#12🌻

70 22 0
                                    

🥀🌹🥀

Sore telah tergantikan oleh sang malam. Padahal Verra dan Ferro masih tetap sibuk berbelanja. Setelah dirasa semuanya benar-benar telah dibeli. Rupanya Verra masih merasa masih ada yang belum dibelinya.

"Ohh iya gue inget"

"Apa?"

"Kado buat kakak kelas kan gue belum beli"

Memang semua murid-murid disuruh untuk membawa sebuah kado besok sebagai ucapan terima kasih untuk seniornya yang telah membimbing.

Siswa harus membuat kado untuk senior perempuan, sedangkan siswi membuat kado tersebut untuk senior laki-laki.

"Yaudah sekalian beli"

"Beli apa?"

"Terserah"

"Lo sukanya apa?" tanya Verra.

Yaampun Verra lo paling bisa ya ngebaperin cowok dingin kayak Ferro, padahal Ferro biasa aja.

"Jam tangan coba"

Merekapun membeli ke sebuah toko, dan yah Ferro lah yang memilih jamnya.

Semuanya beres sekitar pukul 9 malam. Verra pun pulang diantar oleh Ferro. Sebelum pulang Ferro mengambil syal dan bernie dari kantong belanjaan Verra kemudian pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal atau sepatah katapun.

Verra kegeeran dia kira syal dan bernie pilahan Ferro tadi untukya tapi ternyata bukan. Kalian juga mungkin akan mengira hal yang sama dengan Verra jika berada disisi Verra sekarang.

Tapi entanlah pemikiran Ferro tidak bisa ditebak oleh sembarang orang.

🌸🌸🌸

Setelah diantar pulang oleh Ferro, Verra menaruh semua belanjaannya dan keluar rumah lagi untuk membeli mie cup dan masker di minimarket dekat rumah.

Verra membayarnya dan betapa terkejutnya Verra saat barang belanjaan terakhirnya di scanner ternyata barang tersebut tidak diskon sehingga yang tadinya uangnya akan cukup untuk ongkos pulang jadi tidak.

Verra-pun keluar dengan wajah lesu. Bagaimana dia bisa pulang? Hal itulah yang terus dipikirkannya.

"Ngapain disini?" tanya Ferro memecahkan keheningan.

Verra menoleh. Setelahnya mereka saling diam tanpa suara, bergumul dalam pikiranya masing-masing.

"Suka-suka gue dong!" jawab Verra jutek. Dia masih marah dengan Ferro akibat syal dan bernienya tadi.

"Enggak boleh judes gitu" Ferro menatap Verra. Verra memutar bola matanya jenggah.

Verra balik menatap. "Siapa lo ngatur hidup gue?"

"Galak gila"

"Apa?"

"Enggak" jawab ketus Ferro.

"Kok jadi lo yang sewot?" Verra sedikit mengrucutkan bibirnya.

"Lo nya aja lagi sensi" ferro hendak pergi namun tangannya ditarik verra.

"Apa?" Ferro menoleh tepat menatap Verra.

"Temenin gue sampe nanti ada yang ngejemput" Verra melepaskan tangannya. Verra berharap jika ayah atau ibunya melewati ke minimarket itu ketika pulang agar Verra bisa pulang.

Ferro duduk di teras minimarket tersebut disusul oleh Verra. Verra mengecek hari di hpnya. dia baru ingat bahwa ibu dan ayahnya jika hari rabu selalu ada meeting, pasti keduannya pulang akan sangat larut malam dan ada kemungkinan pula mereka tidak akan pulang.

"Anterin gue pulang"

"Ogah"

Verra mendengus kesal. Seharusnyakan Verra yang bersikap jutek dan ketus kepada Ferro, kenapa kini malah sebaliknya.

"Gue bakalan nganterin lo pulang asal lo ngasih ongkos bensin" Ferro menaik turunkan halis.

"Pamrih lo" Verra menghentakkan kakinya kesal, bagaimana dia bisa ngasih ongkos bensin ke Ferro. Tadi bayar di minimarket saja sudah alhamdulillah masih ada kembalian yah meskipun 200 perak. Lagian jika dia punya uang juga mungkin dia sudah pulang dari tadi.

"Mau gak?!"

"Missquen lo, bensin aja minta!"

Ferro terkekeh. Kekehan yang membuat Verra takjud karena dia jarang melihatnya tersenyum ataupun tertawa. Ferro hanya diselimuti jiwa dingin dan tak jarang bicara.

"Yaudah, ayok pulang" Ferro menarik tangan Verra, Verra tidak bergemung tidak bergemung dari tempatnya. Dia masih terpikirkan bagaimana nanti dia harus membayar ongkos bensin Ferro?.

"Mau gue gendong" tawar Ferro disertai smirknya.

"Enggak" Verra berjalan lebih cepat mendahului Ferro.

🌸🌸🌸

Saat pulang ke rumah Verra masih saja membereskan perlengkapan untuk kepentingan besok dan membungkus sebuah kado namun kado tersebut 2 bukan 1 seperti yang diharuskan. Satu kado berisikan jam tangan yang tadi di pilih oleh Ferro dan yag satunya lagi rahasia.

Notif dari hp Verra terus saja berdering dari tadi, dia pun membukannya. Ternyata itu hanyalah spam chat dari Zalsa dan dari grup kelas. Verra membuka chat terlebih dahulu dari Zalsa.

Zalsa Anatasya❤

P

P

Bawa berapa tas?

Bawa masker?

Bawa ramyeon?

Ehh jangan bisi mencret kwkwk

Masih bingung tasnya pada kecil

Verra memang tidak mempunyai sebuah tas yang cukup besar untuk membawa semua perlengkapannya. Sehingga inilah alasan Verra belum saja selesai mengemas ditambah lagi dia tidak pandai merapikannya.

Bawa selusin

Astagfirullah berabe kalau bawa

Setelah menjawab semua chat dari Zalsa, tiba-tiba ada sebuah telpon.

"Hallo"

"Keluar sekarang gue di depan rumah lo"

Verra pun segera keluar dari rumahnya. Setelah keluar dia mendapati seseorang yang sedang bersandar pada dinding tembok.

"Ferro?"

"Nih" Ferro menyodorkan sebuah tas semi carrier, matras dan jaket tebal berwarna hitam. Verra mengambilnya dengan bingung.

'Mengapa Ferro tau semua hal yang Verra butuhkan dan selalu ada jika Verra sedang dalam masalah?' batin Verra.

Setelah memberikannya Ferro pun pergi dari rumah Verra.

"Kenapa enggak naik motor?" tanya Verra dengan sedikit berteriak.

"Rumah gue deket"

Hah? Deket?

"Rumah lo dimana?" tanya Verra sambil melangkah ke arah gerbang agar tidak terlalu berteriak.

"Di planet bumi" Ferro terus saja berjalan tanpa menoleh.

Verra terus saja melihat kepergian ferro hingga sudah tidak terlihat lagi keberadaannya. Itulah Ferro kadang baik, kadang perhatian, kadang pula membuat hati Verra kesal.

〰️〰️〰️

Dicukupkan sekian

Sen 11 mei 2020

Because Of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang