"So, you still remember?"
Gue menggeleng, menciptakan kebingungan di wajah Jaxon.
"Memangnya selama ini, apa yang kamu ingat?"
Gue kembali membuka memori kelam itu. Yang sebenarnya mau gue simpan erat dan berjanji meskipun gue mati, kenangan ini tak akan pernah gue buka.
Gue masih muda saat itu. Sangat muda. Masih sekolah, mengemban pendidikan, dan masih merasakan apa yang namanya remaja. Segalanya terasa indah dan nyaman saat itu. Meskipun gue tau, menjadi keluarga Wilde saat itu memang sulit.
Wilde sendiri memang bukan keluarga biasa. Gue memaklumi hal tersebut. Dimulai dari banyaknya kompetitor yang mau menyaingi bisnis keluarga gue, bahkan sampai musuh yamg mau menghancurkan perusahaan dan keluarga Wilde.
Wilde adalah keluarga perusahaan yang berdiri sendiri--karena Kakek Wilde yang menurunkan posisi tersebut pada anak satu-satunya, Noah Wilde. Ya, bokap gue. Lalu bokap gue menikah dengan seorang wanita yang berasal dari salah satu teman bisnisnya, Charlotte Harthworth.
Mereka berdua melahirkan lima anak. Pertama itu Leon, kedua itu Lewis. Anak ketiganya Luna, anak keempatnya gue, dan yang bontot Lyora. Kehidupan gue nggak terlalu menyenangkan--dan jujur, agak sedikit membosankan. Tapi memang hidup itu kalau stuck di jalan juga menyebalkan banget, kan?
Jadi ketika gue sedang bosan, gue menginjak ke tempat penuh dosa. Club bukanlah sesuatu yang asing bagi gue. Dan gue cukup sering bersenang-senang di sana di umur gue yang masih terbilang sangat muda. Yeah, termasuk spoiled brat nggak sih kalau kayak begini?
Gue nggak mau menceritakan dosa-dosa gue selama di tempat itu, yang terpenting adalah kejadian yang gue alami di sana. Suatu hari ketika gue lagi main di dance floor, hal yang gue inget adalah kaca pecah yang tiba-tiba terdengar, diikuti puluhan orang berlari keluar.
Gue kira sih kayaknya ada yang lagi tembak-tembakan--sangat wajar ketika lo berada di club yang banyak orang jahatnya. Tapi gue nggak tahu apakah gue kurang low profile di depan mereka atau bagaimana.
Gue ikut kabur keluar, ngikut orang-orang lain yang udah pada keluar juga. Tapi begonya gue, kayaknya gue terlalu jauh larinya, sampai-sampai gue ditabrak mobil pas itu.
Gue nggak sadarkan diri. Iya, gue tahu karena tahu-tahu saja gue udah berbaring di rumah sakit. Nyokap gue nangis di sebelah gue, sementara Luna dan Lyora juga ikut nangis sambil nenangin nyokap. Gue nggak ngeliat bokap dan dua kakak cowok gue saat itu.
Pas gue denger diagnosis dari dokter, katanya gue lupa ingatan akibat PTSD setelah kecelakaan. Tapi gue ketawa aja sambil nyanggah dokternya soalnya gue nggak lupa apa-apa. Gue masih inget keluarga gue. Gue masih inget nama gue. Gue masih inget semua kenangan kecil gue. Gue masih inget semuanya.
Ternyata yang dokter itu maksud... tentang Jaxon toh.
Tapi biasanya PTSD itu terjadi karena gue yang stress dan depresi. Apa saat itu gue sedang depresi? Atau stress tentang Jaxon?
Gue kurang tahu. Tapi untuk sekarang, gue cuma ingat kalau orang tua gue malah banting setir dan kerjasama dengan salah satu musuh perusahaannya. Buat namanya gue nggak mau kasih tau karena ini urusan keluarga gue, bre.
Tapi yanh jelas, perusahaan ini bersaing sama keluarga Wilde. Sudah banyak hal kotor yang mereka lakukan ke banyak perusahaan, termasuk keluarga gue. Dan gue nggak suka--bahkan marah ketika tahu kalau Luna malah mau dijodohin sama penerus perusahaan bajingan itu.
Gue mogok makan, mogok ketemu siapa-siapa, sekaligus bingung kenapa keluarga gue malah seolah-olah menerima keputusan itu semua.
Terus bagaimana? Apakah kalian mengira kalau gue bakal pasrah dan menerima semua keputusan itu? Hell no, gue malah cabut ke sini selesai lulus ke Amerika. Pakai uang tabungan dong, soalnya kaya-kaya gini gue percaya kalau suatu saat nanti gue akan butuh uang sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shouldn't Couldn't Wouldn't | ft. Lucas NCT
Fanfiction"if I had your heart, it wouldn't be this hard." [nct song ver.] 15+, AU, 1st Person, Romance-Angst-Trauma, Smut-Neutral, Harsh Words, Confusing Plot. Status : On Going © hankimjae, 2019