?

"Aku minta maaf, aku cuma bercanda--"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Shouldn't Couldn't Wouldn't | ft. Lucas NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang