29. Tamu

12.1K 632 42
                                    

BUDIDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA, DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. PENULIS MEMBUTUHKAN DUKUNGAN DARI READERS, SILAKAN BERPARTISIPASI DI CERITA INI. TERIMA KASIH, JANGAN JADI PEMBACA HANTU. ^_^

Hela napas terdengar, di dalam pelukan suaminya, Ratna merasa begitu damai, padahal tadi ia  frustrasi hingga menangis diam-diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hela napas terdengar, di dalam pelukan suaminya, Ratna merasa begitu damai, padahal tadi ia  frustrasi hingga menangis diam-diam. Namun, sekarang begitu tenang. Lelaki yang merengkuhnya masih mempertahankan posisi mereka, membuat Ratna tanpa sadar telah melebarkan senyumannya walau Ryu tidak dapat melihat lengkungan kurva di bibir merah muda itu.

Melepaskan diri perlahan, wanita itu lantas menghela napas dan mengucapkan terima kasih karena telah menghiburnya di dalam suasana hati yang kurang baik.

"Bagaimana perasaanmu?"

"Hmm, sudah lebih baik."

Hari ini sepertinya Ryu akan pulang lebih cepat dari pada biasanya, maka dari itu Ratna menjelaskan bahwa mereka akan kedatangan tamu seperti yang ia jelaskan kemari kepada lelaki itu. Walau sebenarnya Ratna menginginkan suaminya untuk terus menemaninya hari ini untuk menyambut kedatangan Emma. Namun, bagaimanapun itu tidak mungkin, Ryu tidak memiliki terlalu banyak waktu selain hari libur. Malah kadang kala, meski telah berada di rumah, suaminya itu kadang-kadang masih memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaan yang tertunda di restoran.

Setelah turun ke dapur, Ratna lantas mempersiapkan sarapan. Bukan menu yang terlalu merepotkan, yang sederhana saja. Kadang kala ia berpikir, walau berkecimpung di dunia kuliner, nyatanya Ryu benar-benar tidak bisa memasak. Lelaki itu memang terbiasa dilayani di mana pun dan sangat jarang turun ke dapur, sebab semua masalah di dapur dipegang oleh Raffa yang merupakan sahabat lelaki itu sekaligus koki kepala di restoran.

Kedua sahabat itu memang bekerjasama dengan baik, dan karena itu membuat hubungan mereka sangat begitu dekat.

Setelah meraka sarapan dan Ryu pergi bekerja, Ratna pun memeriksa ponselnya dan seperti ia duga, bahwa Emma telah memberikan pesan beberapa kali.

Sudah pukul delapan lewat, pantas saja, pikirnya.

Ia melihat Emma menjelaskan bahwa gadis itu akan datang siang nanti ke rumahnya, dan ia pun membalas tentu saja, karena Ratna sangat senang akan kedatangan salah satu teman dan juga merupakan keluarganya.

Memutuskan untuk menelepon Emma, ia lantas menunggu sejenak, kemudian panggilannya pun dijawab oleh gadis itu.

"Assalamualaikum, Kak. Aku mau nanya aja nanti makan siang di rumah, ya?" tanya Ratna berharap, wanita itu akan memutuskan untuk memesan masakan dari restoran kalau Emma datang sebelum waktu makan siang.

"Tidak usah merepotkan diri, Rat. Nanti abis zuhur deh ke rumahmu, jam duan, gimana?"

Desah napas terdengar, kalau begitu, Emma pasti sudah makan siang, sih.

"Ok, deh. Jangan lupa loh, tarik adikmu itu. Sombong banget gak pernah mampir, saudara macam apa dia."

Di sebrang sana, Emma tengah tertawa karena peryataan Ratna. Benar, bagaimana pun adiknya bukan tipe yang bisa membaur dengan baik, pemuda itu lebih memilih untuk menyendiri membereskan urusannya.

Suami Pengganti (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang