🌹12🌹

33 6 0
                                    

"Maksud kamu?"

Gue menghela napas, menatap tajam Darren yang masih nggak paham sama ucapan gue.

"Sekarang jam berapa?"

Darren buru-buru ngeliat ke arah jam tangannya. "Sekarang jam enam lewat dua belas menit."

"Sekarang orang tua gue ada di mana?"

"Berdasarkan jadwal terakhir yang saya lihat, mereka masih berada di Jakarta."

Gue mendengus, lagi. "Gue nggak mungkin ngomong sama keluarga gue di jam segini. Mereka pasti lagi ngehadirin makan malam sama investor atau orang penting."

"...kamu tahu dari mana?"

"Karena tiap orang kaya pasti begitu," ucap gue ngasal, lalu ngebuka kontak, mencari orang yang tadi sempat gue katain stalker dan suka nge-ghosting gue.

Gue langsung menekan nomornya, lalu memencet lambang telepon berwarna hijau. Semoga aja dia udah bangun.

Baru dua deringan, dan udah ada yang ngomong di sana. "Who in the hell--"

"Hey, dumbass. It's me."

Gue bisa mendengar suara grasak-grusuk dari seberang sana.

"Oh shit, okay--mmh!--halo?"

Gue menahan senyum gue, lantas berdehem lagi dan berbicara cepat. "Gue mau ngomong sama elo."

"Wait, now? Like, sekarang?"

"Kalau elo nggak mau ngomong sama gue yaudah sih..."

"EH EH MAU."

Gue hampir tertawa, tapi langsung memasang wajah dingin lagi. Jaga imej di depan Darren. "Good, then. Kita ketemuan di apartemen lo."

"Aku nggak punya apartemen, aku tinggal di rumahku. Dan, okay. Tapi, memangnya kamu sudah ada di mana?"

"Gue udah di depan pintu rumah lo."

"Oh, oke--WHAT?! KAMU SERIUSAN?!"

Tanpa gue tahan lagi, gue ketawa ngakak sambil mengusap air mata gue. "Ya nggaklah. Gue nggak se-obsessive itu, kali. Kasih tau alamatnya, cepetan. Gue otw ke sana."

"Aku sekarang ada di Manhattan."

Gue langsung cengo. "Elo serius?"

"Iya, aku serius."

Gue diem. "Ini mah sama aja kayak gue jalan-jalan! Dari Los Angeles ke Manhattan jauh banget, anying! Udah kayak dari Banda Aceh ke Lampung."

Gue denger suara ketawa dari telepon gue.

Sialan, gue dikerjain. "Lo nipu gue, ya?"

"Memangnya kenapa? Kamu tadi juga begitu, kan? Kayaknya kamu dosanya dobel deh, soalnya kamu ngagetin orang pas nyawanya masih belum kekumpul semua."

Gue mendengus kesal. Bangke.

"Nanti gue kirim lokasinya lewat chat."

"Yaudah," gue berniat memutus telepon ketika ada suara dari seberang sana.

"Leah?"

Gue menaikkan alis. "Iya?"

"... i miss you. Be safe." Dan setelah itu, telepon gue dimatiin. 

Gue memandang hape gue. Tadi, dia bilang apa?

Shit, pipi gue panas.

"Kamu udah selesai?"

Shouldn't Couldn't Wouldn't | ft. Lucas NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang