#10🍁

201 95 21
                                    

"Jadi?"

🥀🌹🥀

Verra dan Ferro bejalan bersamaan di koridor, Ferro hendak mengantar Verra terlebih dahulu ke kelas nya, lalu pergi ke ruangan osis untuk mengurus masa MPLS.

Di tengah perjalanan banyak yang menatap ke arah mereka. Bayangkan saja senior mereka yang tampan berpacaran dengan gadis cantik pula keduanya sama-sama hits di sekolah.

Verra mungkin sekarang sudah sedikit terbiasa dengan kedaan seperti ini.

"Gue masuk kelas yah"

"Iya" jawab Ferro masih dengan nada dinginnya, kemudian dia berjalan kembali ke arah ruang osis.

Verra duduk di bangkunya dengan disebelahnya sudah ada Zalsa.

Bel berbunyi

✨✨✨

Hari ini Ferro dan Alice sedang membimbing di kelas Verra untuk acara perkemahan besok.

Semua murid pada menanyakan berbagai hal yang harus di bawa untuk kegiatan perkemahan itu, padahal sudah jelas terpampang di papan tulis, namun tetap saja ada yang menanyakan.

Berbeda dengan murid lain, Verra hanya menulisnya lalu mecoba untuk tertidur di meja dengan tangan dijadikan sebagai bantal.

Semua terasa singkat bagi Verra, padahal rasanya baru kemarin dia masuk dengan rasa malasnya dan tau-tau besok di perkemahan dia akan dinyatakan secara resmi menjadi siswi di sekolahnya ini.

Ferro beberapa saat melirik ke arah Verra saat sedang menjelaskan. Verra nampak lelah, dia tidak ersikap seperti biasanya.

'Apa dia sakit?'

Waktu pulang pun tiba. Hari ini semua murid di pulangkan lebih awal agar ada waktu untuk mereka berkemas untuk hari esok.

Saat verra akan berdiri dari tempat duduk tangannya dicekal oleh Zalsa.

"Ver, beli perlengkapan buat kemahnya bareng gue ya, biar ada temen, terus biar samaan"

Tanpa berpikir panjang Verra langsung menjawab "Oke"

"Nanti gue chat"

Setelah perbincangan singkat tadi, Verra keluar kelasnya denga Zalsa. Namun saat Verra baru beberapa langkah tiba-tiba ada yang menarik rambut Verra kuat, hingga Verra terjatuh.

Verra meringis kesakitan memegang kepalanya sambil berdiri, tak kalah diam Verra menarik kembali rambut orang yang tadi menarik rambutnya dia adalah Sandra.

"Gue juga bisa San bisa, lo pikir gue bakalan diem hah?" ucap Verra sambil terus menarik rambut Sadra.

Keduanya terjadi perkelahian saling menarik rambut lawan saingnya. Zalsa yang melihat berusah memisahkan Verra dan Shasa, namun tidak bisa karena keduanya sama-sama kuat.

Zalsa berlari meninggalkan mereka entah mau kemana.

"Lo harus putusin Ferro!" ucap Sandra.

"Gue enggak mau!"

Shasa menjambak kembali rambut Verra, Verra pun melakukan hal yang sama.

"San lepasin Verra!"

Sontak Sandra melihat ke arah asal suara, itu Ferro, lalu Sandra melepaskan tangannya dari rambut Verra.

'Ahh sial padahal lagi seru'

Setelah Sandra melepaskan jambakan tangannya ke rambut Verra, Verra berlari ke belakang tubuh Ferro mencari perlindungan.

Ferro menatap Sandra marah, sehingga membuat Sandra pergi dengan juteknya.

Ferro membalikkan badannya melihat ke Verra lalu menempatkan kedua tangannya di pundak Verra.

"Lo enggak papa?"

"Enggak"

Ferro melihat tubuh Verra dari bawah sampai kepala, tidak ada luka serius hanya saja rambut Verra acak-acakan.

Verra mengambil kaca dan sisirnya di tas, Lalu menyisir rambutnya yang sangat berantakan.

"Maaf Ver tadi gue ninggalin lo disini sama si Sandra. Habisnya gue bingung harus ngelakuin apa tadi, gue coba ngemisahin lo sama Sandra susah, jadi gue tadi ke ruangan osis deh manggil kak Ferro"

"Iya enggak apa-apa"

"Gue pulang duluan yah"

"Makasih Zalsa, hati-hati "

Zalsa mun meninggalkan keduanya sambil melambaikan tangannya.

"Ver, sekarang gue enggak bisa nganterin lo pulang, soalnya ada rapat osis buat acara besok, enggak papa kan kalo lo naik angkutan umum?" tanya Ferro dengan wajah merasa bersalah.

"Emm enggak apa-apa"

"Kalau ada apa-apa telp aja gue"

"Nama kontaknya?"

"Ferro walandouw" Ferro tertawa, namun hanya sebentar.

"Anjir lo lebay banget"

"Gimana gue dong hidup-hidup gue" Ferro berkata sambil memperagakan suara Verra saat dulu bilang seperti itu.

"Ferro lo yah nyeselin banget" Verra cemberut.

Hahahaha Ferro tertawa.

"Iya deh gue pulang naik angkutan umum, tapi masalahnya uang gue abis" Verra tersenyum.

Uang Verra habis karena Verra tak henti-hentinya membeli makanan dikantin bersama Zalsa.

Ferro mengambil uang dari sakunya.

"Nih, cukup kan?"

"Cukup, thank, entar gue ganti deh"

"Gantinya jadi 5x lipat yah"

"Anjir jiwa rentainer lo keluar" Verra tertawa.

"Biarin biar nambah kaya"

"Iya kayak monyet" keduanya tertawa mengisi koridor sekolah yang mulai hening.

"Dasar lo" Verra menyikut tangannya ke tubuh Ferro.

"Udah ah gue mau pulang"

"Yaudah sana"

"Oke"

Verra pergi, Ferro juga sama pergi namun ke duanya berjalan ke arah yang berbeda.

✨✨✨

Verra berjalan melewati lorong-lorong yang begitu sunyi dia ketakutan mendengar suara-suara walaupun itu suara langkahnya sendiri, dia mulai melangkahkan kakinya cepat dan yap! Dia akhirnya sampai di taman sekolah yang sudah nampak ramai.

"Heh, belum pulang?"ucapan itu berhasil membuat Verra sangat terkejud. Verra marah saat melihat orang yang tadi berbicara kepadanya dan mengagetkannya adalah Alvino.

"Engga liat apa? Gue masih di sini, berarti gue belum pulang" gerutu Verra sambil melanjutkan jalannya yang sempat terhenti.

"Pulang dijemput?" Alvino kembali menanya kepada Verra dengan memakai motor.

'Udah kaya reporter aja ni anak banyak nanya'

"Enggak gue naik angkutan umum"

"Rumah lo dimana?" tanyanya lagi.

"Di perumahan Bratayuda jln. Malibu"

"Wih kebetulan searah, gimana kalau gue anterin lo?" tawar Vino.

Verra berpikir, ya sudah lah
〰️〰️〰️

Note :

Vomment please :)

Minggu 15 maret 2020

Because Of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang