24. Puncak

19.3K 841 53
                                    

BUDIDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA, DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. PENULIS MEMBUTUHKAN DUKUNGAN DARI READERS, SILAKAN BERPARTISIPASI DI CERITA INI. TERIMA KASIH, JANGAN JADI PEMBACA HANTU. ^_^

Pagi-pagi mereka telah berangkat menuju ke tempat yang telah direncanakan Ryu menggunakan mobil, lelaki itu memilih wilayah yang dekat dengan rumah mertuanya untuk berbulan madu, sekalian nanti mampir di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi mereka telah berangkat menuju ke tempat yang telah direncanakan Ryu menggunakan mobil, lelaki itu memilih wilayah yang dekat dengan rumah mertuanya untuk berbulan madu, sekalian nanti mampir di sana. Maka dari itu, dipilihlah puncak yang menyediakan pemandian air panas berbentuk kolam bebatuan, tentu saja Ryu memesan kamar sekaligus pemandian pribadi untuk mereka bedua nanti. Jadi, tidak perlu bergabung dengan orang asing.

Butuh sekitar lima jam perjalanan darat, dan hal ini sudah membuat Ratna nyaris pingsan karena menahan mual yang terus-terusan merongrong bagai seorang pembunuh yang ingin segera menyingkirikan nyawa. Beberapa kali mereka berhenti karena keinginan Ranta, wanita itu ngotot ingin makan bakso di perjalanan padahal suhu sekitar mulai dingin seperti ini.

"Atna, lebih baik setelah sampai, tinggal satu jam lagi. Kalau kamu akhirnya malah memuntahkannya, itu percuma, kan?"

Ryu menatap jalanan dengan fokus, ia dapat menyadari bahwa sekarang Ratna tengah menelan satu tegukan jus jeruk botolan yang sengaja ia beli untuk menghindari muntah dan hal ini memang biasa Ratna lakukan dan seringkali berhasil.

"Masih lama, Kak. Berhenti dulu."

"Kamu tidur saja atau melihat-lihat sekitar, tidak terasa nanti juga sampai."

Wanita itu mengeluh, menaikkan kedua kaki ke atas jok dan memutuskan untuk memunggungi Ryu menghadap jendela dengan jok yang direndahkan agar bisa tidur.

Sedari tadi memang Ratna terlihat gelisah, wanita itu benar-benar tidak betah dengan perjalanan jauh. Padahal mereka masih berwisata di tempat yang tidak terlalu jauh dari tempat kelahiran Ranta agar wanita itu terlihat lebih bersemangat.

Hela napas terdengar, Ryu bahkan baru tahu kalau Ratna bisa mual-mual seperti tadi pagi sebelum berangkat karena mencium bau bensin atau asap kenalpot kendaraan. Tentu saja kedua orang tuanya yang mengantar sempat mengira bahwa wanita itu tengah tidak enak badan atau jangan-jangan mengandung. Membuat Ryu mengerutkan alis dan akhirnya Ranta sendirilah yang menjelaskan, bahwa hal seperti ini memang sering terjadi.

Stress lambung yang parah.

Kurang lebih satu jam, Ryu pun membangunkan Ratna karena mereka telah sampai. Wanita itu telihat begitu pucat, hingga ia agak khawatir Ratna pingsan nantinya. Namun, setelah memasuki lobi hotel, Ranta terlihat lebih baik.

"Kita ke kamar untuk membersihkan diri, setelah itu memesan makanan," ujar Ryu, sambil memegangi pundak Ratna ketika mereka berjalan bersama.

Menganggukkan kepala, Ratna hanya mengikuti saja dan kemudian melangkah.

Mereka pun tiba di ruangan yang telah dipesan, tidak seperti perkiraan Ratna bahwa tempat itu layaknya hotel dengan kamar-kamar yang ditempati berbagai tamu, ternyata tempat ini seperti vila-vila berukuran lebih kecil. Nyaris seperti bungalo karena terlihat asri, ia lantas terlihat lebih bersemangat, mendekati rumah yang di dalamnya ada ruangan bersantai di lantai bawah dan kamar di lantas kedua.

Suami Pengganti (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang