Hari-hari berlalu begitu terasa cepat. Latihan demi latihan pun telah kita lakukan. Tak terasa, besok malam lah semua harus menunjukkan penampilan terbaik mereka.
Aku berkumpul dengan semua anggota teater untuk melakukan latihan yang terakhir kalinya. Setelah ini kita akan istirahat total untuk penampilan besok malam.
"Ayo! semua kumpul dulu yuk!" semua anggota teater mulai berkumpul sesuai dengan instruksi. "Bentuk lingkaran ya."
Aku mulai mengambil posisi. Sebelah kananku ada Sasa dan di sebelah kiriku ada Caca.
"Sudah? Sekarang kita berpegangan tangan, jangan dilepas sebelum kakak memberi instruksi ke kalian semua. Paham?!" ujar Irma.
"Paham ka," jawab semua anggota serempak. Semua anggota mulai berpegangan tangan.
"Sebelum memulai latihan yang terakhir, sebaiknya kita berdoa terlebih dahulu sesuai dengan keyakinan masing-masing. Berdoa mulai." aku menundukkan kepalaku begitupun dengan yang lain.
"Berdoa selesai." begitu aku mengangkat kepalaku lagi, pandanganku tapat di mata Indri. Dia menatapku dengan tatapan yang tidak bisa kumengerti.
"Sekarang kakak punya kejutan untuk kalian semua. Kakak yakin pasti kalian akan terkejut." aku mengalihkan pandanganku ke arah ka Dhiya. Lalu menatap Sasa dengan tatapan bertanya.
"Kakak undang bintang tamu untuk latihan kali ini. Ada yang penasaran? Ada yang bisa nebak, kakak akan mendatangkan siapa? Yang jelas sih dia ganteng dan berkarisma," ucap ka Dhiya misterius.
Aku mengerutkan dahiku. Ganteng? Berkarisma? Siapa ya? Batinku.
"Gak ada yang tau? Okay kalau gitu. Kakak tau kalian penasaran. Dan langsung saja ya, silakan masuk," ucap ka Dhiya mempersilakan bintang tamu untuk masuk.
Aku langsung mengalihkan perhatianku ke arah pintu masuk. Aku mengernyit, sepertinya aku tidak asing dengan cara jalan dan penampilannya. Aku mengerjap, jangan bilang dia orangnya?
Aku menganga setelah dia menunjukkan wajahnya, yang lain langsung berteriak histeris dengan kedatangannya.
Kuakui sekarang, Dia memiliki fans yang lumayan banyak, terbukti semua berteriak histeris.
"Halo," sapa ka Angkasa dengan tersenyum.
Setelah disapa semua langsung berteriak histeris apalagi dengan ka Angkasa senyum semakin lebar, alih-alih ikut berteriak histeris aku memutar bola mataku lelah.
Dasar, bermuka dua. Coba saja yang lain tau kelakuan dibalik camera dijamin bakal bikin ilfeel. Belum saja tau sifat aslinya yang bikin geleng kepala. Sangat-sangat pandai memerankan suatu peran.
"Selamat datang ka Angkasa! Senang bisa bertemu dengan kakak. Makasih juga karena sudah meluangkan waktu untuk datang ke mari. Sekali lagi terimakasih ka," ucap ka Dhiya.
"Makasih semuanya. Saya juga senang bisa diundang ke mari. Makasih juga atas antusiasme kalian semua. Semoga dengan kedatangan saya, latihan kalian menjadi baik dan semangat tentunya. Pokoknya enjoy aja, jangan grogi ya, karena ada saya," ujar ka Angkasa.
"Untuk mempersingkat waktu. Kita langsung mulai latihannya saja ya."
"Stt...Nida, lo percaya gak kalau ka Angkasa itu sepupu gue?" tanya Awan tiba-tiba.
Aku mengangguk sebagai jawaban. Karena keluarga Awan itu memiliki nama yang berkaitan dengan benda-benda di langit atau angkasa. Jadi, bisa saja kan, ka Angkasa itu adakah sepupu Awan.
Awan mengernyit. "Kok lo tau?"
Aku melirik Awan sekilas. "Ya kan nama abang lo Langit, nama lo Awan, nama adek lo Bintang. Gak menutup kemungkinan kan nama sepupu lo gak beda jauh dengan benda langit atau Angkasa." ucapku percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
En Dröm [COMPLETE]
Teen Fictionen dröm dalam bahasa Swedia artinya sebuah mimpi. "Masih yakin bisa jadi artis lo?" "Gak ada yang gak mungkin di dunia ini. Asalkan kita mau aja berusaha untuk mencapai apa yang kita inginkan," -Tria Fanida-