Part 17

491 45 0
                                    

Dear Nidaku terunchhh,

Kalau lo udah baca surat ini, itu tandanya lo udah nerima surat ini hehe berarti lo kangen kan sama gue? Merasa kehilangan kan? Pasti lo maki-maki sama udah banyak umpatan yang keluar karena gue pergi tanpa pamit kan? Haha ngaku lo!
Sebenarnya gue gak mau ikut ortu, tapi kalau gue gak ikut, gue sendirian dong Da. Ya walaupun gue bisa aja sih numpang makan, tidur, mandi di rumah lo. Tapi gimanapun juga, gue pengin kumpul keluarga. Gue pengin deket sama ortu Da. Jadi, i'm sorry gue milih ortu daripada lo.
Denger-denger lo lolos ya casting kemarin? Selamat ya. Gue gak tau kalau terakhir kita ketemu pas gue anterin lo casting, gue gak tauuu. Nanti kalau gue balik pokoknya kita makan-makan ya, lo harus sewa satu restoran pokoknya! Dan gue bakal sering-sering nonton lo di tv ntar hehe.
Oh iya gue juga mau bilang, kalau nanti Andra tiba-tiba deketin lo, lo jangan baper ya. Lo gak boleh jatuh hati ke Andra, lo harus kuatin hati, buat tameng biar gak jatuh cinta. Bukan apa-apa, gue cuma gak mau lo kecewa, gue gak mau lo sakit hati. POKOKNYA LO GAK BOLEH JATUH CINTA SAMA ANDRA! Andra cuma milik gue, eh. Hehe gak deng.
Dah panjang, pegel tangan gue Da. Udah dulu ya. See you nanti kelas 12. Gue pasti balik kok, udah jangan nangis. Cup cup cup. Gue tau sih lo gak nangis, gak ada yang sedih juga.

Dari tetangga lo

Via terkyuddh

Aku melipat surat itu dan menyimpannya di tas. Kesal sih karena Via pergi tanpa pamit, tapi ya, terserah dia.

Tapi ada yang mengganjal dipikiranku. Bagaimana mungkin Via berpikir kalau Andra bakal deketin aku, bukannya Via yang ngejar-ngejar Andra? Aku sama Andra ngobrol saja gak pernah, saling sapa aja enggak. Masa dia tiba-tiba deketin aku? Kan aneh?

Aku menggeleng, menyangkal apa yang ditulis Via. Aku memutar badan menghadap Sasa, tapi aku urungkan saat Pak Robet terlihat masuk kelas. Aku menghela nafas. "Benar apa yang ditulis Via, Da. Lo harus jaga hati lo," bisik Sasa tiba-tiba.

Aku langsung menengok ke samping. "Selamat pagi anak-anak,"

"Pagi pak," aku kembali menghadap ke kedepan.

Aku mendengus, lagi dan lagi aku dibuat bingung.

***

"Kantin yuk, Da. Siska udah nunggu nih," ajak Sasa.

Aku masih membereskan buku yang ada di meja. "Bentar Sa. Ini dikit lagi." tinggal huku terakhir aku masukkan ke dalam laci. "Yuk," ajakku.

Aku dan Sasa bergegas menuju kantin. Tapi saat keluar kelas, betapa terkejutnya aku, sudah ada Andra yang berdiri di dekat pintu.

Aku mengernyit. "Andra, lo ngapain di sini?" tanya ku heran.

"Lo mau ke kantin, kan?" tanyanya.

Aku melirik Sasa, dia kelihatan tidak suka dengan Andra. Kemudian aku kembali menatap Andra.

Aku menangguk. "Iya," jawabku singkat.

"Bareng gue yuk," tawarnya.

Dan aku sadar, apa yang ditulis Via benar adanya. Melihat Andra yang seperti ini, aku menjadi risih. Dia kelihatan banget deketin aku, padahal sebelumnya saling sapa pun enggak.

"Emm...sorry. Gue ke kantin bareng Sasa hari ini, Siska juga udah nunggu kita." aku tersenyum tipis.

Andra melirik Sasa sekilas. "Oh yaudah deh kalau gitu. Next time," ucapnya.

En Dröm [COMPLETE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang