18. Rasa atau Ego

16.1K 843 36
                                    

BUDIDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA, DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. PENULIS MEMBUTUHKAN DUKUNGAN DARI READERS, SILAKAN BERPARTISIPASI DI CERITA INI. TERIMA KASIH, JANGAN JADI PEMBACA HANTU. ^_^

Memilih untuk pergi menenangkan gemuruh di dada, Ryu pun melangkah dan keluar dari kamar, tidak memedulikan sang istri yang terus memanggil namanya, bahkan meneriaki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memilih untuk pergi menenangkan gemuruh di dada, Ryu pun melangkah dan keluar dari kamar, tidak memedulikan sang istri yang terus memanggil namanya, bahkan meneriaki. Untuk sekarang ia harus menenangkan diri sendiri terlebih dahulu, sebelum berbicara dengan gadis itu.

Mengembuskan napas, ia menuruni tangga dan memilih dapur nan gelap yang menjadi tempat untuk menyendiri, tempat di mana Ratna beberapa kali ia temukan menangis di sana.

Sekitar beberapa menit kemudian, suara langkah sang istri mendekat, gadis itu menemukannya dan langsung mendekati. Menyentuh punggun Ryu dengan ragu, tetapi akhirnya tetap melakukannya.

"Kak, dengarkan dulu. Kenapa Kak Ryu pergi begitu saja?" tanya gadis itu, kemudian melangkah mencoba bertatap muka.

Tidak ada jawaban, bahkan Ryu sama sekali tidak mau menatap diri Ratna. Membuat gadis itu semakin khawtir, berpikir kalau suaminya ini pasti marah karena penolakannya.

"Aku gak maksud, aku lagi menstruasi, Kak. Malam ini beberapa jam lalu, terus Kak Ryu juga tiba-tiba jadi aku kanget banget dan spontan gitu saja."

Lelaki itu mengalihkan wajah, menundukkan kepala dan terlihat menghela napas. Memberanikan diri, Ratna pun semakin mendekat, menyentuh wajah Ryu dan membawanya agar mereka menatap mata satu sama lain.

"Aku... aku benar-benar minta maaf, kalau Kakak ingin, setelah bersih nanti tidak apa-apa."

Gadis itu memberanikan diri untuk memeluk kepala Ryu, berbisik permintaan maaf sekali lagi. Membuat detak jantungnya meningkat karena merasa takut bahwa sang lelaki benar-benar marah karena penolakannya. Sedari tadi Ryu sama sekali tidak menyahuti penjelasannya, bahkan terkesan menghindar ketika ia ingin menatap wajah sang suami.

Ryu sama sekali tak tahu, yang bersarang di dada adalah kekecewaan atas penolakan atau karena egonya sebagai lelaki yang ditolak, itu sebabnya ia tersinggung karena ketidak-inginan Ratna terhadap sentuhannya. Membuatnya kesal tanpa sebab seperti ini, bahkan tidak mengacuhkan sang istri ketika berbicara dan mencoba menjelaskan.

Jadi, apakah ia tengah marah terhadap diri sendiri atau karena ditolak? Keinginannya untuk menghancurkan tembok, apakah hanya alibi belakang agar menyetuh Ratna? Bukan untuk memperbaiki hubungan tak tentu arah ini.

Pertanyaan paling besar terngiang di telinga Ryu. Apakah ia mencintai Ratna atau hanya menganggap sebagai istri sebagai sesuatu yang bisa dimanfaatkan?

"Atna." Setelah sekian lama, lelaki itu menggumam, melepaskan pelukan sang istri dan menatap mata Ratna di dalam gelap.

Gadis itu membelai wajahnya, membuat Ryu merasa lebih baik atas segala pertanyaan yang terus-terusan terngiang.

"Maafkan aku," ujarnya, suaranya pelan, tetapi terdengar dalam.

Suami Pengganti (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang